Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ilmuwan: Matahari Bisa Jadi Sumber Misteri Asal-usul Air Bumi

KOMPAS.com - Para ilmuwan mengatakan bahwa matahari bisa menjadi sumber misteri asal-usul air di Bumi. Selama ini, air menjadikan Bumi sebagai planet paling biru di Tata Surya.

Kendati demikian, hingga kini, tidak ada yang benar-benar mengetahui dari mana asal semua air di planet yang kita huni ini.

Seperti dikutip dari Science Alert, Rabu (1/12/2021), sebagian air di planet Bumi, tampaknya mungkin diciptakan oleh sungai dengan partikel bermuatan, yang tertiup dari atmosfer atas Matahari pada miliaran tahun yang lalu.

Saat angin Matahari berinteraksi dengan partikel debu kecil yang ditemukan di asteroid tertentu, yang diyakini dapat menciptakan sejumlah kecil air, dan hipotesis ini dapat menjelaskan sebagian cairan yang ditemukan di planet Bumi.

Namun, pemodelan teori asal-usul air di Bumi ini tampaknya berpotensi diabaikan.

Sebagian besar model modern menunjukkan bahwa mayoritas H20 atau air di Bumi awalnya berasal dari sumber luar angkasa, mungkin dari asteroid tipe-C di wilayah Jupiter-Saturnus dan sekitarnya.

Asteroid yang jauh ini dianggap sebagai badan induk meteorit chondrite berkarbon yang secara teratur menabrak Bumi. Selain itu, jenis meteorit khusus pada asteroid ini diketahui mengandung sejumlah besar mineral yang mengandung air.

Analisis sumber air Bumi dari Matahari

Kendati demikian, chondrites karbon mungkin bukan satu-satunya cara awal air dikirim ke Bumi. Jenis meteorit kaya air lainnya juga bisa melakukan hal yang sama, terutama karena kondrit karbon tidak dapat menjelaskan seluruh air Bumi.

Namun, ada jenis asteroid chondrite lain yang juga bisa menahan partikel air, meskipun pada tingkat yang lebih rendah.

Misalnya pada asteroid dekat Bumi, Itokawa, yakni asteroid kondrit biasa, dan analisis sampel yang diambil tahun 2010 dari batuan pada asteroid ini kaya silikat ini, menemukan tanda-tanda air, serta sumbernya bisa jadi adalah Matahari.

Iradiasi angin matahari telah diusulkan para ilmuwan di masa lalu sebagai cara yang mungkin dapat membentuk air pada bahan kaya silikat yang mengambang di ruang angkasa.

Di laboratorium, ion hidrogen yang mudah menguap telah terbukti bereaksi dengan mineral silikat, menghasilkan air sebagai produk sampingan.

Sedangkan studi mikroskop elektron dan spektroskopi elektron, ilmuwan juga telah menemukan langsung bukti H20 atau air dalam partikel debu luar angkasa di masa lalu.

Secara teoritis, jika air terperangkap dalam partikel debu ini, elemen tersebut akan terlindungi dari pelapukan luar angkasa dan kemudian dapat dikirim melalui meteorit ke benda lain di luar angkasa.

"Fenomena ini bisa menjelaskan mengapa regolith dari dunia tanpa udara seperti Bulan, pernah dianggap anhidrat, yang mengandung beberapa persen H20 (air)," kata para penulis studi baru.

Untuk mengeksplorasi lebih jauh hipotesis ini dan dengan cara yang sedikit berbeda, para peneliti beralih ke asteroid tipe S, Itokawa, untuk melihat apakah objek ini mengandung 'reservoir yang mudah menguap' dari isotipe yang mirip dengan angin matahari.

Para peneliti di Japanese Aerospace Exploration Agency (JAXA) telah menganalisis sampel debu yang diambil dari asteroid Itokawa yang kembali ke Bumi pada tahun 2011.

Mereka telah mengukur kelimpahan air yang ditemukan dalam sampel debu tersebut.

Tim ilmuwan JAXA pun menemukan hidroksida dan diperkaya air di seluruh tepi di semua sisi. Ini menunjukkan bahwa ion hidrogen Matahari 'ditanam' ke dalam batu, menyimpan air di tempat yang tidak bisa disentuh.

"Penelitian kami menunjukkan angin matahari menciptakan air di permukaan butiran debu kecil dan air yang secara isotop lebih ringan ini kemungkinan menyediakan sisa air di Bumi," kata ilmuwan planet Phil Bland dari Curtin University, Australia.

Dilihat dari berapa banyak air yang mereka temukan di partikel debu kecil ini, tim memperkirakan asteroid tipe S dapat menampung 20 liter H20 untuk setiap meter kubik batu.

Temuan ini menunjukkan butiran debu yang terisolasi di luar angkasa dapat mewakili sumber penting air di Tata Surya kita, yang berpotensi dipanen di masa depan jika kita mengumpulkan cukup banyak.

Ahli geosains Luke Daly, yang mengerjakan analisis saat di Curtin University mengatakan penelitian ini juga menunjukkan bahwa proses pelapukan ruang angkasa yang sama yang menciptakan air di asteroid Itokawa, kemungkinan terjadi di planet pengap lainnya.

"Artinya astronot mungkin dapat memproses pasokan air segar langsung dari debu di permukaan planet, seperti Bulan," kata dia.

Studi tentang asal-usul air di Bumi berasal mungkin bisa jadi asteroid dan Matahari sumber air di Bumi telah dipublikasikan di jurnal Nature Astronomy.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/12/01/100200723/ilmuwan--matahari-bisa-jadi-sumber-misteri-asal-usul-air-bumi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke