KOMPAS.com - Saat berkunjung di laboratorium atau museum, Anda akan menemukan koleksi spesimen makhluk hidup atau sampel organ yang diletakkan dalam wadah berair. Apa yang Anda lihat itu adalah teknik pengawetan alkohol atau yang disebut pengawetan cairan.
Jika dilakukan dengan benar, pengawetan semacam itu bisa mempertahankan sampel hingga ratusan tahun.
Namun bagaimana cara kerjanya?
Mengutip Live Science, Senin (6/9/2021) alkohol rupanya dapat membantu menunda pertumbuhan bakteri, bahkan hingga bertahun-tahun.
Akan tetapi untuk mengawetkan tiap bahan organik tentu memerlukan konsentrasi alkohol yang berbeda.
Misalnya mengawetkan DNA, jaringan, atau bahkan seluruh hewan butuh alkohol yang lebih tinggi.
Baca juga: Selain Mabuk, Ini 7 Efek Mengonsumsi Alkohol dan Cara Mengatasinya
Katherine Maslenikov, manajer koleksi ikan di Museum Burke di Seattle memaparkan ia biasanya menggunakan alkohol, khususnya etanol, untuk penyimpanan jangka panjang.
Ambil contoh, usai menyuntikan formalin pada ikan untuk menghentikan proses biologis internal, ia kemudian merendam spesimen ikan dalam toples alkohol 70 persen dan air 30 persen.
"Ada cukup air dalam larutan sehingga jaringan akan tetap terhidrasi untuk membantu hewan atau spesimen mempertahankan bentuknya dan ada cukup alkohol untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri," katanya.
Sementara itu, alkohol pada konsentrasi yang lebih tinggi misalnya etanol 95 persen bekerja sebagai dehidran.
Baca juga: Selain Mabuk, Ini 7 Efek Mengonsumsi Alkohol dan Cara Mengatasinya