Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Anak Sering Menggertakkan Gigi Saat Tidur, Apakah Berbahaya?

Penyebab dari bruxism memang kompleks dan belum diketahui pasti, tetapi faktor risikonya antara lain karena faktor lokal gigi dan mulut, sistemik, maupun psikologis anak.

Dijelaskan drg Rahma Natalia Hardjakusumah, Sp. KGA, Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak RS Pondok Indah, dalam keadaan lokal, bruxism atau menggertakkan gigi bisa terjadi karena kontak gigi rahang atas dan bawah yang tidak tepat, atau bisa juga sebagai respons sakit, misalnya sakit pada telinga maupun sakit gigi.

Penyebab kedua yaitu keadaan sistemik, biasanya dapat terjadi pada anak yang memiliki kondisi epilepsi, masalah pencernaan/gastrointestinal, maupun kelainan muskular.

Sementara penyebab terakhir, keadaan psikologis pada anak. Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya bruxism.

“Keadaan cemas, takut, atau stress misalnya karena ketakutan menghadapi ujian di sekolah, tekanan akademis, tekanan dari teman maupun ketakutan menghadapi lingkungan baru dapat menigkatkan risiko terjadinya bruxism,” jelas drg Rahma.

Cara mengatasai kebiasaan menggertakkan gigi

Bruxism merupakan keadaan yang memang dilakukan secara tidak sadar. Bahkan terkadang banyak penderita maupun orangtua yang tidak menyadari, bahwa bruxism merupakan kebiasaan buruk yang membutuhkan perawatan.

Walaupun seringkali bruxism ini hilang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak, tetap perlu observasi mendalam.

Menurut drg Rahma, bruxism dapat dihindari dengan mandi air hangat, kompres air hangat pada otot pengunyahan, memastikan anak tidur cukup, juga menghilangkan emosi yang tidak stabil pada anak.

“Jika bruxism mulai mempengaruhi kondisi gigi dan mulut anak, seperti nyeri otot dan gigi yang mulai terkikis, dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak akan membuatkan night guard, yakni alat yang dapat melindungi gigi,” lanjutnya.

Ia menambahkan, meski bruxism memang tidak menimbulkan dampak sakit secara langsung pada gigi anak, bruxism yang terjadi pada waktu lama tanpa ditangani, dapat merusak lapisan email gigi sehingga meningkatkan sensitivitas gigi.

“Selain itu, bruxism pun dapat menimbulkan nyeri pada otot wajah, sakit pada musculoskeletalmaxillofacial, kerusakan pada sendi rahang (TMJ), dan kelelahan kronik. Karena itu, ada baiknya konsultasi ke dokter gigi,” pungkasnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/11/27/160500523/anak-sering-menggertakkan-gigi-saat-tidur-apakah-berbahaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke