Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Siklus Ikan, Maggot, Unggas, dan Tanaman Disebut Bisa Jadi Alternatif Penurunan Stunting

Penelitian ini telah dilakukan oleh Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Medan bersama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, beserta Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

Penelitian ini merupakan bagian dari program integrasi yang dinilai bisa mengatasi masalah stunting di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi psikososial pada 1.000 hari pertama umur anak.

Stunting juga merupakan kondisi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena malnutrisi kronis atau infeksi kronis, serta stimulasi psikososial yang tidak memadai.

Kondisi gangguan-gangguan tersebut, akhirnya memberikan dampak bagi anak, baik dalam aspek kesehatan maupun aspek psikologisnya.

Hal ini berbahaya, karena bisa menimbulkan gangguan fungsi tubuh yang permanen hingga anak dewasa.

Ada banyak sekali persoalan stunting yang perlu dipahami oleh masyarakat, mulai dari ciri-ciri, penyebab hingga cara mencegahnya di sini.

Mekanisme peran IMUT untuk penurunan stunting

Para peneliti menyebutkan objek penelitian ini menjadi “IMUT”, yang merupakan singkatan dari Ikan, Maggot, Unggas, dan Tanaman.

Penelitian telah dilakukan selama 3 bulan di Kabupaten Mandailing Natal, tepatnya di Kelurahan Hutagodang dan Desa Tolang Kecamatan Ulupungkut.

Disebutkan bahwa tingginya angka stunting di Mandailing Natal akibat pola hidup dan kurangnya sarana prasarana seperti Mandi, Cuci dan Kakus (MCK).

Dengan kondisi ini, pemerintah daerah lebih memfokuskan anggaran pada bidang infrastruktur, seperti perbaikan sarana prasaran, kesehatan, persoalan lingkungan, mengatasi lingkungan hidup yang mengkhawatirkan, kebersihan lingkungan, aliran sungai, dan pembuangan limbah yang tidak teratur.

Direktur Poltekkes Medan, Dra. Ida Nurhayati M.Kes mengatakan, IMUT ini bermanfaat bagi lingkungan hidup untuk mengurangi sampah organik yang julahnya 60 persen dari total sampah di Kabupaten Mandailing Natal.


Dalam prosesnya, sampah organik akan diurai oleh maggot. Maggot yang berprotein tinggi digunakan untuk campuran pakan ikan dan unggas.

Nah, hasil sisa penguraian sampah oleh maggot digunakan untuk pupuk tanaman yang dibudidayakan, seperti tanaman sayuran dan tanaman obat.

“IMUT merupakan bentuk pemanfaatan pekarangan dengan budidaya ikan, maggot, unggas dan tanaman yang hasilnya dapat meningkatkan nilai ekonomi keluarga, pemenuhan gizi keluarga, yang pada akhirnya dapat meningaktkan kesehatan ibu dan anak, serta mewujudkan green environment (lingkungan hijau),” kata Ida dikutip Kompas.com dari laman resmi Kemenkes.

Adapun desiminasi hasil penelitian IMUT ini telah dilakukan di Aula Kantor Bupati Mandailing Natal, Senin (8/8/2022).

IMUT bantu atasi dampak pandemi Covid-19

Dalam kesempatan yang sama, Dosen FKM Universitas Sumatera Utara dan juga anggota peneliti Dr. Ir Zulhaida Lubis M.Kes mengatakan, pengembangan IMUT dilakukan untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19.

Seperti yang diketahui, pandemi Covid-19 telah berpengaruh terhadap banyak aspek dalam kehidupan, termasuk pada kondisi ekonomi masyarakat rendah, daya beli lemah, sehingga mempengaruhi kerawanan pangan dalam keluarga.

Akibat pandemi Covid-19, banyak keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan anak yang seharusnya bervariasi dan bergizi, yang jelas akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ibu dan anak.

“Program integrasi IMUT sudah berjalan dengan baik, diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat, serta mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah setempat,” kata Zulhaida.

Melalui program IMUT ini, dapat menambah keragaman konsumsi pangan dan dapat memperbaiki status gizi kurang dan sangat kurang bagi balita.

Namun, ia mengingatkan, untuk memperbaiki stunting masih diperlukan waktu yang lebih panjang lagi, karena masalah stunting itu merupakan masalah gizi kronis.

Untuk itu, diharapkan program 1 rumah 1 IMUT ke depannya dapat mengatasi kekhawatiran tentang kelestarian lingkungan hidup dan kebersihan lingkungan melalui pengolahan limbah organik, masalah gizi ibu dan anak, stunting, dengan pemberdayaan masyarakat yang juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.

Tantangan program IMUT

Kendati memiliki banyak sekali peran untuk mengendalikan atau mengatasi persoalan stunting dan masalah lingkungan, Zulhaida menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya, tentu ada beberapa kendalam maupun hambatan, seperti kondisi cuaca dan kondisi lingkungan.

Ia mencontohkan, jika terjadi hujan angin yang membuat ayam mati serta kondisi banjir yang membuat ikan terbawa arus, tentu akan mengurangi pasokan pangan masyarakat.

“Tetapi kendala maupun hambatan in,i telah diatasi dengan membuat lampu pemanas pada kandang unggas atau ayam dan meninggikan kolam ikan,” jelasnya.

Dengan begitu, diharapkan hasil penelitian dan solusi yang diberikan ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat, guna menekan risiko stunting pada anak.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/08/14/180200023/siklus-ikan-maggot-unggas-dan-tanaman-disebut-bisa-jadi-alternatif

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke