Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Viral Cerita Cinta Segitiga Ken Arok, Ken Dedes, dan Tunggul Ametung, Benarkah Kisah Ini Ada?

KOMPAS.com - Belakangan, nama Ken Arok, Ken Dedes, dan Tunggul Ametung menjadi perbincangan hangat warganet. Bukan karena sejarah atau masa kejayaan Kerajaan Singasari, melainkan adanya dugaan cinta segitiga di antara mereka.

“Barusan baca thread ada yang ngespill hubungan gelap Ken Dedes, Ken Arok, dan Tunggul Ametung. Takut banget walaupun lebih dari 700 tahun meninggal bukan berarti aman buat dispill di twitter,” tulis akun @aan__.

Salah satu penguna Twitter, ikut mengklarifikasi dugaan perselingkuhan yang dituduhkan kepada Ken Dedes.

“Tidak pernah ada seorang SHRI NARESHWARI PRADJNA PARAMITHA KENDEDES RATU DEWI berselingkuh dengan Tunggul Ametung.. Ken Dedes terdidik agamis religius oleh ayahnya yang seorang Mpu.. Rahasia semuanya ada di Bhairawa Tantranya Gde Mirah sang pengasuh Ken Dedes," demikian tulis akun @SimbokDharmi.

Dikisahkan dalam kitab Pararaton, sebelum Kerajaan Singasari lahir ada peran pemimpin yang disebut Akuwu atau camat bernama Tunggul Ametung di wilayah Tumapel. 

Dijelaskan Guru Besar Sejarah dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Suhartono Wiryopranoto, kitab Pararaton menggambarkan Ken Arok sebagai keturunan Dewa Brahma.

Namun, di dalam masyarakat Ken Arok hanyalah seorang berandal, kepala maling, dan kerap melakukan aksi perampokan.


Pada saat itu, Ken Arok bertemu dengan seorang brahmana yang konon datang dari India bernama Lohgawe. Brahmana tersebut sedang mencari orang yang diyakininya sebagai titisan Dewa Wisnu di tanah Jawa.

Akhirnya Ken Rok mengabdi kepada Tunggul Ametung, berkat bantuan Lohgawe. Sebagai prajurit, Ken Arok selalu mendampingi Tunggul Ametung beserta istrinya yang memiliki paras sangat cantik.

"Dengan kata lain, mengabdi itu akhirnya juga dekat atau bisa dianggap keluarga sendiri dengan Tungul Ametung. Nah di situlah sebenarnya yang namanya laki-laki melihat istrinya Tunggul Ametung, Ken Dedes yang cantik siapa enggak jatuh cinta," terang Suhartono kepada Kompas.com, Rabu (1/6/2022).

Akan tetapi, lanjut Suhartono, masalah utama yang terjadi di Tumapel adalah perebutan kekuasaan. Tunggul Ametung dan Ken Arok berusaha untuk membuktikan siapa sebenarnya yang berkuasa di wilayah ini.

Menurut kitab Pararaton, perebutan kekuasaan dimenangkan oleh Ken Arok setelah membunuh Tunggul Ametung. Hal itu dilakukannya setelah mendapatkan satu keris terkenal yang dibuat oleh Mpu Gandring.

"Sejak itu, kemudian Ken Arok mengawini Ken Dedes. Efek dari rebutan kuasa itu tentu saja penguasaan istrinya dan penguasaan harta di Tumapel. Sejarah awal kerajaan Singasari penuh dengan perebutan kuasa dan perang-perang," papar Suhartono.

Dihubungi secara terpisah, Peneliti Arkeologi Badan Riset dan Inovasi Nasional, Titi Surti Nastiti mengatakan hal senada terkait runtuhnya Kerajaan Singasari.

Menurutnya, meskipun Ken Arok jatuh cinta dengan Ken Dedes yang pada saat itu masih menjadi istri Tunggul Ametung, hal ini tidak menyebabkan keruntuhan kerajaan.

"Tentunya peristiwa itu tidak membuat Kerajaan Singhasari runtuh, karena peristiwa itu terjadi sebelum Kerajaan Singhasari berdiri pada tahun 1222. Kerajaan Singhasari runtuh pada saat diperintah oleh Kertanagara pada tahun 1292 karena serangan Jayakatwang," papar Titi. 


Sejarah runtuhnya kerajaan Singasari

Mengutip pemberitaan Kompas.com, Jumat (21/5/2021) setelah menjadi Akuwu Tumapel, Ken Arok bersekutu dengan para Brahmana untuk menaklukkan Kerajaan Kediri.

Serangannya pun berhasil hingga memaksa Raja Kertajaya menyerahkan kekuasaan kepada Ken Arok dan kerajaan dipindah ke Singasari. Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Tumapel yang pada akhirnya lebih dikenal sebagai Kerajaan Singasari.

Prof Suhartono menjelaskan, bahwa runtuhnya Kerajaan Singasari dilatarbelakangi oleh perebutan kekuasaan yang saling berganti.

"Menurut mitos yang berlaku, raja-raja yang tewas karena keris Mpu Gandring. Keris Mpu Gandring menewaskan sekian banyak raja Singasari," ujarnya.

"Jadi, setelah Ken Arok menjadi raja Singasari akhirnya dia dibunuh oleh keturunan Tunggul Ametung dan Ken Dedes yang bernama Anusapati," sambung dia.

Anusapati juga mati usai ditusuk menggunakan keris yang dibuat Mpu Gandring. Dia dibunuh keturunan Ken Arok dengan salah seorang istrinya dengan keris tersebut.

Selanjutnya, Kerajaan Singasari dipimpin oleh Kertanegara yang merupakan raja terakhir dari kerajaan ini.

Pada saat Raja Kertanegara memimpin, perdagangan global, khususnya untuk Asia Tenggara dan Asia Timur sangat ramai. Sejak dahulu, kedua wilayah ini memang menjadi incaran bagi China hingga Amerika Serikat.

Sebab, di masa pemerintahannya, sektor perdagangan dan pelayaran Singasari berkembang pesat. Adapun komoditas yang diperdagangkan adalah beras, emas, kayu cendana, serta rempah-rempah.

Asia Tenggara dan Asia Timur pada saat itu dikuasai Kubilai Khan, sultan atau raja dari Mongol. Lantaran adanya ambisi untuk menguasai Asia Tenggara, wilayah ini dipaksa untuk memberikan pajak perdagangan yang dapat dikirimkan berupa upeti.

Suatu ketika Kubilai Khan mengirimkan utusan kepada Kertanegara, karena ia harus membayar pajak. Namun, dia tidak ingin membayarnya, bahkan telinga dari utusan itu dipotong.

"Ini yang menyebabkan kemarahan Kubilai Khan, dan akhirnya nanti mengirimkan ekspedisi untuk menghancurkan Kertanegara," tutur Suhartono.


Mendengar rencana ekspedisi atau penyerangan ini, Raja Kertanegara berpikir perlu untuk mempertahankan kerajaannya.

Raja Kertanegara, yang secara spiritual mengikuti kepercayaan Tantrayana pun melakukan ritual, yang diyakini bisa menghasilkan kekuatan luar biasa untuk menghadapi lawan.

Kerajaan Singasari sendiri runtuh dikarenakan dua faktor, antara lain faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal itu salah satunya disebabkan ekspedisi yang dilakukan Kubilai Khan beserta pasukannya.

Sedangkan, faktor internal yang ikut menjatuhkan Kerajaan Singasari adalah pemberontakan dari seorang raja kecil atau adipati Gelanggelang (sekarang Madiun), bernama Jayakatwang.

"Jayakatwang adalah raja bawaan yang istilahnya tidak senang pada Kertanegara. Dari dalam sendiri, Jayakatwang menyerang Kertanegara dan membunuhnya," imbuhnya.

Sebagai pemeluk agama Buddha, Kertanegara melakukan ekspedisi yang dinamakan Pamalayu (1275 M) dengan mengirimkan patung Amoghapasa yang dikirim ke Malaya, di Sumatera. Perluasan kekuasaan ini juga diikuti dengan perluasan agama.

Transisi Kerajaan Singasari menuju Kerajaan Majapahit

Ketika menghadapi lawan, Jayakatwang dibantu oleh seseorang bernama Raden Wijaya.

Menurut silsilahnya Raden Wijaya yang kemudian mendirikan kerajaan Majapahit, masih keturunan Ken Arok. 

"Kubilai Khan benar-benar datang, ekspedisi untuk menghukum Kertanegara, tapi Kertanegara kan sudah mati, tinggal yang mempertahankan Wijaya dan Jayakatwang," ucap Suhartono.

Periode itu merupakan masa transisi dari Kerajaan Singasari ke Kerajaan Majapahit. Ketika pasukan Mongol bisa diusir, dan Raden Wijaya selamat, sehingga ia diberikan sebidang tanah yang kemudian digunakan untuk mendirikan kerajaan baru, yakni Majapahit. 

https://www.kompas.com/sains/read/2022/06/02/160300323/viral-cerita-cinta-segitiga-ken-arok-ken-dedes-dan-tunggul-ametung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke