Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Obat yang Ini Bisa Diminum Bersamaan, tapi Obat yang Itu Tidak Boleh?

Oleh: drh. Fathia Ramadhani

ADA kalanya ketika diresepkan beberapa obat, ada satu obat yang diminumnya harus satu jam setelah obat yang lain.

Kenapa ya yang lain bisa diminum bersamaan, tapi ada yang harus menunggu dulu?

Ini ada istilahnya, yaitu kombinasi obat, yang berarti obat yang berbeda diminum bersama-sama, atau obat yang diminum dalam waktu yang berbeda tetapi kemudian berada bersama-sama dalam darah.

Selanjutnya, ini menimbulkan hal yang disebut interaksi obat, sehingga ada kemungkinan terjadi peningkatan atau penurunan efek obat. Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama dapat berubah efeknya secara tidak langsung atau dapat berinteraksi.

Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat herbal, makanan, minuman, atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya.

Interaksi obat yang bersifat sinergis

Efek obat sinergisme adalah interaksi antara dua atau lebih bahan yang menghasilkan suatu peningkatan efek dibandingkan bila diberikan secara sendiri (Tatro 2006). Efek obat sinergis dapat bermanfaat tapi dapat pula merugikan bagi tubuh.

Efek sinergis bermanfaat, jika penggunaan obat tunggal tidak memadai, perlu penggunaan kombinasi obat yang memiliki efek terapi yang sinergis sehingga efek terapi lebih kuat, sedangkan efek sinergis yang merugikan terjadi ketika penggunaan dua obat atau lebih dengan efek yang sama dapat menimbulkan efek yang berlebihan sehingga membahayakan bagi pasien.

Contoh kombinasi obat sinergis yang bermanfaat di antaranya adalah kombinasi sulfonamide dan trimetropim sebagai antibiotik. Kedua obat ini bila diberikan bersama-sama akan memiliki efek sinergis yang kuat sebagai obat anti bakteri.

Contoh merek paten dari sulfonamide adalah Sulfamoxol, sedangkan trimetroprim adalah Triminex.

Kombinasi antibiotik lainnya seperti aminoglikosida dengan metronidazol biasanya digunakan untuk pengobatan infeksi campuran. Metronidazol efektif untuk bakteri anaerob sedangkan aminoglikosida efektif untuk bakteri aerob.

Contoh merek paten dari aminoglikosida adalah Erysanbe, sedangkan metronidazol adalah Flagyl.

Contoh kombinasi obat sinergis yang dapat merugikan di antaranya adalah propranolol dengan procainamide. Pemberian procainamide sebagai anti-aritmia dapat menimbulkan penurunan tekanan darah yang sangat cepat terutama bila diberikan secara intravena.

Pemberian bersama-sama dengan beta-blocker yang juga biasa digunakan untuk mengatasi gangguan jantung akan menyebabkan efek yang berbahaya karena bekerja sinergistik. Contoh merek paten dari propranolol adalah Inderal, sedangkan procainamide adalah Procan.

Efek potensiasi

Kadang-kadang efek sinergis suatu obat terhadap obat yang lain lebih besar daripada efek gabungan dua obat yang sama. Jika obat a dan b dikombinasi misalnya, maka obat a yang dibutuhkan akan menjadi lebih sedikit dengan kekuatan yang sama (Kee dan Hayes 1996).

Efek potensiasi ini bisa terjadi dari kombinasi obat yang memiliki kegiatan yang sama maupun kombinasi obat dengan kegiatan berlainan.

Contoh kombinasi obat dengan kegiatan yang sama adalah estrogen dan progestron maupun sulfametoksazol dan trimetropim sebagai antibiotik.

Contoh kombinasi obat yang memiliki kegiatan berlainan misalnya analgetika dan klorpromazin yang menunjukkan aktivitas yang berguna melawan mual.

Potensiasi obat sering kali digunakan dalam analgetika. Kombinasi dua atau lebih analgetika adalah hal yang umum ditemukan.

Selain itu, efek samping masing-masing kombinasi obat yang digunakan bisa berkurang karena dosis masing-masing komponen tersebut bisa diturunkan.

Contoh kombinasi analgetika misalnya kafein dan kodein. Kombinasi ini sering kali digunakan, khususnya dalam sediaan dengan parasetamol.

Selain kombinasi dengan efek yang sengaja ingin dicapai, ada juga efek potensiasi yang tidak diinginkan. Contoh dari efek obat yang tidak diinginkan misalnya jika alkohol dan obat sedatif seperti diazepam dikombinasi.

Kombinasi tersebut akan meningkatkan penekanan susunan saraf pusat (Kee dan Hayes 1996).
Insulin dan antidiabetika oral mudah sekali dipengaruhi efeknya oleh obat-obat lain yang diberikan bersamaan.

Obat-obat yang paling sering menimbulkan interaksi dalam efek potensiasi sering kali terjadi dengan analgetika, antibiotika, alkohol, atau antikoagulansia. Obat-obat tersebut meningkatkan kadar insulin darah sehingga bisa mengakibatkan hipoglikemia.

Penurunan kadar gula dalam darah ini sering terjadi secara mendadak, terutama ketika perut kosong (Tjay dan Rahardja 2007).

Interaksi obat yang bersifat antagonis

Interaksi antagonis merupakan interaksi yang bersifat saling menurunkan, bahkan meniadakan khasiat dari masing-masing obat. Kegiatan obat pertama dikurangi atau bahkan ditiadakan sama sekali oleh obat kedua yang memiliki khasiat farmakologis yang bertentangan.

Penurunan efek satu obat oleh obat yang lain atau antagonis antar obat pada umumnya tidak diinginkan, tetapi kadang-kadang juga diinginkan. Pada kasus penurunan efek obat yang tidak diinginkan, kombinasi obat dikatakan tidak sesuai (incompatible).

Bila senyawa antagonis dimaksudkan untuk menghilangkan efek agonis atau efek sampingnya, maka disebut efek kuratif, misal untuk pengobatan keracunan obat, senyawa antagonis berfungsi sebagai antidotum (Stockley 2008).

Beberapa obat yang memberikan interaksi antagonis antara lain obat yang bersifat beta agonis yaitu Salbutamol untuk pengobatan asma dengan propanolol untuk pengobatan hipertensi, dapat menyebabkan bronkospasmus yang menyebabkan bernapas menjadi lebih sulit.

Warfarin digunakan sebagai antikoagulan sebagai pencegahan terjadinya tromboemboli seperti trombosis vena dan emboli paru, katup jantung, dan kecelakaan serebrovaskular. Ada juga peran warfarin dalam pencegahan sekunder penyakit jantung.

Warfarin sebagai antagonis vitamin K bekerja dengan cara menghambat sintesis vitamin K sebagai faktor pembekuan dan antikoagulan alami (Patriquin dan Crowther 2011).

Warfarin dapat memperpanjang waktu pembekuan darah yang secara kompetitif menghambat efek vitamin K. Jika asupan vitamin K bertambah, efek dari antikoagulan dihambat, sehingga menggagalkan manfaat terapi pengobatan antikoagulan (Stockley 2008).

Simetidin merupakan salah satu obat antasida sedangkan propanolol merupakan obat pada beberapa penyakit jantung. Namun, pemberian secara bersamaan dapat menurunkan efek dari propanolol akibat simetidin.

Hal ini dapat terjadi karena simetidin menghambat enzim sitokrom sehingga menurunkan metabolisme propanolol.

Mengetahui interaksi obat

Pada akhirnya, selalu ikuti petunjuk obat yang diberikan. Jika tidak yakin, selalu konsultasikan pada profesional. Seperti kalimat yang mudah diingat, orang bijak taat obat.

drh. Fathia Ramadhani
Peneliti Ahli Pertama pada Pusat Riset Zoologi Terapan – BRIN

https://www.kompas.com/sains/read/2024/01/23/133400123/kenapa-obat-yang-ini-bisa-diminum-bersamaan-tapi-obat-yang-itu-tidak-boleh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke