Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Takut Ketemu Orang Lain, Apakah Pertanda Gangguan Kesehatan Mental?

Namun, ada saja orang yang mengatakan bahwa ketakutan bertemu orang lain itu merupakan suatu hal yang konyol dan berlebihan.

Apakah, ketakutan bertemu dengan orang lain ini merupakan pertanda gejala gangguan kesehatan mental?

Peneliti kesehatan mental dan pendiri Emotional Health for All Dr Sandersan Onie mengatakan, ketakutan memang merupakan bagian dari adanya pertanda gangguan kesehatan.

Terlebih saat di masa penuh kebimbangan seperti pandemi Covid-19 sekarang ini.

"Pandemi Covid-19 membuat orang merasakan gangguan kesehatan mental, seperti ketakutan bertemu dengan orang lain," kata kata peneliti kesehatan mental yang akrab disapa Sandy ini dalam acara peluncuran buku miliknya yang berjudul 'Panduan Pertolongan Pertama Kesehatan Jiwa Indonesia', Sabtu (6/11/2021).

Hal tersebut berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Indonesia dalam pendataan terkait layanan yang diberikan oleh psikolog klinis selama periode Maret-Agustus 2020, yang diperoleh dari 194 psikolog di 27 wilayah Indonesia.

Partisipan dalam pendataan ini terdiri dari klien individu adalah yang terbanyak yaitu sekitar 14.619 orang, klien keluarga sebanyak 927 keluaraga, dan dari komunitas sebanyak 191 komunitas.

Sekitar 67,8 persen dari penerima layanan individual adalah orang dewasa, yaitu sebanyak 9.428 orang dewasa. 

Sementara, jumlah anak-anak atau remaja ada sebanyak 4.690 orang dan lansia merupakan kelompok usia yang paling sedikit mengakses layanan psikolog klinis, yaitu sebanyak 501 orang.

Dari data tersebut juga didapatkan bahwa, terdapat enam masalah psikologis tertinggi yang ditemukan berdasarkan keluhan dan hasil diagnosis oleh psikologis klinis.

Seperti masalah belajar, keluhan stres, keluhan kecemasan atau ketakutan, keluhan mood swing, gangguan kecemasan, dan keluhan somatis.

Gangguan kecemasan yang dimaksudkan dalam hal ini meliputi perasaan partisipan yang selalu khawatir, cemas atau takut yang cukup kuat sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya, dan presentasinya mencapai 8,8 persen.

Sandy menjelaskan, sebenarnya memang dalam masa atau periode keadaan pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, ia sendiri banyak menemui bahkan dirinya sendiri juga merasakan sedikit cemas kalau bertemu dengan orang lain.

Perasaan ketakutan bertemu orang lain itu bukanlah soal takut tertular dari infeksi Covid-19 yang bisa berasal dari siapa saja di mana saja.

Melainkan, ada rasa enggan yang disertai kecemasan berlebihan untuk berjumpa atau bertemu dengan orang lain, padahal dahulunya atau saat normal sebelum ada pandemi Covid-19 tidak begitu.

Menurut Sandy, perasaan takut itu bisa jadi dikarenakan kita sudah selama lebih dari setahun pandemi Covid-19 ini jarang bertemu siapa-siapa, makanya membuat kita merasa aneh atau canggung saat bertemu dengan orang lain atau teman-teman kita sendiri.

"Tetapi kita tidak akan pernah berkembang, if we don't try (untuk membuka diri bertemu atau berjumpa dengan orang lain)," kata Sandy.

Ia menyarankan pada siapa saja yang masih memiliki rasa ketakutan bertemu dengan orang lain, cobalah untuk membuka diri dan meyakinkan diri bahwa tidak akan ada masalah dan tidak akan seburuk apa yang ada dibayangkan kita untuk berbincang atau bahkan hanya bertemu dengan orang-orang lain di masa kecemasan yang dimiliki saat ini.

"Tetapi, ini tidak berarti saya bilang ketakukan untuk bertemu dengan orang lain itu konyol atau tidak nyata. Ketakukan (untuk bertemu dengan orang lain) itu ada dan saya tidak meragukan itu, sebab saya juga merasakan itu sesekali," kata dia.

"Tapi, kita tidak tahu (ketakutan itu tidak perlu) karena kita tidak mencoba (membuka diri)," tambahnya.

Namun, dalam kondisi pandemi Covid-19 yang belum juga selesai saat ini. Bertemulah dengan orang dalam jumlah tertentu saja, atau sedikit saja.

Misalnya bertemulah dengan teman ngobrol Anda biasanya, atau orang lain dengan jumlah 1-3 orang saja tetapi di tempat yang aman dari risiko infeksi, dan tetap mematuhi saran protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.

Hal ini akan membantu Anda mengurangi rasa cemas dalam diri Anda, membuat Anda merasa aman, dan juga membantu Anda mengeluarkan keluh kesah cerita Anda agar tidak berujung pada gangguan kesehatan mental yang lebih buruk lagi.

Sandy berkata, mencoba untuk membuka diri dan tidak takut bertemu dengan orang lain ini juga berlaku kepada siapa saja yang memiliki kepribadian intovert. 

https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/14/110200123/takut-ketemu-orang-lain-apakah-pertanda-gangguan-kesehatan-mental

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke