Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perempuan di Kamp Nazi Tak Pernah Menstruasi, Ahli Ungkap Sebabnya

Tapi dari semua aspek kekejaman Nazi, ada satu hal yang tak pernah sepenuhnya diteliti, yaitu mengapa sekitar 98 persen perempuan yang dipenjara di kamp konsentrasi Nazi tidak mengalami menstruasi (amenore) tak lama setelah kedatang mereka di kamp?

Kini, hal yang jarang diselidiki lebih lanjut itu diteliti kembali dalam sebuah studi baru.

Mengutip Medical Xpress, Kamis (22/9/2022) Peggy J. Kleinplatz penulis utama studi dari University of Ottawa menyebut, penghentian tiba-tiba menstruasi pada perempuan Yahudi yang ditawan di kamp Nazi terlalu seragam untuk hanya disebabkan oleh trauma dan kekurangan gizi.

Lantas dalam studi barunya yang memadukan bukti sejarah serta kesaksian korban Holocaust, ia mengajukan hipotesis tambahan.

Menurutnya, steroid sintetis telah diberikan kepada tawanan perempuan dalam ransum harian mereka.

Itu dimaksudkan untuk menghentikan siklus menstruasi mereka. Sebagai akibatnya, hal tersebut menganggu kemampuan para tawanan perempuan ini untuk memiliki anak.

"Dalam kekejaman massal mengerikan lainnya dalam sejarah, amenore terjadi secara perlahan dalam kombinasi dengan kelaparan dan trauma selama periode 12 hingga 18 bulan," ungkap Kleinplatz.

Menurutnya apa yang terjadi di kamp Nazi itu tak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh hipotesis baik trauma, malnutrisi, atau keduanya. Saat itu lah Kleinplatz mulai menyelidiki apakah ada upaya yang disengaja untuk menyebabkan para perempuan ini berhenti menstruasi.

Bukti teori kemudian didukung juga dengan wawancara perempuan yang selamat dari Holocaust di seluruh dunia.

Dari tahun 2018 hingga 2021, Kleinplatz melakukan wawancara dengan para penyintas. Pada akhirnya, 93 kesaksian dikumpulkan dari perempuan yang berusia rata-rata 92 tahun atau keturunan mereka yang dapat memberikan riwayat reproduksi lengkap para penyintas.

Para penyintas Holocaust memberi tahu Kleinplatz bahwa mereka curiga ada sesuatu dalam jatah makanan mereka, yang menyebabkan mereka tiba-tiba berhenti menstruasi di kamp.

Seorang wanita yang telah bekerja di dapur di Auschwitz selama berbulan-bulan ketika dia masih remaja, bahkan menggambarkan paket bahan kimia yang dibawa setiap hari di bawah penjagaan bersenjata dan dilarutkan ke dalam sup busuk yang setelahnya diberikan kepada para tawanan perempuan, sehingga mereka tidak menstruasi.

Narasi tentang ransum yang tercemar ini dikuatkan oleh temuan dalam laporan tahun 1969, yang menanyai para juru masak di Auschwitz.

Ada dampak jangka panjang bagi para penyintas. Hampir semua wanita yang diwawancarai atau 98% nya tidak dapat mengandung atau melahirkan hingga jumlah anak yang mereka inginkan.

Temuan melaporkan bahwa dari 197 kehamilan yang dikonfirmasi, setidaknya 48 (24,4%) berakhir dengan keguguran, 13 (6,6%) pada kelahiran mati dan 136 (69,0%) pada kelahiran hidup.

"Tingkat infertilitas primer, infertilitas sekunder, keguguran, dan kelahiran mati sangat tinggi dan tidak sesuai dengan populasi umum, atau bahkan populasi umum orang Yahudi selama tahun-tahun mengalami ledakan populasi bayi," kata Kleinplatz.

Lebih lanjut, steroid seks yang menyebabkan penghentian menstruasi, ditemukan dalam jumlah besar di Jerman selama era Perang Dunia II.

Para peneliti mengatakan, mereka memperoleh bukti bahwa sejumlah besar steroid seks diproduksi oleh pabrik-pabrik Jerman dari tahun 1943-45, seolah-olah untuk mengobati infertilitas.

Steroid itu pertama kali disintesis dan diproduksi di Berlin pada tahun 1933 dan tersedia sebagai obat bebas untuk pengobatan infertilitas di Jerman.

Seorang farmakologis dan ahli kimia Jerman, Adolf Butenandt, dianugerahi Nobel dalam bidang kimia pada 1930-an untuk karyanya mensintesis steroid seks ini.

Saat ingatan tentang Holocaust memudar setiap tahun, Kleinplatz pun mendesak untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

"Ada kewajiban peneliti medis, ilmuwan lain, dan sejarawan untuk melanjutkan pencarian jawaban yang pantas diterima oleh masing-masing perempuan yang diwawancari dalam studi ini," ungkapnya.

Studi dipublikasikan di Social Science & Medicine.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/09/23/080500823/perempuan-di-kamp-nazi-tak-pernah-menstruasi-ahli-ungkap-sebabnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke