Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah dan Asal Usul Reog Ponorogo, dari Kisah Singo Barong hingga Ki Ageng Kutu

Pengusulan kesenian Reog Ponorogo ini menyusul klaim dari Pemerintah Malaysia yang berencana untuk mengajukan kesenian reog tersebut ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya dari negara Malaysia.

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy pun mendukung penuh rencana pengajuan reog ke UNESCO tersebut.

“Saya mendukung penuh Reog diusulkan menjadi budaya tak benda di UNESCO. Saya upayakan supaya berhasil dan bisa menjadi kebanggaan, bukan hanya bagi masyarakat Ponorogo tapi juga seluruh Indonesia,” ujar Muhadjir, dikutip dari Kompas.id.

Menanggapi polemik ini, Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta menyatakan tidak berencana untuk mendaftarkan kesenian Reog Ponorogo sebagai salah satu warisan budaya Malaysia ke UNESCO.

Wakil Duta Besar Malaysia di Jakarta Adlan Mohd Shaffieq menjelaskan, berdasarkan informasi awal yang ia terima dari Kuala Lumpur, negaranya tak ada niat untuk mengajukan kebudayaan Ponorogo tersebut ke badan PBB.

“Saya sudah berdiskusi dengan pusat mengenai ini. Berdasarkan informasi awal, Malaysia tidak berniat mengajukan Reog Ponorogo ke UNESCO sebagai miliki kami,” ujar Adlan dalam pemberitaan Kompas.com edisi 12 April 2022.

Terlepas dari polemik klaim kesenian Reog Ponorogo tersebut, berikut sejarah dan asal usul kesenian Reog Ponorogo yang masih lestarikan oleh para penggiat seni di Indonesia, khususnya masyarakat Ponorogo, Jawa Timur.

Sejarah dan asal-usul Reog Ponorogo

Melansir Harian Kompas, 13 Januari 1972, kesenian Reog Ponorogo sudah tercatat di prasasti peninggalan Kerajaan Kanjuruhan pada 760 Masehi.

Tak hanya itu, kesenian Reog Ponorogo juga tertulis dalam prasasti Kerajaan pada 1045 Masehi.

Sejarah terciptanya tarian Reog Ponorogo tidak lepas dari legenda yang diciptakan masyarakat saat itu.

Ada banyak versi mengenai asal-usul terciptanya kesenian Reog Ponorogo.

Kelana Sewandana dan Singo Barong

Salah satu versinya yaitu bermula dari kisah Kelana Sewandana, seorang Raja di Banter Angin (sekarang Ponorogo) yang ingin mempersunting Putri Kediri Dewi Dyah Ayu Sangga Langit.

Orang yang mendapat tugas untuk meminang Putri Kediri itu adalah Bujangganong yang berasal dari Kediri.

Agar tak dikenali oleh orang-orang Kediri, Bujangganong memakai topeng dengan bentuk rupa yang sangat buruk saat melamar Putri Kediri.

Singkat cerita, lamaran Bujangganong atas nama Kelana Sewandana itu diterima oleh Putri Kediri.

Namun, sang putri memberikan satu syarat, yaitu Kelana Sewanadana harus mengalahkan Singa Barong yang ada di Alas Roban.

Syarat itu disanggupi dan sebuah pasukan kuda dikirim ke hutan untuk mencari Singa Barong.

Dalam pertempuran di hutan ternyata pasukan-pasukan yang dikirim itu telah dikalahkan oleh Singa Barong, sehingga memaksa Kelana untuk turun tangan secara langsung.

Ketika merasa tertekan, Kelana pun membanting sumpingnya ke tanah dan berubah menjadi dua ekor burung Merak. Sumping adalah perhiasan di atas telinga.

Keindahan burung Merak itu pun membuat Singa Barong terlena.

Saat Singa Barong sedang terlena, kelengahan itu dimanfaatkan Kelana dengan mencambukkan senjatanya yang bernama “Pecut Saman”.

Dengan cambukan Pecut Saman, Singa Barong berhasil dikalahkan.

Kemenangan itu membawa Kelana Swandana bisa diterima untuk mempersunting Putri Kediri Dewi Dyah Ayu Sangga Langit.

Saat pesta perkawinan keduanya digelar, mereka diiringi oleh arak-arakan Singa Barong dengan dua Merak bertengger di atasnya.

Dari sinilah kemudian dikembangkan menjadi permainan reog.


Ki Ageng Kutu

Versi asal-usul kesenian Reog Ponorogo berikutnya adalah kisah Ki Ageng Kutu.

Ki Ageng Kutu merupakan abdi Raja Brawijaya V yang meninggalkan Kerajaan Majapahit.

Kemudian, Ki Ageng Kutu mendirikan padepokan Surukebung yang digunakan untuk melatih para pemuda belajar ilmu kanuragan melalui permainan barongan.

Kendati demikian, Raja Barawijaya V menilai bahwa Ki Ageng Kutu telah berkhianat. Raja akhirnya mengutus Raden Katong atau Bathoro Katong.

Raden Katong adalah adipati pertama Kadipaten Ponorogo pada tahun 1837.

Sebagai imbalan, Raja Brawijaya V memberikan tanah perdikan di Wengker kepada Raden Katong lantaran berhasil menakhlukkan Ki Ageng Kutu.

Kisah perjuangan Raden Katong tersebut akhirnya digunakan untuk menamai kesenian tarian Reog yang berasal dari Riyokun, artinya khusnul khotimah.

Namun, ada juga yang menafsirkan tarian Reog sebagai sindiran Ki Ageng Kutu kepada Raja Brawijaya V lantaran tunduk kepada isterinya.

Raja Brawijaya V diibaratkan seekor macan yang ditunggangi oleh merak yang dimisalkan sebagai isterinya. Adapun penari-penarinya diibaratkan sebagai pasukan Majapahit.

(Sumber: Kompas.com/Ahmad Naufal Dzulfaroh, David Oliver Purba, Editor: Inggried Dwi Wedhaswary/ David Oliver Purba)

https://www.kompas.com/sains/read/2022/04/14/202900323/sejarah-dan-asal-usul-reog-ponorogo-dari-kisah-singo-barong-hingga-ki

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke