Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 14/03/2022, 12:30 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Kabar kemunculan varian baru virus corona yang disebut Deltacron kembali membuat gempar masyarakat dunia, setelah sebelumnya varian 'IHU' ditemukan di Perancis pada pekan lalu. Ahli mengungkapkan bahwa varian Deltacron adalah gabungan varian Delta dan Omicron.

Para peneliti dari University of Cyprus mengatakan bahwa mereka mengkalim telah menemukan strain Deltacron yaitu gabungan virus antara varian Delta dan Omicron.

Dilansir dari CNBC, Sabtu (8/1/2022) profesor ilmu biologi di University of Cyprus, Leondios Kostrikis mengungkapkan penemuan itu dinamai 'Deltacron' karena identifikasi pada varian Delta yang mirip dengan Omicron.

Hingga saat ini, Kostrikis dan timnya telah melaporkan 25 kasus 'Deltacron'.

“Kami akan melihat di masa depan apakah strain ini lebih patologis atau lebih menular atau apakah akan menang melawan dua strain dominan, Delta dan Omicron," kata Kostrikis.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona C.1.2 dari Afrika Selatan Bisa Lebih Menular

 

Di samping itu, para peneliti juga telah mengirimkan genom temuan varian kombinasi Delta dan Omicron, Deltacron itu ke GISAID, lembaga independen yang melacak evolusi virus.

Apa itu Deltacron?

Terkait dengan temuan varian Covid Deltacron tersebut, Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menjelaskan bahwa 'Deltacron' sejauh ini bukan nama resmi yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dikatakan Dicky, Deltacron Covid dianggap sebagai varian baru karena varian Delta memiliki mutasi yang juga dimiliki oleh varian Omicron.

Baca juga: Apa Itu Varian Mu, Varian Baru Virus Corona dari Kolombia yang Diawasi WHO?

Ilustrasi varian B.1.1.7, varian Alpha, varian baru virus corona asal inggris disebut menjadi penyebab lonjakan kasus di Thailand. SHUTTERSTOCK/PETERSCHREIBER MEDIA Ilustrasi varian B.1.1.7, varian Alpha, varian baru virus corona asal inggris disebut menjadi penyebab lonjakan kasus di Thailand.

"Salah satu profesor di Cyprus mengatakan bahwa ada Delta variant yang memiliki mutasi yang juga dimiliki oleh Omicron, itu statement-nya," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (10/1/2022) menjelaskan soal munculnya varian Deltacron ini.

"Setelah saya lihat di data dan juga beberapa centre, (Deltacron) ini karena kontaminasi, jadi bukan varian. Karena ini sampel yang terkontaminasi antara Delta dengan Omicron, dan ini bukan kesalahan prosedur," paparnya.

Akan tetapi, dia mencatat bahwa belum ada laporan yang resmi, dan harus menunggu kepastian data dari GISAID terkait 25 kasus yang diklaim terinfeksi varian Covid Deltacron tersebut.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Masuk ke Indonesia, Bagaimana Cara Mencegah Anak Terpapar Covid-19?

 

"Saat ini kita harus waspada karena varian Omicron bukan varian terakhir yang sewaktu-waktu bisa ada di mana saja selama manusia masih memberikan keleluasaan virus untuk menginfeksi, kemudian akhirnya bisa bereplikasi dan bermutasi. Cepat atau lambat kalau dibiarkan terus-menerus akan menambah varian," terangnya.

Untuk diketahui, WHO akan memberi nama varian virus corona dengan huruf Yunani dalam urutan abjad, misalnya phi, ro, sigma, dan sebagainya.

Tak sampai di situ saja, pemberian nama ini juga melalui pertimbangan yang matang dan tinjauan dari sistem penamaan potensial.

WHO juga akan memberikan label untuk varian baru virus corona, seperti Variant of Interest (VoI) atau Variant of Concern (VoC), serta menamai varian baru dengan nama ilmiah seperti B.1.1.529 atau Omicron.

Baca juga: Benarkah Varian Baru Virus Corona Tak Terdeteksi Tes Antigen? Begini Penjelasan Ahli

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com