Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Orang Meninggal Dunia, Guinea Nyatakan Virus Ebola Jadi Epidemi

Kompas.com - 15/02/2021, 12:15 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

Sumber BBC

KOMPAS.com - Di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai, Guinea secara resmi telah menyatakan bahwa mereka saat ini menghadapi epidemi Ebola, setelah kematian tiga orang akibat virus tersebut.

Tiga orang tersebut - dan empat orang lainnya yang masih dalam perawatan - jatuh sakit karena diare, muntah, dan pendarahan setelah menghadiri penguburan seorang perawat.

Ebola adalah virus yang awalnya menyebabkan demam mendadak, kelemahan hebat, nyeri otot, dan sakit tenggorokan.

Kemudian berkembang menyebabkan muntah, diare, dan pendarahan internal dan eksternal.

Sementara menurut para pejabat, vaksin yang baru dikembangkan akan diperoleh melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO.

Melansir BBC, antara 2013 hingga 2016 lebih dari 11.000 orang meninggal dalam epidemi Ebola Afrika Barat, yang dimulai di Guinea.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Hazmat dari Kostum Paruh hingga Pelindung dari Ebola dan Corona

Menanggapi epidemi Ebola, yang saat ini menyerang Guinea dan tetangganya Liberia serta Sierra Leone, beberapa vaksin mulai diuji coba, termasuk yang saat itu berhasil digunakan untuk memerangi wabah di Republik Demokratik Kongo.

"WHO dalam keadaan siaga penuh, berhubungan dengan produsen (vaksin) untuk memastikan dosis yang diperlukan tersedia secepat mungkin, untuk membantu melawan epidemic tersebut," kata Alfred George Ki-Zerbo, perwakilan WHO di Guinea kepada kantor berita AFP.

Vaksin Ebola pertama kali diujicobakan selama empat bulan pada tahun 2015 di Guinea - dan obat yang dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien juga telah dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir.

Awal Mula Wabah Ebola

Seorang perawat yang bekerja di pusat kesehatan di Goueké, dekat kota Nzérékoré di tenggara, meninggal pada tanggal 28 Januari 2021 dan pemakamannya diadakan empat hari kemudian.

Pemakaman komunitas, di mana orang-orang membantu mencuci tubuh korban ebola yang telah meninggal - dapat menjadi cara utama penyebaran Ebola pada tahap awal wabah.

Seseorang dapat terinfeksi ketika mereka bersentuhan langsung dengan kulit yang rusak, atau melalui cairan di mulut dan hidung, darah, muntahan, dan kotoran dari seseorang dengan Ebola

Kemudian orang yang terinfeksi cenderung meninggal, karena dehidrasi dan kegagalan banyak organ

Ebola menular ke manusia dari hewan yang terinfeksi, seperti simpanse, kelelawar buah, dan antelop hutan.

Daging hewan liar, yang biasanya didapatkan dari hewan - hewan di hutan untuk konsumsi manusia - dianggap sebagai reservoir alami virus Ebola.

Kemudian menyebar di antara manusia melalui kontak langsung dengan darah yang terinfeksi, cairan tubuh atau organ, atau secara tidak langsung melalui kontak dengan lingkungan yang terkontaminasi.

Menurut pejabat kesehatan terkait, semua yang terinfeksi pada pemakaman perawat tersebut berusia di atas 25 tahun.

Menyusul pertemuan krisis pada hari Minggu (14/2/2021), kementerian kesehatan Guinea mengatakan semua kasus telah diisolasi, pelacakan kontak sedang berlangsung dan pusat perawatan akan didirikan di Goueké.

Baca juga: Ebola Kembali Muncul di Kongo, Virus Apa Itu dan Bagaimana Penyebarannya?

Kemungkinan Penyebaran

Wabah Ebola ini kira-kira berada di wilayah yang sama dengan tempat epidemi dimulai pada Desember 2013.

Mengingat perdagangan lintas batas antara Guinea, Liberia dan Sierra Leone, dan sistem perawatan kesehatan mereka yang relatif lemah, ada kekhawatiran wabah dapat menyebar.

Presiden Liberia, George Weah telah meningkatkan kewaspadaan otoritas kesehatan.

Wartawan BBC Umaru Fofana di Sierra Leone mengatakan, ketakutan terhadap Ebola di negara itu jauh lebih besar daripada ketakutan terhadap Covid-19.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Hazmat dari Kostum Paruh hingga Pelindung dari Ebola dan Corona

Dia mengatakan, keberadaan vaksin baru memang memberikan rasa lega, karena adanya persediaan darurat global sebanyak 500.000 vaksin yang tersedia melalui Gavi, aliansi vaksin internasional.

Tapi ketiga negara tersebut memiliki populasi gabungan 22,5 juta, yang memicu kekhawatiran bahwa produsen akan memiliki sedikit waktu untuk memproduksi lebih banyak vaksin Ebola jika nantinya diperlukan - bersamaan saat vaksin Covid-19 menjadi prioritas mereka.

Para ahli mengatakan, isolasi adalah kunci untuk melawan penyakit ini. Selama uji coba 2015 di Guinea - 100 pasien diidentifikasi dan kemudian semua kontak dekat divaksinasi segera, atau sekitar tiga minggu kemudian.

Dari 2.014 kontak dekat yang divaksinasi segera, tidak ada kasus Ebola berikutnya.

Baca juga: Virus Corona sampai Ebola, Kenapa Virus dari Kelelawar Sangat Mematikan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com