Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Paus Tidak Terkena Kanker?

KOMPAS.com - Para ilmuwan hingga kini masih menyelidiki salah satu misteri yang masih membingungkan, yakni mengapa beberapa spesies bisa terhindar dari penyakit kanker, sementara yang lain bisa dengan mudah terserang, sehingga mempersingkat hidup mereka.

Salah satu hewan yang cenderung memiliki tingkat kanker yang rendah adalah paus.

Sementara hewan yang rentan terhadap penyakit ini antara lain seperti anjing, kucing, rubah, dan macan tutul.

Lalu, jika bandingkan dengan kanker pada manusia, ini adalah jenis penyakit yang menjadi penyebab utama kematian yang membunuh sekitar 10 juta orang per tahun.

Paus tidak kena kanker

Hal yang lebih membingungkan lagi adalah kenyataan bahwa banyak makhluk besar, termasuk gajah juga yang umumnya dapat terhindar dari kanker.

Padahal gajah, termasuk paus yang merupakan mamalia laut yang besar di lautan, semestinya juga menghadapi risiko khusus, karena memiliki sejumlah besar sel yang masing-masing dapat memicu tumor.

"Kanker adalah penyakit yang terjadi ketika sel dalam tubuh mengalami serangkaian mutasi pada DNA-nya mulai membelah tidak terkendali dan pertahanan tubuh gagal menghentikan pertumbuhan tersebut," kata Alex Cagan, pemimpin proyek dalam studi ini, seperti dikutip dari Guardian, Senin (10/4/2023).

Makin banyak sel yang dimiliki hewan, maka semakin besar risiko menjadi kanker. Poin tersebut didukung oleh Simon Spiro, ahli patologi hewan satwa liar Zoological Society London (ZSL).

"Bayangkan sel sebagai tiket lotre, makin banyak yang Anda miliki makin besar peluang untuk memenangkannya yang dalam hal ini adalah kanker. Jadi jika memiliki sel seribu kali lebih banyak dari manusia makan Anda akan memiliki risiko seribu kali lebih besar untuk terkena kanker," ungkap Spiro.

Dari sudut pandang ini, ada beberapa spesies paus yang seharusnya tidak dapat mencapai usia satu tahun tanpa terkena kanker, karena mereka memiliki begitu banyak sel.

Sel pada paus, jumlahnya sekitar beberapa kuadiliun dibandingkan dengan manusia yang hanya triliunan.

Dengan fakta tersebut, paus Bowhead justru memiliki umur rata-rata 100 sampai 200 tahun.

Lantas mengapa bisa demikian?

Dalam upaya memahami paradoks tersebut, tim peneliti mempelajari berbagai hewan yang mati secara alami di Kebun Binatang London. Semuanya adalah mamalia termasuk singa, harimau, jerapah, musang, dan lemur ekor cincin.

Para ilmuwan kemudian mengisolasi sel yang dikenal sebagai sel crypt usus dari setiap hewan dan mempelajari genomnya. Selanjutnya genom akan digunakan untuk menghitung jumlah mutasi yang dikumpulkan masing-masing spesies setiap tahun.

Apa yang ditemukan peneliti sangat mengejutkan. Apa yang memengaruhi kemampuan paus terhindar kanker ini ada hubungannya dengan jumlah mutasi yang terakumulasi setiap tahun.

Pada dasarnya, spesies berumur panjang ditemukan mengakumulasi mutasi pada tingkat yang lebih lambat sementara spesies berumur pendek melakukannya pada tingkat yang lebih cepat.

Contohnya pada manusia akan mendapatkan sekitar 47 mutasi setahun sedangkan pada tikus sekitar 800 mutasi setahun.

Namun berapa tepatnya hewan yang berumur panjang berhasil memperlambat laju mutasi DNA masih belum jelas.

Selain itu, selama ini hubungan antara tingkat mutasi dan masa hidup hanya ditetapkan untuk hewan yang memiliki masa hidup rendah hingga menengah.

Peneliti kini memikirkan untuk mempelajari spesies berumur lebih panjang yang lebih relavan dalam memahami resistensi kanker.

Hal ini dilakukan sebagai upaya pada skrining dan perawatan kanker yang lebih baik di masa depan.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/04/11/123100423/mengapa-paus-tidak-terkena-kanker-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke