Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bukti Fosil Ungkap Serangan Mematikan Megalodon ke Paus

KOMPAS.com - Sekitar 15 juta tahun yang lalu di perairan hangat yang sekarang menjadi wilayah Maryland Selatan, Amerika Serikat, tiba-tiba laut bergejolak dengan hebat.

Riak permukaan laut itu rupanya terjadi karena hiu megalodon (Otodus megalodon) seukuran bangunan lima lantai sedang menyerang seekor paus.

Namun paus itu rupanya tak menyerah, meski sudah terjepit dengan gigi megalodon. Saat berusaha untuk melepaskan diri, serangan menyebabkan punggung paus bengkok dan mengalami fraktur kompresi yang hebat.

Gambaran di atas merupakan skenario yang dibuat oleh para ilmuwan setelah memeriksa dua tulang paus yang retak dan satu gigi megalodon.

Fosil tersebut, seperti dikutip dari Live Science, Minggu (11/9/2022) ditemukan berdekatan di Tebing Calvert Maryland, sebuah situs yang berasal dari zaman Miosen (23 juta hingga 5,3 juta tahun yang lalu).

Para peneliti menggambarkan cedera paus dan apa yang mungkin menyebabkannya itu dalam sebuah studi baru, yang dipublikasikan daring 25 Agustus di jurnal Palaeontologia Electronica.

Sisa-sisa dari apa yang kemungkinan merupakan paus sepanjang 4 meter dan hidup sekitar 15 juta tahun yang lalu tersebut, awalnya ditemukan oleh Mike Ellwood, seorang sukarelawan dan kolektor fosil Calvert Marine Museum.

Namun dari spesimen itu, peneliti tak bisa menentukan apakah spesimen adalah paus bergigi, paus balik, atau bahkan lumba-lumba besar.

"Fosil dengan cedera seperti yang kita temukan di Tebing Calvert ini sangat jarang. Cederanya sangat parah, sangat jelas akibat trauma serius, sehingga saya ingin mengetahui latar belakangnya," ungkap Stephen J. Godfrey, kurator paleontologi di Calvert Marine Museum di Maryland dan penulis utama studi.

Untuk mengetahuinya, Godfrey kemudian melakukan pemindaian tulang belakang yang rusak.

Pemindaian menunjukkan fraktur kompresi, sejenis patahan di mana tulang belakang hancur yang sangat khas polanya, sehingga dapat langsung dikenali.

"Setiap ahli radiologi akan melihat ini dan mengenali patologinya," kata Godfrey.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa membran yang mengelilingi tulang, yang dikenal sebagai periosteum, telah menghasilkan tulang baru setelah cedera.

Terlepas dari apakah tulang periosteal terbentuk untuk memperbaiki luka, seperti yang sering terjadi pada manusia, atau sebagai akibat dari infeksi atau radang sendi, pertumbuhan tulang baru pasca-cedera menunjukkan, bahwa paus hidup selama beberapa minggu setelah mengalami patah tulang.

Selain akibat serangan megalodon, faktor-faktor lain sebenarnya juga dapat menjadi penyebab tulang patah pada paus.

Megafauna laut yang punah selain megalodon, seperti hiu putih Miosen atau paus sperma makroraptorial (Physeteroidea) juga dapat melakukan hal yang sama fatalnya dengan megalodon.

Selain itu, paus yang menelan ganggang beracun dan mengalami kejang-kejang pada dasarnya juga dapat mematahkan punggungnya sendiri.

Tapi Godfrey berpikir, serangan megalodon adalah penjelasan yang paling masuk akal. Pasalnya, trauma di satu tulang belakang benar-benar menembus ke dalam.

"Dalam hal kekuatan ini sangat luar biasa," papar Godfrey.

Dan kemudian ada gigi megalodon pula yang ditemukan di samping tulang belakang.

Pemeriksaan lebih dekat pada gigi mengungkapkan ujungnya patah, kemungkinan setelah menabrak sesuatu seperti tulang.

"Kami tak tahu teknik pemangsa lengkap yang bisa digunakan megalodon, tapi mungkin saja seperti hiu modern, mereka menyergap mangsanya dari bawah," jelas Godfrey.

Tapi tentu saja, ia tak mengesampingkan penjelasan alternatif yang bisa saja terungkap dalam penelitian lebih lanjut.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/09/12/090500023/bukti-fosil-ungkap-serangan-mematikan-megalodon-ke-paus-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke