Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wanita di AS Meninggal Usai Terinfeksi Virus Powassan yang Disebarkan Kutu, seperti Apa Gejalanya?

KOMPAS.com - Seorang pasien wanita di Connecticut, wilayah di negara bagian Amerika Serikat (AS), meninggal dunia setelah positif virus powassan.

Menurut Departemen Kesehatan Masyarakat negara bagian Amerika Serikat, wanita berusia 90 tahun itu merupakan orang kedua yang tercatat terinfeksi virus powassan di tahun ini.

Seperti dilansir Independent, Sabtu (11/6/2022), pejabat setempat menyampaikan bahwa pasien mengidap penyakit yang langka setelah digigit kutu pada awal bulan lalu.

Kemudian, ia dirawat di rumah sakit, tetapi kondisinya memburuk hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada 17 Mei 2022.

Kasus ini bukanlah yang pertama kali terjadi di Amerika Serikat. Sebab, pada April 2022 hal yang sama dialami pria di Maine, sebuah wilayah di negara bagian AS akibat infeksi virus powassan.

Adapun dalam kasus yang ditemui di Maine, pasien mengalami gejala neurologis dan meninggal saat berada di rumah sakit.

Untuk diketahui, virus powassan dapat menyebar melalui gigitan kutu rusa yang terinfeksi (Ixodes scapularis), kutu tanah (Ixodes cookei), ataupun kutu tupai (Ixodes marxi).

Virus itu diketahui sering menyebar di wilayah Great Lakes di Amerika Utara, antara akhir musim semi hingga pertengahan musim gugur.

Lantas, seperti apa gejala infeksi virus powassan?

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebutkan, kebanyakan orang yang tertular virus powassan tidak mengalami gejala.

Namun, mereka yang terpapar dapat mengalami gejala klinis termasuk demam, sakit kepala, muntah, dan lemas selama satu pekan hingga satu bulan usai digigit kutu yang terkontaminasi.

CDC juga mencatat satu dari 10 kasus mengalami infeksi otak, dikenal sebagai ensefalitis atau selaput yang mengelilingi otak, dan sumsum tulang belakang (meningitis).

Dalam kasus seperti itu, gejala yang mungkin dialami antara lain kebingungan, kehilangan koordinasi, kesulitan berbicara, serta kejang.

Infeksi virus powassan pun mengakibatkan masalah kesehatan jangka panjang pada 50 persen kasus yang parah.


Belum ada vaksin virus powassan

Sayangnya, hingga saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah virus powassan yang ditularkan melalui gigitan kutu ini. Tak hanya itu, pengobatan khusus untuk infeksi juga belum ditemukan.

Biasanya, orang dengan penyakit parah memerlukan perawatan di rumah sakit, bahkan bantuan pernapasan, hidrasi, serta obat anti-inflamasi untuk mengurangi pembengkakan di otak.

Oleh karena itu, upaya untuk mencegah infeksi virus powassan dapat dilakukan dengan mencegah gigitan kutu, antara lain:

Komisaris kesehatan negara bagian, Dr Manisha Juthani, memperingatkan bahwa kematian terbaru dari virus merupakan tanda bagi masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan sejak dini.

“Menggunakan obat nyamuk, menghindari area yang mungkin ada kutu, dan mengecek (apakah ada) kutu setelah berada di luar dapat mengurangi kemungkinan Anda atau anak Anda terinfeksi virus ini,” ujarnya.

Menurut CDC, kasus yang disebabkan virus ini sangatlah jarang, dengan hanya 10 kasus yang dilaporkan antara tahun 2011 hingga 2014.

Meski begitu, virus tersebut patut diwaspadai mengingat wilayah Connecticut telah melaporkan 12 kasus antara tahun 2017 sampai 2021. Dua di antaranya mengalami kefatalan dan meninggal dunia.

Sementara itu, faktor seperti peningkatan suhu dan kelembapan, serta peningkatan populasi rusa ataupun tikus disebut telah berkontribusi pada perluasan populasi kutu.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/06/13/090300323/wanita-di-as-meninggal-usai-terinfeksi-virus-powassan-yang-disebarkan-kutu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke