Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Matahari Dahulu Mempunyai Cincin seperti Saturnus

KOMPAS.com - Sebuah studi baru mengungkapkan kemungkinan adanya cincin debu raksasa mengelilingi matahari yang mirip dengan Saturnus, sebelum adanya Bumi dan planet-planet lain di tata surya.

Menurut NASA, cincin debu telah mencegah Bumi tumbuh menjadi “Bumi super atau super Earth”, sejenis planet yang berukuran sekitar dua kali ukuran Bumi dan mencapai 10 kali massanya.

Melansir Live Science, Sabtu (8/1/2022) seorang astrofisikawan di Rice University di Houston, Texas Andre Izidoro melakukan simulasi komputer mengenai pembentukan tata surya, yang muncul dari abu runtuhnya awan debu dan gas, dikenal sebagai nebula surya.

Simulasi yang dilakukan memperlihatkan daerah bertekanan tinggi dari gas dan debu akan mengelilingi matahari yang kecil.

Daerah bertekanan tinggi kemungkinan terjadi saat partikel bergerak menuju matahari di bawah tarikan gravitasinya yang kuat, memanas, dan melepaskan sejumlah besar gas yang menguap.

Dalam simulasi untuk menunjukkan cincin Matahari, kemungkinan ada tiga area berbeda di mana partikel padat menguap menjadi gas, yang disebut garis sublimasi.

Di garis yang paling dekat dengan matahari atau zona terpanas, silikat padat berubah menjadi gas.

Di garis tengah, es akan cukup panas untuk berubah menjadi gas dan di garis terjauh terjadi perubahan karbon monoksida menjadi gas.

Adapun partikel padat seperti debu menabrak benjolan tersebut dan mulai menumpuk.

"Efek dari tekanan benjolan adalah mengumpulkan partikel debu, dan itulah mengapa kita melihat cincin," papar rekan penulis, seorang profesor fisika dan astronomi di Rice University Andrea Isella.

Dituliskan, jika tonjolan tekanan ini tidak ada, matahari akan dengan cepat melahap partikel-partikel tersebut dan tidak meninggalkan benih apa pun bagi planet-planet untuk tumbuh.

Seiring bertambahnya usia, gas dan debu yang mengelilingi matahari mendingin dan garis sublimasi semakin dekat ke matahari.

Proses ini memungkinkan debu menumpuk menjadi benih planet seukuran asteroid, yang kemudian dapat bersatu membentuk planet.

“Model kami menunjukkan tonjolan tekanan dapat memusatkan debu, dan tonjolan tekanan yang bergerak dapat bertindak sebagai benih planet," kata Izidoro.

Ia menambahkan, benjolan tekanan mengatur banyaknya material yang tersedia untuk membentuk planet di tata surya bagian dalam.

Menurut simulasi, cincin terdekat dengan matahari membentuk planet-planet di tata surya bagian dalam, seperti Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.

Sementara cincin tengah pada akhirnya akan menjadi planet-planet di tata surya luar dan cincin terluar membentuk komet, asteroid, dan benda-benda kecil lainnya di Sabuk Kuiper, wilayah di luar orbit Neptunus.

Para peneliti menemukan, jika disimulasikan pembentukan cincin tengah yang tertunda, Bumi super mungkin telah terbentuk di tata surya.

“Pada saat tonjolan tekanan terbentuk dalam kasus-kasus itu, banyak massa telah menyerbu sistem bagian dalam dan tersedia untuk membuat Bumi-super,” jelas Izidoro.

“Jadi waktu terbentuknya tonjolan tekanan tengah ini mungkin merupakan aspek kunci dari tata surya,” lanjut dia.

Adapun temuan cincin matahari seperti Saturnus ini telah dipublikasikan pada 30 Desember 2021 di jurnal Nature Astronomy.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/01/08/203000123/matahari-dahulu-mempunyai-cincin-seperti-saturnus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke