Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak 54 Juta Tahun Lalu, Primata Punya Masalah Gigi Berlubang

Kompas.com - 11/09/2021, 19:02 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masalah gigi ternyata sudah dialami oleh primata sejak dahulu kala. Ini terungkap berkat temuan fosil gigi berusia 54 juta tahun milik spesies primata prasejarah, Microsyops latidens.

Studi yang dipublikasikan di Scientific Reports itu berhasil menunjukkan bukti paling awal karies gigi (gigi rusak atau berlubang) pada primata.

"Saya sedang memeriksa sampel fosil dan saya terus memperhatikan lubang-lubang ini di gigi mereka dan saya bertanya-tanya apa itu," kata Keegan Selig dari University of Toronto Scarborough, Kanada.

Baca juga: Mengenal Owa Ungko, Primata Endemik Indonesia yang Setia pada Satu Pasangan

Seperti dikutip dari New Scientist, Jumat (10/9/2021) ia terkejut melihat rongga-rongga itu akan begitu umum pada primata.

Dalam studinya, Selig beserta rekannya Mary Silcox, memeriksa fosil gigi 1.030 individu yang dikumpulkan dari cekungan Bighorn selatan di Wyoming, Amerika Serikat.

Dari analisis ternyata mereka menemukan bahwa 7,48 persen individu memiliki gigi berlubang. Dan gigi M.latidens adalah bukti tertua gigi berlubang pada mamalia mana pun.

Kerusakan gigi pada M. latidens kemungkinan terjadi karena spesiesi ini menyukai makanan tinggi gula seperti buah, yang dapat menyebabkan gigi berlubang jika mereka makan terlalu banyak.

"Menariknya, kami mengira gigi berlubang akan terbentuk di mana-mana. Tetapi ternyata hanya terbentuk di permukaan gigi pengunyah utama saja. Ini mengejutkan dan kami tak tahu mengapa," ungkap Selig.

Bagian rahang atas Microsyops latidens yang memiliki gigi berlubang

Credit: Keegan Selig Bagian rahang atas Microsyops latidens yang memiliki gigi berlubang

Namun teori soal makanan manis itu masih menjadi perdebatan dengan ahli lainnya. Sebab menurut Ian Towle dari London South Bank University di Inggris gigi yang rusak juga bisa mencerminkan diet yang kaya makanan asam daripada makanan manis.

“Metodologi yang digunakan tidak dapat membedakan antara jenis kehilangan jaringan ini, karena keduanya disebabkan oleh asam demineralisasi jaringan gigi,” katanya.

Meski begitu, mengutip Phys, peneliti juga menemukan adanya perubahan prevalensi karies dari waktu ke waktu. Hal itu menunjukkan bahwa pola makan primata berfluktuasi antara makanan dengan kadar gula yang lebih tinggi dan lebih rendah.

Baca juga: Ahli Jelaskan Mengapa Tidak Semua Primata Berevolusi Jadi Manusia

Peneliti pun berpendapat, perubahan karies dari waktu ke waktu itu mungkin akibat pada fluktuasi iklim selama Eosen Awal yang berdampak pada pertumbuhan vegetasi dan ketersediaan makanan.

Peneliti juga mengungkap bahwa kasus karies lebih tinggi terjadi pada M.latidens dibandingkan dengan primata yang hidup saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com