Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kelahiran Cacat di Dunia Masih Sangat Tinggi, Mengapa Begitu?

KOMPAS.com - Kelahiran cacat di dunia sangat tinggi. Namun, masih banyak masyarakat yang tidak begitu mengetahui atau menyadari tentang kelahiran bayi dengan cacat bawaan. 

Guru Besar Biologi Perkembangan Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Prof Win Darmanto M.Si.,Ph.D mengatakan, banyak kasus bayi dilahirkan dengan sempurna atau tidak ini harus dicari tahu lebih lanjut karena tidak secara morfologi luar saja tetapi harus fisiologi molekuler juga.

Win menjelaskan, dalam jangka waktu 4,5 menit sekali bayi lahir dengan kondisi tidak sempurna di Amerika Serikat. Artinya, 1 dari 33 kelahiran bayi dalam keadaan cacat.

Sementara untuk di negara Indonesia sendiri, angka kasus kelahiran bayi cacat jauh lebih rendah. Akan tetapi, kata Win, angka kasus kelahiran cacat di tanah air yang rendah ini bukan berarti kasus cacat bayi sangat rendah.

Melainkan karena alat deteksinya atau teknologi untuk mengetahui bahwa ini kondisi bayi lahir dalam keadaan normal atau tidak itu masih sangat kurang bila dibandingkan dengan negara maju.

Kasus kelahiran cacat ini cukup beragam prevalensi atau indikasi kejadiannya. Hal ini karena setiap negara memiliki metode untuk menentukan normal atau tidak dengan cara yang berbeda, baik secara morfologi, fisiologi dan genetik.

Selain itu, karena letak geografis setiap negara yang berbeda. Daerah yang berbeda ini dapat mempengaruhi kelahiran bayi normal dan tumbuh kembangnya.

Suku di setiap negara yang berbeda juga mempengaruhi bayi mengalami kelainan.

"Terakhir, karena adanya perbedaan waktu dan periode infeksi yang menentukan dampak berikutnya," ujarnya.

Penyebab cacat bawaan pada manusia

Kelahiran cacat atau cacat bawaan atau kelainan (congenital anomaly) dan pertumbuhan abnormal dipelajari dalam keilmuan teratologi.

Ilmu teratologi pertama kali lahir tahun 1961, yakni saat terjadi kasus cacat kandungan akibat obat penenang di Jerman.

Obat tersebut bernama thalidomide termasuk golongan yang penenang, banyak ibu hamil mengonsumsinya pada saat itu melahirkan anak cacat.

"Sehingga berkembangnya ilmu teratologi karena ada banyak bahan yang bisa menyebabkan menghambat perkembangan dan pertumbuhan daripada bayi atau janin di dalam kandungan," ujar Win dalam Kelas Online Taman Husada bertajuk Mengenal Bahan Obat/Jamu di Sekitar Kita Penyebab Cacat Janin, Sabu (26/2/2022).

Oleh karena itu, penggunaan obat, jamu atau pil sangat berbahaya bagi ibu hamil jika tidak diketahui efek sampingnya. Selain itu, ada beberapa penyebab lainnya yang diduga kuat masih menjadi pemicu tingginya kasus cacat bawaan dari bayi sejak dilahirkan.

Selain penyebab di atas, pengaruh infeksi juga dapat menimbulkan penyakit yang berdampak cacat bawaan pada manusia, seperti Rubella, cacar air, polio, cytomegalic inclusion virus, penyakit sypilis, toxoplasmosis dan lain sebagainya.

"Kalau di kita sendiri (Indonesia), ada daerah yang kebanyakan mata pencariannya menambang emas manual sendiri oleh warganya, ifu banyak sekali ditemukan bayi cacat bawaan sejak lahir," kata dia.

Dalam analisis mendalam oleh beberapa penelitian, ditemukan bahwa pemicu utama banyak anak mendapati cacat bawaan sejak dilahirkan adalah akibat kandungan zat kimia merkuri yang terkandung dalam peralatan atau proses pemisahan emas dari pasir sungai yang diambil, dan mengalir ke air konsumsi, air mencuci atau mandi mereka.

Sayangnya, meskipun hampir di setiap rumah warga memiliki satu anak yang lahir dengan keadaan cacat bawaan, mereka tidak begitu mencurigai kondisi tersebut, hingga diberikan edukasi bahwa kondisi cacat bawaan yang banyak dialami anak-anak tersebut merupakan pengaruh besar dari kandungan bahan kimia.

Sedangkan, untuk di beberapa negara lainnya juga memiliki penyebab tersendiri yang mungkin tidak sama kasus faktor pemicunya dengan yang ada di Indonesia.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/03/18/073200223/kelahiran-cacat-di-dunia-masih-sangat-tinggi-mengapa-begitu-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke