Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Varian Covid dengan Mutasi Terbanyak di Dunia, Mengapa Ahli Khawatir?

KOMPAS.com - Belum lama ini, ilmuwan mengatakan varian Covid yang ditemukan di Indonesia, kemungkinan merupakan versi virus yang paling banyak bermutasi yang pernah tercatat.

Seperti dilansir dari Daily Mail, Senin (31/7/2023), versi varian Covid Delta telah mengalami perubahan yakni memiliki 113 mutasi virus yang unik.

Itu berdasarkan sampel usap yang diambil dari seorang pasien di Jakarta, Indonesia.

Versi baru dari virus Covid dari Indonesia itu dikirimkan ke database genomik Covid global pada awal Juli dan diyakini berasal dari sampel usap dari kasus infeksi kronis.

Pasien tersebut semestinya memiliki kekebalan yang dapat mengalahkan infeksi virus tersebut, namun ia malah menderita infeksi berkepanjangan yang bisa berlangsung hingga berbulan-bulan.

Pada umumnya, infeksi kronis terjadi pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti orang-orang dengan AIDS atau yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi untuk kanker.

Varian Covid yang diketahui memiliki jumlah mutasi terbanyak hingga 113 mutasi itu, 37 mutasi di antaranya memengaruhi protein spike.

Sebagai perbandingan, varian Omicron memiliki lebih dari 50 mutasi. Ini menunjukkan bahwa varian Covid Delta dari Indonesia tersebut memiliki dua kali lipat mutasi virus lebih banyak dibandingkan Omicron.

Infeksi kronis yang umumnya terjadi pada orang-orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh, diakui para ilmuwan sangat mengkhawatirkan.

Pasalnya, hal itu dapat menciptakan kondisi yang sempurna bagi virus Covid bermutasi, yang kemudian berpotensi memungkinkannya mengelabui sistem pertahanan tubuh.

Mutasi pada protein spike, seperti yang terjadi pada strain yang baru diamati, merupakan yang paling menjadi perhatian para ahli.

Alasannya, karena vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini dibuat berdasarkan bagian virus tersebut, protein spike.

Terkait varian Covid baru dengan mutasi terbanyak itu, Profesor Lawrence Young, ahli virus dari Warwick University mengatakan masih belum bisa dipastikan apakah jenis baru yang ditemukan ini memiliki potensi untuk menyebar dan menginfeksi orang lain.

Menurunnya pengawasan genetik varian Covid

Young mengatakan ketakutan terbesarnya pada varian Covid dengan mutasi terbanyak ini adalah kemunculannya yang terjadi secara diam-diam.

Seiring meredanya pandemi, banyak negara, seperti Inggris yang mulai mengurangi jumlah analisis genetik terhadap virus Covid.

"Virus ini terus mengejutkan kita dan berpuas diri adalah hal yang berbahaya," kata Young.

Lebih lanjut Young mengatakan, ketika virus menyebar dan terus bermutasi, hal ini akan menyebabkan infeksi serius pada orang-orang yang rentan.

Selain itu, akan meningkatkan beban pada mereka yang menderita akibat infeksi jangka panjang atau long Covid.

Young menambahkan kurangnya pengawasan genetik untuk menemukan varian-varian baru yang mungkin resisten atau kebal terhadal kekebalan yang sudah ada akan membuat dunia buta terhadap ancaman-ancaman baru.

Ahli virus dari University of Reading, Profesor Ian Jones mengatakan bahwa varian baru, Covid Delta dengan mutasi terbanyak yang ditemukan dari Indonesia, tersebut 'bermutasi secara luar biasa'.

Jones mengatakan, sementara virus Covid terus bermutasi sepanjang waktu, infeksi kronis telah mendorong virus ini meningkatkan adaptasinya untuk menyusup ke dalam sistem kekebalan tubuh manusia.

"Kekhawatiran atas infeksi kronis adalah, bahwa virus bermutasi pada individu yang telah memiliki kekebalan. Dengan kata lain, virus hampir harus memiliki mutasi yang dapat lolos dari kekebalan tersebut," kata Jones.

Kendati demikian, Jones mengatakan, mutasi yang berkepanjangan seperti itu sering kali harus dibayar mahal oleh virus itu sendiri, seperti kemampuan infeksi virus berisiko semakin rendah.

Jones menyarankan, alih-alih khawatir pada mutan-mutan virus yang super aneh, kita seharusnya lebih khawatir tentang peningkatan kasus yang dapat terjadi secara tiba-tiba dalam jenis kasus Covid apa pun.

Banyak negara yang mengurangi pengawasan genetik virus. Ilmuwan telah memperingatkan bahwa ini dapat membuat negara tersebut menjadi buta terhadap adanya perubahan dalam cara penyebaran virus dan varian mana yang berkembang.

Varian Delta yang telah menyebabkan gelombang kasus dan kematian global yang cukup masif pada tahun 2021, sebagian besar telah meredup menjadi tidak jelas.

Keberadaan varian Covid tersebut telah dikalahkan oleh jenis Omicron dan berbagai keturunannya yang infeksinya lebih ringan.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/08/01/080000523/varian-covid-dengan-mutasi-terbanyak-di-dunia-mengapa-ahli-khawatir-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke