Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ahli: Molnupiravir Cegah Covid-19 Memburuk, tapi Ini Bukan Obat Ajaib

KOMPAS.com - Obat antivirus molnupiravir yang dikembangkan perusahaan farmasi asal AS Merck, Sharp & Dohme (MSD) diketahui mampu menekan risiko pasien Covid-19 masuk rumah sakit atau meninggal hingga 50 persen. Para ahli menyebut obat ini sebagai terobosan potensial untuk perawatan Covid-19, tapi ini bukan obat ajaib untuk mengakhiri pandemi.

"Ada banyak hal menarik dari molnupiravir. Namun sama seperti Tamiflu untuk influenze, obat ini mampu menekan risiko penyakit memburuk tapi tidak mencegah sepenuhnya," kata Peter Hotez dari Baylor College dan Texas Children's Hospital Center.

"Obat ini berpotensi mengurangi risiko orang masuk rumah sakit atau kematian karena Covid-19," imbuh Hotez menjelaskan manfaat molnupiravir seperti dilansir ABC News, Minggu (3/10/2021).

Hingga saat ini, obat molnupiravir belum dipasarkan dan masih dalam tahap menyelesaikan uji klinis. Jika nantinya molnupiravir mengantongi izin untuk digunakan, ini akan menjadi obat antivirus oral pertama untuk Covid-19.

Pihak MSD dan mitranya Ridgeback Biotherapeutics sudah merencanakan untuk mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) AS untuk molnupiravir sesegera mungkin dan akan membuat aplikasi peraturan yang bisa digunakan seluruh dunia.

Dokter Stephen Parnis, seorang dokter darurat yang merawat pasien Covid-19 di Victoria, Australia mengatakan akan sangat bagus jika kita memiliki akses obat baru yang bisa membantu memerangi virus corona SARS-CoV-2.

"Jika obat molnupiravir efektif untuk Covid-19, jelas itu harus bisa diakses secara luas dan aman. Ini akan menjadi alternatif lain untuk merawat pasien," kata Parnis.

Pilihan pengobatan Covid-19

Pilihan pengobatan Covid-19 saat ini masih sangat terbatas.

Beberapa di antaranya adalah antivirus remdesivir lewat infus dan deksametason steroid generik. Keduanya umumnya diberikan kepada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Sementara itu, molnupiravir merupakan obat yang bisa jadi alternatif untuk pengobatan Covid-19. Di sisi lain, penggunaan obat ini secara oral sehingga bisa dikonsumsi di rumah oleh pasien Covid-19 yang isolasi mandiri.

Oleh karena itu, para ilmuwan menyambut baik potensi pengobatan baru untuk membantu mencegah penyakit serius dari virus corona ini.

"Vaksin MRNA (seperti Pfizer) sulit dibuat. Butuh waktu bertahun-tahun untuk mempelajari cara meningkatkan produksi," jelas Mr Hotez.

Pfizer dan pembuat obat Swiss Roche juga berlomba mengembangkan pil antivirus yang mudah digunakan untuk Covid-19.

Tentang molnupiravir

Pada Jumat (1/10/2021), MSD melaporkan interim result atau laporan sementara yang melibatkan 762 orang.

Ke-762 orang yang terlibat dalam uji klinik obat molnupiravir ini dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok plasebo (yang diberi obat kosong) ada 377 orang dan kelompok molnupiravir ada 385 orang.

Pada kelompok molnupiravir sendiri dibagi lagi menjadi tiga kelompok, yakni yang mendapat dosis 200 gram, 400 gram, dan 800 gram. Namun, tidak dilaporkan berapa banyak orang yang dimasukkan ke dalam tiap kelompok dosis tersebut.

Ke-762 orang yang ikut penelitian adalah orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang, atau perawatannya isolasi mandiri di rumah.

Parameter yang diukur adalah berapa persen subyek penelitian yang kemudian kondisinya memburuk hingga memerlukan perawatan rumah sakit atau meninggal.

Pemantauan ini dilakukan dalam waktu 29 hari sejak pertama kali dinyatakan positif Covid-19.

Kendati pemantauan pasien dilakukan selama 29 hari, tapi obat hanya dikonsumsi selama 5 hari setiap 12 jam. Dengan kata lain, 2 x sehari konsumsi obat.

Angka yang dihasilkan adalah:

  • Pada kelompok molnupiravir, dalam waktu 29 hari ada 28 orang dari 385 responden (7,3 persen) yang kondisinya memburuk, masuk rumah sakit atau meninggal.
  • Pada kolompok plasebo, dalam waktu 29 hari ada 53 dari 377 responden (14,1 persen) yang kondisinya memburuk, masuk rumah sakit atau meninggal karena Covid-19.

Angka inilah yang membuat obat molnupiravir dikatakan dapat menekan kondisi pasien Covid-19 memburuk, ditandai dengan masuk rumah sakit atau meninggal, sampai 50 persen.

MSD mengatakan pengurutan virus menunjukkan molnupiravir efektif terhadap semua varian virus corona, termasuk Delta yang sangat menular.

Kendati ada harapan, Hotez menegaskan bahwa viru corona apapun variannya masih menjadi musuh kita bersama.

"Saya masih cukup prihatin dengan situasi pandemi, baik di Amerika Serikat maupun secara global," katanya, seraya menambahkan bahwa semua kematian dapat dicegah melalui vaksinasi.

"Saya pikir kita harus berhati-hati untuk mengatakan bahwa ini akan menjadi keajaiban," katanya.

"Molnupiravir bukan pengganti untuk memvaksinasi dunia."

https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/06/120100923/ahli-molnupiravir-cegah-covid-19-memburuk-tapi-ini-bukan-obat-ajaib

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke