Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belajar dari "All of Us Are Dead", Ini Sejarah Munculnya Istilah Zombi di Dunia

Serial menegangkan All of Us Are Dead ini tayang perdana pada Jumat (28/1/2022) sebanyak 12 episode.

Drama ini bercerita soal fenomena virus Jonas yang membuat pengidapnya berubah menjadi zombi.

Diceritakan virus Jonas yang mengakibat penderitanya menjadi zombi itu pertama kali terjadi di gedung SMA Hyosan. Para siswa pun harus berjuang mempertahankan hidupnya dari serangan zombi yang menular melalui gigitan.

Tidak hanya serial All of Us Are Dead, kisah zombi juga sudah pernah diangkat di film dan serial televisi lain sebelumnya, seperti Train to Busan (2016), Happines (2021), Little Monster (2019), Army of the Dead (2021), #Alive (2020), White Zombie (1932), The Walking Dead (2010), dan lain sebagainya.

Sebenarnya, bagaimana awal mula istilah zombi dikenal oleh masyarakat dunia hingga saat ini?

Awal mula istilah zombi di dunia

Zombi dalam bahasa Indonesia dikenal dengan zombie (bahasa Inggris), zombi (Perancis Haiti), zonbi (Kreol Haiti) pertama kali dicatat pada tahun 1819.

Kata ini melambangkan orang yang tidak mati yang diciptakan melalui penghidupan kembali mayat, biasanya melalui sihir atau ilmu sihir.

Orang-orang ini sering digambarkan sebagai robot tanpa bicara. Kata itu kemungkinan besar berasal dari Afrika Barat dan mewakili elemen penting dalam cerita rakyat di pedesaan Haiti.

Berdasarkan keterangan, National Center for Biotechnology Information (NCBI) yang ditulis oleh tim peneliti di Pusat Medis Universitas Baylor di Waco, Texas memaparkan kapan istilah zombi ini dikenal masyarakat dunia.

Connie Nugent MLS, Gilbert Berdine MD dan Kenneth Nugent MD menyampaikan bahwa mayat hidup memiliki peran penting dalam mitologi, agama, cerita rakyat dan sastra.

Pada 1800-an, kata zombi digunakan untuk menggambarkan mayat hidup di Karibia yang sering bekerja di perkebunan, melakukan pekerjaan lapangan yang panjang dan sulit.

Selain penggambaran mayat hidup di Karibia, istilah zombi juga berkembang dalam cerita rakyat Haiti.

Orang Haiti berpartisipasi dalam berbagai agama, termasuk Katolik Roma (mayoritas) dan denominasi Protestan.

16 Jumlah yang berpartisipasi dalam Vodou tidak pasti dan kemungkinan masih ada lagi yang tidak termasuk dalam survei.

Vodou artinya roh atau dewa dalam bahasa Fon, menjadi gereja yang diakui secara resmi pada tahun 2001 dengan berdirinya Eglise Voudou d'Ayiti (Gerje Vodou Haiti).

Praktisi Vodou mengenali pencipti tertinggi (Boncye, Bon Dieu) dan banyak roh (loa) yang menguasai aspek kehidupan tertentu, seperti Kouzin Zaka (semangat pertanian).

Vodou Haiti menggabungkan unsur Vodou Afrika, Katolik Roma, dan mistisisme. Vodouists mengakui segala sesuatu sebagai roh, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, dan mereka melayani roh-roh ini melalui tradisi lisan yang menawarkan doa dan ritual kebaktian.

Untuk roh yang tidak terlihat dalam hal ini termasuk juga leluhur dan orang yang baru saja meninggal dunia.

Vodouists memuja kematian dan menganggapnya sebagai transisi besar ke kehidupan setelah kematian.

Beberapa praktisi percaya, bahwa roh seseorang (ti bon ange, malaikat kecil yang baik) meninggalkan tubuh, melayang di atas tubuh selama 7 hari, dan kemudian turun ke perarian gelap atau lokasi lain selama 1 tahun 1 hari.

Selama waktu tersebut, komunitas merayakan kematian ti bon ange direklamasi, ditempatkan dalam toples, dan kemudian di bawa ke hutan untuk menunggu kelahiran kembali.

Keyakinan bahwa arwah yang telah meninggal ada selama satu tahun dan satu hari setelah kematian memberikan persimpangan dengan cerita rakyat pedesaan Haiti tentang zombi.

Bokor atau dukun dapat menangkap roh orang mati dan menjualnya sebagai keberuntungan kepada orang lain.

Dalam beberapa situasi, bokor dapat menghidupkan kembali mayat menjadi zombi yang bekerja sebagai budak, biasanya di ladang pertanian. Setiap tahun di Haiti beberapa zombi dilaporkan.

Ratusan budak diambil dari Afrika dan diangkut ke Saint-Dominque (sekarang Haiti) yang diperintah oleh Perancis.

Disebutkan bahwa kematian di antara para budak sangat tinggi.

Pada awalnya, diyakini bahwa begitu budak mati, mereka akan dibebaskan dari perbudakan dan kembali ke Afrika.

Akan tetapi, sepanjang waktu, legenda berkembang menjadi praktik vodou - khususnya bokor- dengan orang Haiti percaya bahwa mayat hidup disihir untuk melakukan tugas jahat.

Kata zombi juga diduga berasal dari kata Kongo, yaitu nzambi, yang berarti "roh orang mati".

Cerita tentang mayat hidup yang diturunkan ke Haiti ini menjadi awal mula zombi yang dipercaya sebagian besar orang.

Istilah tentang zombi ini semakin populer lagi setelah berkembang menjadi budaya pop dengan film pertama berjudul White Zombie (1932) dan akhirnya klasik kultus Night of the Living Dead.

Film White Zombie ini mengeksploitasi cerita rakyat, tentang pekerja perkebunan lapangan di Karibia tahun 1800-an tersbut, tetapi mengabaikan fakta bahwa zombi mewakili satu hasil dalam keyakinan agama Vodou mengenai kematian dan migrasi roh setelah kematian.


Kajian sains tentang zombi

Ketertarikan pada zombi akhirnya mengarah pada penyelidikan sosiologis dan medis terhadap zombifikasi.

Wade Davis, seorang antropolog budaya Kanada melaporkan bahwa bedak yang digunakan oleh pendeta jahat (bokor atau duku) mengandung tetrodotoxin, yang dapat menyebabkan perubahan neurologis yang mendasari fenotipe zombi.

Studi klinis terbaru menunjukkan, bahwa cannabinoid sintesis dan cathinone sintetis dapat menyebabkan perilaku seperti zombi yang aneh.

Melansir Live Science, Profesor dan psikiater dari Harcard Medical School, Dr Steven Schlozman menegaskan bahwa zombi adalah makhluk yang tidak nyata. 

"Mereka tidak ada. Saya seorang dokter, saya harus memberi tahu kapan Anda harus khawatir dan Anda tidak perlu khawatir tentang zombi," kata Schlozman.

Hal pertama yang disoroti oleh dokter yang menjuluki dirinya sebagai Dr. Zombie ini, adalah gaya berjalan zombi yang terseok-seok dan sulit menjaga keseimbangan.

Menurut Schlozman, masalah gaya berjalan tersebut berakar di otak kecil, sebuah wilayah di bagian bawah otak yang bertanggung jawab untuk keterampilan motorik dan koordinasi manusia. 

Seorang ahli neuropatologi di Universitas Boston dan seorang penasihat Zombie Reasearch Society, Peter Cummings mengatakan, seseorang memang bisa berkeliaran dengan gaya berjalan terseok-seok, katatonik (sindrom ketidakmampuan bergerak normal), dan terfokus hanya pada satu hal yakni makanan, seperti momok zombi yang selama ini ada di film atau serial televisi.

Namun, Cummings menegaskan, hal itu tidak berlaku atau tidak bisa terjadi pada mayat.

Dilansir dari Globalnews edisi 28 October 2016, Ia menyebutkan, memang ada beberapa penyakit yang membuat korbannya memiliki sifat seperti zombi, tapi penyakit itu tidak bisa mengubah seseorang yang sudah mati atau sudah jadi mayat kemudian berperilaku seperti zombi.

Adapun, dua penyakit pada otak yang mampu menyebabkan keadaan seperti zombi ini terjadi adalah sindrom Kluver-Bucy dan penyakit ensefalitis lethargica.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/02/02/163000923/belajar-dari-all-of-us-are-dead-ini-sejarah-munculnya-istilah-zombi-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke