Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Data Nafas Indonesia Ungkap Polusi Udara Tertinggi di Pagi Hari, Kok Bisa?

Sebuah data terbaru mengenai polusi udara di Indonesia, termasuk DKI Jakarta menunjukkan bahwa udara di pagi hari ternyata memiliki polusi udara tertinggi di bandingkan waktu-waktu lainnya.

Data yang dikeluarkan oleh Nafas Indonesia ini telah mengkaji rata-rata polusi udara pada bulan Juni 2022. Mereka menemukan bahwa polusi PM 2.5 paling tinggi masih di pagi hari dengan rata-rata dua sampai tiga kali lipat di atas 26 mikrogram.

Data ini termasuk di daerah yang populer untuk melakukan olahraga pagi seperti Gelora.

Co-founder & Chief Growth Officer Piotr Jakubowski mengatakan, temuan ini menjadi suatu yang mengejutkan sekaligus menjadi pelajaran berharga bagi kita.

Seperti yang kita ketahui, berolaharga sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan tubuh agar tetap bugar.

Pagi hari menjadi waktu yang paling banyak dipilih oleh masyarakat untuk berolahraga, karena banyak orang berasumsi bahwa udara yang dihirup di pagi hari lebih segar daripada saat siang, sore maupun malam hari.

Namun, dengan data yang ditemukan oleh Nafas Indonesia ini, Piotr mengingatkan bahwa olahraga di pagi hari tidak begitu baik untuk kesehatan tubuh, karena polusi udara sedang tinggi-tingginya.

“Ada trend kualitas udara di DKI Jakarta, pada Juni 2022 itu sangat berpolusi tinggi di pagi hari,” kata Piotr dalam diskusi Bicara Udara Journalist Class, Selasa (19/7/2022).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh tim, ada sekitar 75 persen responden percaya pagi hari memiliki udara terbaik.

Alasan responden tersebut memilih pagi sebagai waktu dengan kualitas udara paling bagus, karena laju kendaraan seperti mobil dan motor lebih sedikit, dan mereka banyak yang berolaharga di pagi hari untuk membuat dirinya merasa cukup sehat melawan polusi udara.

Fakta menunjukkan hal yang sebaliknya. Berdasarkan data yang dikumpulkan di daerah sekitar DKI Jakarta, terutama di tempat-tempat yang ramai dipilih sebagai arena berolahraga ternyata polusi udara PM 2.5 paling tinggi di pagi hari.

Berikut data yang dihimpun dan diperoleh Nafas Indonesia terkait polusi udara pagi hari di DKI Jakarta, Surabaya, dan Bandung pada bulan Juni 2022, namun dicontohkan dalam salah satu grafik pergerakan polutan dalam 24 jam saja.

1. Gelora, Jakarta

Untuk di daerah Gelora, mulai pukul 12 malam dan sepanjang dini hari sampai di waktu pagi hari pukul 8 pagi, rata-rata polusi PM 2.5 adalah sekitar 45 mikrogram/m3 dalam kategori tidak sehat untuk grup sensitif.

Perbaikan udara baru terjadi di jam 9 pagi sampai puncaknya di jam 4 sore.

Sementara, Nilai Ambang Batas (NAB) adalah batas konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien yakni untuk NAB PM2.5 adalah 65 mikrogram/m3.

2. Menteng, Jakarta

Untuk daerah Menteng dan sekitarnya, grafik kualitas udara dimulai dari tingkat tidak sehat, karena nilainya mulai dari 55 mikrogam/m3 pada pukul 1 dini hari, dan terus meningkat sampai puncaknya 100 mikrogram/m3 pada pukul 8 pagi.

Perbaikan udara di wilayah itu baru terjadi di jam 11 pagi sampai puncaknya di jam 3 sore.


3. Tebet, Jakarta

Kualitas udara pada bulan Juni 2022 di daerah Tebet juga menunjukkan kondisi yang tidak jauh berbeda dari dua daerah lainnya di Jakarta.

Di mulai pada pukul 1 dini hari, nilai polusi PM2.5 di Tebet mencapai 55 mikrogram/m3 dan masuk kategori tingkat tidak sehat, lalu terus meningkat yang kemudian mencapai puncaknya pada pukul 8 pagi hari dengan nilai 100 mikrogram/m3.

Perbaikan udara baru terjadi di jam 9 pagi sampai puncaknya di jam 3 sore hari.

4. Kemayoran, Jakarta

Untuk wilayah Kemayoran, polusi udara cukup tinggi dengan nilai 70 mikrogram/m3, yang kemudian terus meningkat sampai pada puncakny pukul 8 pagi hari dengan nilai 140 mikrogram/m3.

Lalu, perbaikan udara baru terjadi di jam 9 pagi sampai puncaknya di jam 3 sore.

5. Kertajaya, Surabaya

Grafik pergerakan polutan dalam 24 jam di Kertajaya, Surabaya tidak menunjukkan data yang cukup signifikan dibandingkan dengan data di 4 daerah di Jakarta sebelumnya.

Kualitas udara di Kertajaya dimulai dari tingkat tidak sehat untuk grup sensitif, pada pukul 12 malam hari nilai polutan mencapai 105 mikrogram/m3, naik menjadi 110 mikrogram/m3 pada pukul 1 dini hari, lalu terus menurun namun tetap kategori tinggi yakni 60 mikrogram/m3 pada pukul 8 pagi hari.

Perbaikan udara baru terjadi di jam 9 pagi sampai puncaknya di jam 4 sore, yang masih terus dalam kategori moderat sampai pukul 9 malam hari.

6. Manjahlega, Bandung

Untuk daerah yang tidak terlalu jauh dari Jakarta ini, ternyata kualitas udara juga tidak begitu baik.

Kualitas udara dimulai dari tingkat tidak sehat yakni dengan nilai 80 mikrogram/m3 pada pukul 12 malam.

Kemudian turun menjadisekitar 67 mikrogram/m3 pada pukul 1 dini hari, yang berlanjut turun tetapi masih dalam kategori kualitas udara tidak baik yakni dengan nilai 58 mikrogam/m3 pada pukul 9 pagi hari.

Perbaikan udara baru terjadi di jam 10 sampai puncaknya di jam 1 siang.

Lalu mengapa bisa polusi udara lebih tinggi pada pagi hari dibandingkan waktu siang?

Piotr menjelaskan bahwa, meskipun di pagi hari jalanan masi sepi dan tidak banyak mobil, polusi udara memang sangat bisa menjadi tinggi.

Hal ini dikarenakan, konsentrasi polusi udara terakait dengan atmosfer, lebih spesifiknya terkait dengan Planetary Boundary Layer.

Planetary Boundary layer (PBL) merupakan bagian dari troposfer yang mendapat pengaruh secara langsung dari permukaan bumi, yang memiliki peranan penting dalam iklim, cuaca, dan kualitas udara.

Pada siang hari, suhu permukaan bumi cukup tinggi, PBL tinggi yakni mencapai sekitar 1,5 kilometer.

Sementara, pada malam hari suhu permukaan bumi rendah, PBL rendah bahkan bisa kurang dari 100 meter.

“Kalau pada siang itu, waktu suhu permukaan bumi cukup tinggi maka masih banyak ruang untuk polusi udara itu berpindah dan melemah,” jelasnya.

Sedangkan, saat suhu permukaan bumi rendah, maka polusi udara tidak bisa berpindah dan melebah dengan baik akhirnya polutan tetap tinggi pada sekitar tengah malam menjelang pagi hari.


Dampak polusi udara PM2.5

PM2.5 adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer). PM2.5 ini disebut sebagai ancaman terbesar pada kesehatan manusia.

Hal ini disebabkan, partikel PM2.5 ini sangat kecil dan lebih kecil dari sel darah merah, tidak bisa disaring oleh tubuh manusia, dan mampu memasuki sistem peredaran darah.

PM2.5 memiliki ukuran 30 kali lebih kecil dari rambut manusia, dan tidak bisa dilihat tanpa mikroskop elektron.

Badan manusia tidak mampu memfilter polutan ini, yang berarti dapat terperangkap di paru-paru dan menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan orang tersebut.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang menghirup udara yang penuh dengan polutan.

Polutan ini sangat berbahaya terutama pada kelompok rentan seperti ibu hamil, anak-anak di bawah 5 tahun, lansia, orang dengan penyakit imun dan orang dengan penyakit pernapasan

Berikut bebera masalah kesehatan yang bisa ditimbulkan oleh polusi PM2.5 ini.

1. Kelahiran prematur
2. Berat badan lahir rendah
3. Perkembangan janin terganggu
4. Asma
5. Perkembangan paru-paru lambat
6. Batuk dan sesak napas
7. Penyakit jantung koroner
8. Stroke
9. Bronkitis kronis
10. Diabetes
11. Kanker paru-paru
12. Demensia
13. Gagal jantung
14. Paru-paru lemah
15. Serangan jantung
16. Menurunkan tingkat kecerdasan

Hal ini juga ditunjukkan dengan data dari KLHK 2013, Dr Budi Haryanto, FKM Universitas Indonesia, di mana sekitar 60 persen pasien rumah sakit di Jakarta menderita penyakit yang terkait dengan polusi udara.

“Tapi bukan berarti jangan berolahraga. Berolahragalah, tetapi pilih tempat dan waktu di mana polusi udara sedang baik,” kata Piotr.

“Jangan sampai kita ingin sehat, malah justru sakit karena menghirup udara yang tidak sehat ini,” tambahnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/07/20/090300723/data-nafas-indonesia-ungkap-polusi-udara-tertinggi-di-pagi-hari-kok-bisa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke