Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bagaimana Terbentuknya Fosil Hewan dan Tumbuhan?

KOMPAS.com - Hewan, tumbuhan, dan organisme yang mati biasanya akan membusuk sepenuhnya. Namun terkadang, saat kondisinya tepat, mereka dapat terawetkan sebagai fosil.

Fosil bahkan dapat terawetkan dengan lebih baik ketika berada di dalam tar atau damar.

Tak jarang, tar atau damar bukan hanya mengawetkan tubuh melainkan juga jaringan makhluk pula. Akan tetapi, fosil jenis tersebut memang sangat langka.

Lantas bagaimana fosil bisa terbentuk?

Proses terbentuknya fosil

Dikutip dari Live Science, Senin (17/4/2023) panas dan tekanan karena terkubur dalam sedimen terkadang dapat menyebabkan jaringan organisme seperti daun tumbuhan dan bagian tubuh lunak ikan, reptil, dan invertebrata laut, melepaskan hidrogen dan oksigen, meninggalkan residu karbon.

Proses yang disebut karbonisasi atau distilasi tersebut menghasilkan kesan karbon terperinci dari organisme mati di batuan sedimen.

Setelah jaringan lunak organisme membusuk dalam sedimen, bagian yang keras terutama tulang akan tertinggal dan membentuk fosil.

Air lantas meresap ke dalam sisa-sisa tulang di mana akan membentuk kristal. Mineral yang mengkristal tersebut menyebabkan sisa-sisa tulang mengeras bersama dengan batuan sedimen yang membungkusnya.

Metode fosilisasi ini lah yang paling umum ditemukan, disebut permineralisasi atau membatu.

Ada juga proses fosilisasi lainnya yang disebut penggantian, mineral dalam air tanah menggantikan mineral yang menyusun sisa-sisa tubuh setelah air benar-benar melarutkan bagian keras asli organisme.

Fosil juga terbentuk dari cetakan dan gips. Jika suatu organisme benar-benar larut dalam batuan sedimen, itu dapat meninggalkan kesan bagian luarnya di dalam batuan yang disebut cetakan eksternal. Jika cetakan terisi dengan mineral lain maka itu menjadi gips.

Sisa-sisa organik dalam fosil

Dalam beberapa tahun terakhir, peneliti telah menemukan bahwa beberapa fosil tidak hanya terbuat dari mineral.

Analisis fosil telah menunjukkan ada beberapa bahan organik yang bertahan berasal dari Zaman Kapur (65,5 juta hingga 145,5 juta tahun yang lalu) dan periode Jurasik (145,5 juta hingga 199,6 juta tahun yang lalu).

Tidak jelas bagaimana bahan organik bisa terawetkan, tetapi zat besi dappat membantu protein menjadi saling terkait dan mencegah bakteri untuk memakannya.

Gagasan lain mengapa bahan organik bisa terawetkan adalah ada bakteri yang membantu proses tersebut.

Bakteri yang awalnya mengunyah jaringan mengeluarkan mineral lsebagai produk limbah yang kemudian secara kedap udara menutup sedikit bahan organik yang tersisa.

Selain itu, batu pasir juga bisa turut membantu pengawetan. Batuan yang terbuat dari butiran mineral, sedimen, atau bahan anorganik seukuran pasir tampaknya merupakan jenis lingkungan terbaik untuk mengawetkan bahan organik.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/04/19/083000023/bagaimana-terbentuknya-fosil-hewan-dan-tumbuhan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke