Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Muncul Klaster Sekolah, Ini Rencana Pemerintah dan Saran Epidemiolog

KOMPAS.com - Usai pembelajaran tatap muka (PTM) digelar di sejumlah wilayah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mencatat terjadinya klaster-klaster sekolah.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (24/9/2021), Kemendikbud Ristek mengkategorikan berdasarkan wilayah, klaster pembelajaran tatap muka terbanyak terjadi di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur.

Berdasarkan data 23 September 2021, tercatat ada 1.302 klaster sekolah. Klaster terbanyak terdiri dari 583 klaster dari Sekolah Dasar, 251 klaster dari PAUD, 244 klaster dari SMP, 109 klaster dari SMA, 70 klaster SMK dan 13 klaster SLB.

Sehingga, dari 47.033 sekolah yang disurvei, 2,77 persen sekolah menimbulkan klaster kasus Covid-19 selama PTM dilakukan.

Meski demikian, Mendikbudristek, Nadiem Makarim tetap akan melanjutkan sekolah tatap muka, dengan dukungan dari Presiden Joko Widodo dan kementrian terkait mengenai hal ini.

Untuk mentargetkan agar pelaksanaan PTM bisa berjalan aman dan lancar, pemerintah sudah menyiapkan dua strategi utama pengendalian Covid-19 di sisi hulu, yaitu:

  • strategi protokol kesehatan (perubahan perilaku atau 3M)
  • strategi deteksi atau surveilans (3T/testing, tracing dan terapi).

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate, dalam keterangan resminya melalui Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi (KPCPEN), Rabu (28/9/2021) mengatakan, kementerian kesehatan telah menyiapkan strategi surveilans Covid-19. 

"PTM Terbatas bisa digelar di wilayah PPKM Level 1-3. Saat ini Kemendikbud Ristek dan Kemenkes juga telah menyiapkan sistem penanganan dan strategi surveilans yang baik," kata Johnny.

Strategi ini meliputi pelacakan dan testing dengan metode active case finding atau jemput bola. 

Kemudian pemerintah akan mengidentifikasi jumlah sekolah di tingkat kabupaten/kota yang melaksanakan PTS terbatas. Selain itu, tenaga kesehatan akan melakukan random sampling terhadap 10 persen dari total sekolah yang melaksanakan PTM.

Dari sampling tersebut, kemenkes akan membagi alokasi berdasarkan jumlah sekolah di tiap kecamatan. 

Jika positivity rate kurang 1 persen, maka pelajar yang positif akan di karantina, sedangkan yang berkontak erat akan diisolasi.

Namun, Johnny menegaskan PTM terbatas tetap akan dilanjut di sekolah tersebut. 

Berbeda dengan positivity rate sekolah di atas 1 hingga 5 persen, maka pelajar di sekolah harus menjalani swab dan dikarantina, namun sekolah tetap dapat menjalankan PTM terbatas.

Sehingga, jika angka positivity rate sekolah lebih dari 5 persen, maka sekolah tersebut akan langsung ditutup selama 14 hari. Serta aktivitas belajar mengajar kembali digelar dengan daring.

Ke depan, kata dia, penerapan strategi di ruang lingkup aktivitas belajar mengajar ini akan menjadi percontohan untuk menerapkan strategi yang sama pada aktivitas publik yang lain.

"Pemerintah membuka opsi untuk mereplikasi strategi ini pada berbagai aktivitas lain, seperti perdagangan, aktivitas pariwisata, aktivitas keagamaan, dan aktivitas transportasi, dan sebagainya," ujarnya.

Kata epidemiolog tentang PTM

Ahli epidemiologi Indonesia di Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, pihaknya setuju atas tindakan yang dilakukan oleh pemerintah saat ini mengenai PTM terbatas yang akan terus dilanjutkan.

Akan tetapi ia mengingatkan, jangan lupa untuk mengevaluasi dan menemukan titik lemah dari kegiatan PTM terbatas yang dilakukan supaya bisa dijadikan pembelajaran bagi sekolah dan daerah lainnya yang ingin memberlakukan PTM juga.


"Tunggu hasil evaluasinya, kan dalam 2 minggu juga keluar, dan artinya titik lemah-titik lengahnya akhirnya ketemu dan kemudian di perbaiki dan dijadikan pelajaran oleh sekolah lain dan daerah lain supaya tidak terjadi (klaster penularan Covid-19 sekolah)," kata Dicky kepada Kompas.com, Rabu (29/9/2021).

Kalaupun 2 minggu masih belum ketemu, titik lemah dari pelaksanaan PTM, maka sekolah-sekolah di wilayah lain sebaiknya jangan dahulu untuk melakukan PTM, karena belum tentu aman bagi anak-anak di sekolah.

"Jadi tetap harus jadi pertimbangan, meskipun sekolah memang sangat penting tetapi harus tetap diselesaikan dan dituntaskan temuannya, serta tentunya harus ditindak lanjuti," tegasnya.

Ketika sudah ketemu dan diketahui penyebabnya, maka segeralah melakukan tindakan mitigasi untuk persiapan rencana PTM di ke depannya. 

Jika dirasa tidak bisa dimitigasi segera, atau membutuhkan waktu yang cukup lama, maka wajib bagi sekolah untuk ditutup sementara dari PTM.

"Misalnya ketemunya (titik lemah-lengah) bahwa di sekolah A itu biasanya jendela kelasnya ditutup, karena pake AC dan kebas angin, maka jika mau dilakukan lagi PTM jendelanya harus dibuka, atau kelasnya dilakukan di luar, outdoor," jelasnya.

Dicky menegaskan bahwa kegiatan dan evaluasi tersbut harus ada tindak lanjutnya, untuk menindaklanjuti temuan itu sesuai rekomendasi ilmiah.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/29/120200423/muncul-klaster-sekolah-ini-rencana-pemerintah-dan-saran-epidemiolog

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke