Oleh: Resti Wahyuni, M.Si.
BEBERAPA tahun lalu saya berkesempatan membeli produk gaharu pada seorang pengepul gaharu di Pulau Lombok. Produk yang saya pilih adalah parfum dan gubal gaharu kelas kemedangan.
Baca juga: 5 Fakta soal Gaharu, Kayu Termahal di Dunia
Dari pembicaraan singkat kala itu, saya dapatkan informasi bahwa gaharu yang saya beli itu bukanlah gaharu yang diburu di alam, melainkan gaharu hasil budidaya.
Jenis gaharu di Lombok adalah Gyrinops versteegii.
Gaharu budidaya artinya gaharu yang diperoleh dari usaha petani menanam pohon penghasil gaharu hingga memerlakukan pohon tersebut sehingga menghasilkan gubal gaharu.
Cara yang ditempuh petani agar pohon penghasil gaharu dapat menghasilkan gubal gaharu bermacam-macam, dari cara konvensional hingga modifikasi.
Cara konvensional yaitu melukai batang pohon dan menanam paku pada batang pohon. Cara modifikasi yaitu menggunakan bahan kimia, mikroorganisme yang sudah diisolasi serta perlengkapan pembantu.
Masing-masing cara memiliki kelebihan dan kekurangan.
Cara konvensional mudah diaplikasikan oleh masyarakat namun pembentukan gubal gaharu membutuhkan waktu yang lama hingga bertahun-tahun hanya untuk mendapatkan mutu kelas kemedangan.
Pada cara modifikasi, gaharu kelas kemedangan dapat diperoleh dalam hitungan bulan antara 3-6 bulan.
Baca juga: Daerah Penghasil Gaharu di Indonesia, Kayu Termahal di Dunia yang Mulai Langka
Gaharu budidaya dapat menjadi salah satu cara untuk mendapatkan gaharu yang legal untuk memenuhi permintaan pasar global. Selain itu, budidaya gaharu sebagai strategi konservasi gaharu dan menjaga kelestarian produksi.
Masyarakat Lombok mulai berbondong-bondong menanam pohon gaharu sekitar tahun 1998, ketika program penghijauan dijalankan.
Keberhasilan dalam menghasilkan gubal gaharu pada pohon gaharu budidaya masih menjadi tantangan yang besar.
Gubal gaharu yang dihasilkan dalam budidaya sering gagal terbentuk atau kualitasnya tidak sesuai harapan.
Data penelitian menunjukkan bahwa sekitar 7-10 persen saja dari pohon yang dibudidayakan dapat menghasilkan gubal gaharu.
Sampai saat ini, berbagai penelitian untuk meningkatkan produksi gaharu budidaya melalui inokulasi menggunakan mikroorganisme masih terus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang paling optimal.
Baca juga: Gaharu, Wewangian Para Raja, dan Jalur Perdagangan Samudera Pasai
Resti Wahyuni, M.Si.
Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, BRIN