Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Covid-19 Punya Siklus yang Berlangsung 2 Bulanan?

KOMPAS.com - Lewat data Covid-19 di Amerika Serikat, para ilmuwan menemukan adanya siklus Covid-19 yang  misterius yang berlangsung dua bulanan.

Dilansir dari New York Times, Rabu (6/10/2021), jumlah kasus Covid-19 baru di AS setiap hari meningkat lebih sedikit selama sepekan terakhir dibandingkan titik periode mana pun sejak Juni. Kendati demikian, tidak ada jaminan bahwa tren penurunan kasus infeksi virus corona ini akan terus berlanjut.

Namun, ada satu alasan besar beban kasus diduga akan segera menurun: sejak awal pandemi virus corona, Covid-19 tampak sering mengikuti sebuah siklus reguler secara misterius.

Di berbagai negara, jumlah kasus baru sering melonjak selama kira-kira dua bulan sebelum akhirnya menurun selama dua bulan juga. Varian Delta, meski merupakan varian virus corona yang paling menular, juga tampak mengikuti pola ini.

Di Inggris, misalnya, beban kasus Covid-19 terlihat meningkat hampir selama dua bulan, sebelum mencapai puncaknya pada Juli. Demikian juga dengan Indonesia, Thailand, Perancis, Spanyol; gelombang varian Delta terlihat berlangsung antara 1,5 bulan hingga 2 bulan.

Siklus Covid-19 mungkin cara strain bersirkulasi

Para ahli belum bisa memastikan dan masih menganalisa temuan baru tentang siklus Covid-19 di Amerika Serikat.

"Kami masih benar-benar berada di zaman gua dalam hal memahami bagaimana virus muncul, bagaimana mereka menyebar, bagaimana mereka mulai dan berhenti, mengapa mereka melakukan ini," kata Michael Osterholm, ahli epidemiologi di University of Minnesota.

Menanggapi hal ini, pakar epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman, menjelaskan kepada Kompas.com, Selasa (5/10/2021) bahwa temuan itu menunjukkan salah satu data testing yang luar biasa.

"Kalau kita memiliki kemampuan 3T yang kuat, maka akan banyak memberikan informasi penting," jelas Dicky.

Dicky menduga bahwa kemungkinan siklus Covid-19 yang dua bulanan dikarenakan strain virus memang bersirkulasi dan memerlukan waktu dua bulan.

"Mirip seperti siklus flu, yang memang nanti (Covid-19). Karena orang sudah banyak yang divaksinasi," imbuh Dicky.

Lebih lanjut, Dicky menjelaskan bahwa data-data tentang siklus puncak Covid-19 setiap dua bulanan ini, bisa juga dikarenakan lokasi tertentu telah mencapai status imunitas. Akan tetapi, Dicky menggarisbawahi bahwa itu bukan herd immunity atau kekebalan komunal.

Kasus di Amerika Serikat ini, kata Dicky, menunjukkan bahwa dua bulan kasus Covid-19 landai, lalu dua bulan kemudian kasus infeksi meningkat.

"Mungkin penyebabnya karena adanya strain baru, atau penjelasan lainnya. Karena ini juga berkaitan juga dengan adanya siklus sosial dari manusia yang terpapar lalu menginfeksi orang-orang yang rawan di negara itu," jelas Dicky.

Waspada siklus Covid-19 dua bulanan

Lantas, apa yang perlu diwaspadai, jika benar siklus puncak Covid-19 terjadi setiap dua bulan?

Dicky menjelaskan perlunya meningkatkan dan memperkuat testing yang baik. Jika tidak dilakukan sesuai skala pandemi, maka kita akan gagal dalam mendeteksi kasus-kasus yang ada di masyarakat.

Dampaknya, kegagalan itu akan semakin membuat banyak korban Covid-19 berjatuhan.

Oleh karena itu, perlu disadari juga bahwa memang sebagian besar kasus Covid-19 ini menunjukkan banyak orang yang sembuh dari Covid-19, atau bahkan sakit tapi tidak bergejala.

"Tetapi perlu diketahui bahwa sepertiga dari yang pulih dari Covid-19 mengalami long covid, dan 70 persen dari sepertiga (kasus sembuh) mengalami kerusakan organ vital, paru, jantung, ginjal, bahkan hati, yang kemudian menurunkan kualitas hidupnya," jelas Dicky.

Oleh sebab itu, jika benar siklus ini terjadi, maka Dicky mengingatkan agar tetap tidak lengah. Sebagaimana karakter flu, siklus lonjakan Covid-19 akan ada dan berulang.

"Makanya menjaga diri, lingkungan, memakai masker harusdilakukan, sampai kondisi memang dinyatakan pelonggaran. Tetapi setidaknya hingga setahun lebih ke depan, masih terus dijaga, 3T,5M, dan vaksinasi masih akan terus dilakukan," papar Dicky.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/06/140000023/benarkah-covid-19-punya-siklus-yang-berlangsung-2-bulanan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke