Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

WHO Akan Gelar Rapat Darurat Pekan Depan untuk Memutuskan Status Wabah Cacar Monyet

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut akan menggelar pertemuan darurat, pada 23 Juni 2022 mendatang.

Langkah ini diambil untuk menentukan apakah wabah cacar monyet atau monkeypox, akan dikategorikan sebagai situasi darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, atau tidak.

Adapun status keadaan darurat tersebut merupakan kewaspadaan tertinggi yang ditetapkan oleh WHO. Saat ini WHO masih memberlakukan peringatan serupa untuk Covid-19 dan polio.

"Wabah global monkeypox jelas tidak biasa dan mengkhawatirkan," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Gebreyesus dikutip dari laman resmi PBB, Selasa (14/6/2022).

Tedros turut menyerukan untuk meningkatkan respons serta koordinasi internasional, terkait dengan wabah cacar monyet yang telah teridentifikasi di berbagai negara non-endemik.

Perlu diketahui, cacar monyet adalah penyakit endemik di Afrika Tengah dan Afrika Barat. Akan tetapi, kasusnya mulai meningkat di banyak wilayah di luar Afrika.

Sejauh ini, sudah ada lebih dari 1.600 kasus yang dikonfirmasi dan hampir 1.500 kasus dugaan cacar monyet telah dilaporkan ke WHO. Setidaknya ada 39 negara yang melaporkan kasus konfirmasi, termasuk tujuh negara di mana cacar telah terdeteksi sebelumnya.

Kemudian, ada 72 kematian akibat cacar monyet telah dilaporkan dari negara-negara tersebut. Badan Kesehatan PBB itu juga mencatat bahwa tidak ada kasus kematian di negara non-endemik cacar monyet.

Saat ini WHO pun tengah berusaha untuk memverifikasi laporan berita, tentang laporan kematian terkait cacar monyet di Brasil.

Deputi Direktur Tanggap Darurat WHO, Ibrahima Socé Fall, menerangkan bahwa risiko penyebaran virus di Eropa dinilai 'tinggi'. Sedangkan di seluruh dunia risikonya dianggap 'sedang'.

Diakuinya, masih ada kesenjangan informasi, terutama tentang bagaimana virus itu ditularkan hingga merebak seperti sekarang. Oleh karena itu, mereka terus mendalami karakteristik dari virus cacar monyet. 

“Kami (WHO) tidak mau menunggu sampai situasi tidak terkendali," ucap Ibrahima.


Upaya deteksi dan pengendalian kasus cacar monyet di dunia

WHO juga telah mengeluarkan rekomendasi bagi pemerintah mengenai upaya deteksi, maupun pengendalian kasus cacar monyet di negaranya. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran pada masyarakat, terkait risiko penyakit.

Pakar penyakit cacar di WHO dr Rosamund Lewis mengatakan, masyarakat dunia perlu mendapatkan informasi, untuk menghindari penularan, terutama pada anggota keluarga dan orang di sekitarnya.

Kendati penyakit ini terkadang hanya menimbulkan gejala ringan, seperti lesi kulit, dia menekankan cacar monyet bisa menular kepada orang lain dalam dua hingga empat pekan.

Sehingga, WHO merekomendasikan pasien untuk isolasi diri di rumah guna mencegah penularan lebih luas.

“Kami tahu bahwa sangat sulit bagi pasien untuk mengisolasi diri begitu lama, tetapi sangat penting untuk melindungi orang lain. Dalam kebanyakan kasus, pasien dapat mengisolasi diri di rumah, dan tidak perlu berada di rumah sakit," kata Lewis.

Dr Lewis memaparkan, bahwa cacar monyet dapat ditularkan melalui kontak fisik yang dekat dengan seseorang yang memiliki gejala.

Adapun beberapa gejala cacar monyet yang bisa dialami antara lain dimulai dengan demam, sekit kepala, nyeri otot, dan kelelahan.

Setelah itu, muncul ruam pada wajah yang menyebar ke bagian tubuh lainnya, hingga muncul lesi yang bisa sangat menular.

Benda seperti pakaian, tempat tidur, handuk, ataupun peralatan makan yang telah terkontaminasi virus juga dapat menulari orang lain.

Lebih lanjut, dia berkata masih belum jelas apakah orang yang sudah terpapar namun tidak memiliki gejala dapat menularkan penyakit cacar monyet kepada orang lain.

Pedoman vaksinasi cacar monyet dari WHO

Saat ini, sudah ada vaksin cacar generasi kedua dan ketiga yang di antaranya mungkin berguna untuk cacar monyet. Salah satunya ialah vaksin MVA-BN, yang telah disetujui untuk pencegahan penyakit cacar monyet.

Sayangnya, pasokan vaksin ini terbatas, sehingga strategi akses vaksinasi sedang dibahas WHO. Pihaknya pun telah merilis pernyataan terbaru tentang vaksinasi, sebagai respons wabah cacar monyet.

“Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia tidak merekomendasikan vaksinasi massal. Keputusan tentang penggunaan vaksin cacar atau monkeypox harus didasarkan pada penilaian penuh atas risiko dan manfaat dalam setiap kasus," demikian tulis WHO dalam pedoman tersebut.

Bagi kontak dengan pasien yang sakit, profilaksis atau tindakan untuk mencegah penularan pasca terpapar dengan vaksin generasi kedua atau ketiga direkomendasikan oleh WHO.

Idealnya, vaksin diberikan dalam empat hari setelah paparan pertama kali untuk mencegah munculnya penyakit.

Vaksinasi cacar monyet direkomendasikan bagi petugas kesehatan yang berisiko, staf laboratorium yang berkaitan dengan orthopoxvirus, staf laboratorium klinis yang melakukan tes diagnostik monkeypox, serta kelompok berisiko.

WHO menggarisbawahi pentingnya program vaksinasi yang didukung oleh pengawasan komprehensif, pelacakan kontak, informasi lengkap dan keamanaan dengan studi kolaboratif tentang kemanjuran vaksin.

Tedros juga mengatakan, bahwa WHO berencana untuk menerapkan mekanisme dalam membantu mendistribusikan vaksin yang tersedia, secara lebih adil ketika nanti diperlukan.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/06/15/170500323/who-akan-gelar-rapat-darurat-pekan-depan-untuk-memutuskan-status-wabah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke