KOMPAS.com - Koloid merupakan campuran dari dua atau lebih zat yang dicampur tetapi tidak digabungkan secara kimia (dapat terpisah).
Koloid adalah jenis campuran khusus dengan partikel kecil dari satu zat yang tersebar melalui zat lain.
Dilansir dari Encyclopedia Britannica, koloid secara umum diklasifikasikan menjadi dua sistem, yakni sistem reversibel dan ireversibel.
Dalam sistem reversibel, produk dari reaksi fisik atau kimia dapat diinduksi untuk berinteraksi sehingga mereproduksi komponen aslinya.
Sedangkan, sistem ireversibel adalah sistem yang produk reaksinya sangat stabil atau dihilangkan begitu efektif dari sistem sehingga komponen aslinya tidak dapat direproduksi.
Baca juga: Pengertian Larutan, Suspensi, dan Koloid
Contoh sistem ireversibel adalah sol (suspensi encer), pasta (suspensi pekat), emulsi, busa, dan jenis gel tertentu.
Dilansir dari Science Sparks, krim adalah contoh koloid karena terdiri dari partikel-partikel kecil lemak yang terdispersi dalam air.
Jika krim dimasukkan ke dalam stoples dan dikocok selama sekitar 10 menit, molekul lemak akan saling menempel dan membentuk mentega dan cairan yang disebut buttermilk.
Mentega juga merupakan contoh koloid karena ada molekul air yang terperangkap di antara lemak.
Contoh koloid lainnya adalah mayones yang merupakan campuran minyak dan air yang distabilkan oleh protein dalam kuning telur.
Baca juga: Perubahan Fisika: Contoh, Ciri-ciri, dan Jenisnya
Mayones adalah jenis koloid khusus yang dikenal sebagai emulsi.
Dilansir dari Encyclopedia Britannica, studi ilmiah tentang koloid dimulai pada awal abad ke-19.
Investigasi penting di masa-masa awal adalah studi oleh ahli botani Inggris, Robert Brown.
Selama akhir tahun 1820-an, Brown menemukan, dengan bantuan mikroskop, bahwa partikel-partikel kecil yang tersuspensi dalam cairan berada dalam gerakan acak yang terus-menerus.
Fenomena ini, yang kemudian disebut Gerak Brown, ditemukan pada hasil dari pemboman tidak teratur partikel koloid oleh molekul cairan sekitarnya.