Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Konsumsi Obat Hipertensi Bisa Merusak Ginjal, Benarkah? Ini Kata Dokter

KOMPAS.com - Beberapa orang masih menganggap, mengonsumsi obat hipertensi dan diabetes secara terus-menerus, bisa merusak fungsi ginjal di kemudian hari.

Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dr Aida Lydia, PhD., SpPD, K-GH, pun membenarkan, bahwa salah satu misinformasi yang banyak tersebar ialah berkaitan dengan konsumsi obat hipertensi dan obat diabetes yang bisa merusak ginjal.

Akan tetapi, anggapan tersebut sebenarnya adalah sebuah kekeliruan informasi yang seharusnya tidak diyakini oleh masyarakat, terlebih pada penderita penyakit ginjal kronik (PGK).

Pasalnya,seseorang dengan hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol berisiko tinggi mengganggu fungsi ginjal, yang pada akhirnya bisa memicu penyakit ginjal kronik.

Oleh karenanya, bagi pasien penyakit ginjal kronik yang juga mengidap hipertensi ataupun diabetes, dianjurkan untuk tetap mengonsumsi obat agar tetap terkontrol.

"Masih banyak misinformasi di kalangan masyarakat kita yang dalam jangka panjang merugikan kesehatannya. Ada misinformasi tidak usah minum obat hipertensi atau obat diabetes karena obat kimia dapat merusak ginjal," ungkap Aida dalam webinar memperingati Hari Ginjal Sedunia 2022, Rabu (9/3/2022).

"Sebenarnya, yang merusak ginjal bukan obatnya, tetapi penyakit hipertensi dan diabetes itu sendiri,” sambungnya.

Lebih lanjut, dia berkata bahwa ada sejumlah obat kimia yang memang memengaruhi fungsi ginjal. Namun demikian, jumlahnya lebih sedikit daripada obat yang tidak menganggu fungsinya.

"Obat ada yang mengganggu fungsi ginjal, tapi ada juga yang tidak. Prinsip utamanya setiap dokter memberikan obat pada seorang pasien dia sudah menimbang risk (risiko) dan benefit (manfaat) bahwa benefit-nya lebih banyak daripada risikonya,"

Pada umumnya, kata dia, obat hipertensi dan obat diabetes tidak menganggu ginjal yang artinya aman untuk dikonsumsi.

Sejumlah obat juga diketahui bisa menganggu ginjal, misalnya obat penghilang rasa nyeri (painkiller). Setiap obat penghilang rasa nyeri pun memiliki tingkat gangguan terhadap ginjal yang berbeda-beda.

"Jadi kalau memberikan painkiller harus dengan indikasi tertentu dan jangka pemberian yang terbatas. Yang sering terjadi adalah kadang pasiennya beli sendiri karena sudah tahu kalau beli obat ini (pereda nyeri) sakitnya hilang, lalu beli sendiri,"

Maka dari itu, Aida menyampaikan agar konsumsi obat pereda nyeri ini harus didasarkan pada resep dokter sesuai kondisi pasien.


Pentingnya literasi kesehatan ginjal bagi masyarakat

Dalam kesempatan tersebut, Aida juga menyinggung soal masih banyaknya pasien yang tidak mengetahui bahwa dirinya mempunyai penyakit ginjal kronik.

Studi menunjukkan bahwa 90 persen pasien PGK, tidak menyadari tentang penyakit yang sedang dialaminya.

"Banyak studi yang mengatakan bahwa kesenjangan pengetahuan tentang kesehatan ginjal, turut berkontribusi terhadap pengambilan keputusan pasien untuk memilih pengobatan yang diperlukan," imbuhnya.

Selain itu, pada awal perjalanan penyakit PGK umumnya tidak ada gejala yang muncul. Berbagai keluhan, baru akan dirasakan bila penyakit sudah masuk stadium lanjut.

"Kemungkinan kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan ginjal menjadi salah satu penyebab kenapa pada umumnya pasien sering terlambat berobat dan sering datang dalam kondisi yang sudah lanjut," ucapnya.

Adapun beberapa faktor risiko penyakit ginjal kronik di antaranya:

  • Hipertensi
  • Diabetes tipe 2
  • Konsumsi obat-obatan tertentu
  • Radang ginjal
  • Riwayat keluarga dengan penyakit ginjal
  • Kelahiran prematur
  • Trauma di area abdomen
  • Jenis penyakit tertentu seperti AIDS, lupus, hepatitis C, dan sebagainya

"Gangguan ginjal dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko, diagnosis dini, dan tatalaksana yang optimal agar pasien tidak sampai mengalami gagal ginjal," papar Aida.

Sehingga, penting untuk mengetahui faktor risiko, maupun pengetahuan dan literasi terkait dengan kesehatan ginjal.

Untuk diketahui, literasi kesehatan didefinisikan sebagai kemampuan seorang individu dalam memperoleh atau mengakses, memahami, serta menggunakan informasi kesehatan guna mengambil keputusan dan tindakan medis, baik untuk dirinya sendiri ataupun orang lain.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/03/09/193000923/konsumsi-obat-hipertensi-bisa-merusak-ginjal-benarkah-ini-kata-dokter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke