Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peneliti Temukan Sinyal di Otak yang Berhubungan dengan OCD

KOMPAS.com - Para peneliti baru-baru ini menemukan aktivitas di otak yang berhubungan dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD).

Mereka mengatakan, apabila sinyal-sinyal saraf ini dapat diidentifikasi, maka berpotensi untuk mengatasi OCD.

Dalam studi yang telah dipublikasikan di Nature Medicine tahun 2021 itu, sebanyak lima peserta dengan OCD parah dipantau di laboratorium dan di rumah.

Melansir Science Alert, Selasa (4/1/2022) tim peneliti kemudian mengamati aktivitas sehari-hari, dan mengumpulkan data berupa pengukuran aktivitas otak dan ekspresi wajah, gerakan tubuh, detak jantung, serta gejala gangguan obsesif kompulsif yang dilaporkan.

Rangkaian informasi yang dikumpulkan secara real time tersebut memungkinkan peneliti untuk menemukan hubungan antara aktivitas perilaku dan sinyal di otak.

Kemudian, mereka menemukan pola di otak yang disebut cortico-striatal-thalamo-cortical (CSTC) dan diduga berkaitan dengan OCD.

Sebagai informasi, CSTC adalah sirkuit otak yang mengontrol gerakan, pembentukan kebiasaan, dan penghargaan. Hiperaktivitas di jalur CSTC terlibat dalam OCD.

"Dengan menggunakan sinyal otak ini, kita mungkin dapat membedakan ketika seseorang mengalami gejala OCD, dan saat tidak, dan teknik ini memungkinkan untuk merekam keragaman perilaku serta aktivitas otak ini," kata insinyur biomedis di Brown University, Nicole Provenza.

Kendati demikian, ukuran sampel dalam riset ini terbilang sangat kecil, sehingga studi lebih lanjut tetap diperlukan.

Sementara itu, berdasarkan laporan yang ada, OCD memengaruhi kualitas hidup dua dari 100 orang dewasa. Walaupun berbagai perawatan dan obat-obatan untuk penderita gangguan obsesif-kompulsif tersedia, diperkirakan 25 sampai 40 persen dari mereka tidak mendapatkan manfaat yang berkelanjutan.

"OCD adalah gangguan di mana tingkat keparahan gejala sangat bervariasi dari waktu ke waktu dan dapat ditimbulkan oleh pemicu di lingkungan," papar insinyur biomedis dari Brown University, David Borton.

Di sisi lain, perangkat yang digunakan untuk memetakan aktivitas otak juga dapat memberikan simulasi otak, dikenal dengan deep brain stimulation atau DBS. Perangkat ini menggunakan elektroda yang ditanam untuk memicu pola tertentu dari stimulasi listrik di otak.

Pada awalnya DBS memberikan harapan baru untuk mengobati OCD, terutama pada orang yang belum mendapatkan perawatan. Namun, DBS tidak mudah menyesuaikan perubahan gejala dan hanya memberikan tingkat stimulasi yang dapat diatur oleh dokter.

"Semakin baik kita memahami kesehatan dan tanda penyakit saraf, semakin besar peluang kita menggunakan DBS untuk berhasil mengobati gangguan otak yang menantang seperti OCD," kata ahli saraf Sameer Sheth dari Baylor College of Medicine di Texas.

Di samping itu, Borton mengungkapkan sistem DBS yang dapat menyesuaikan intensitas stimulasi sebagai respons terhadap gejala, dapat membantu dan menimbulkan lebih sedikit efek samping bagi pasien.

"Tetapi untuk mengaktifkan teknologi itu, pertama-tama kita harus mengidentifikasi biomarker di otak yang berhubungan dengan gejala OCD, itulah yang sedang kami kerjakan dalam penelitian ini," ujar Borton.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/01/06/110500223/peneliti-temukan-sinyal-di-otak-yang-berhubungan-dengan-ocd

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke