Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ilmuwan Pura-pura Jadi Manusia Purba demi Tahu Cara Berburunya

KOMPAS.com - Manusia Neanderthal, kerabat terdekat kita punah antara 40.000 hingga 35.000 tahun yang lalu.

Lalu sejak penemuan fosil pertamanya 165 lalu, para ilmuwan telah belajar lebih banyak tentang mereka. Seperti budaya, ekologi, pola makan, pengendalian api, produksi dan penggunaan alat, fisiologi, dan bahkan kode genom mereka.

Tapi kini, para peneliti melakukan hal di luar kebiasaan untuk mempelajari Neanderthal.

Mereka menggunakan pendekatan original, yakni berpura-pura menjadi manusia purba itu untuk merekonstruksi perilaku Neanderthal, terutamanya saat berburu.

Mengutip Phys, Selasa (21/9/2021) Neanderthal diketahui telah memakan tanaman, jamur, kerang, biji pinus panggang, dan daging lumba-lumba yang terdampar.

Pada saat yang sama, mereka adalah predator puncak penting yang memburu mamalia dengan berbagai teknik, mulai dari menyergap dengan tombak hingga menjebak dan mengejar.

Ada banyak bukti pula bahwa mereka secara teratur menangkap burung, seperti burung pemangsa, merpati, dan anggota keluarga gagak.

"Di sini kami menunjukkan, bahwa Neanderthal kemungkinan berburu chough, burung yang menghabiskan malam di gua-gua tempat berlindung Neandertal," kata penulis pertama Dr. Guillermo Blanco dari Museum Nasional Ilmu Pengetahuan Alam di Madrid.

"Jadi kamu merekonstruksi bagaimana Neanderthal bisa menggunakan api untuk menangkap burung itu di malam hari," 

Kawanan chough ini memang bersarang di gua-gua dan celah berbatu. Karena gua langka, chough kadang harus berbagi tempat dengan Neanderthal.

Dalam studinya ini, Blanco dan rekannya kemudian mulai dengan meninjau literatur tentang fosil burung yang ditemukan di gua-gua yang berisi fosil atau alat Neanderthal.

Mereka mengonfirmasi bahwa koeksistensi antara Neanderthal dan chough adalah hal biasa.

Di Eropa, chough adalah salah satu fosil burung paling melimpah yang ditemukan di gua-gua Neanderthal. Khususnya di semenanjung Iberia.

Dan saat ditemukan, fosil-fosil burung ini sering memiliki luka yang berasal dari alat batu yang dibuat oleh Neanderthal antara 300.000 dan 35.000 tahun yang lalu.

"Bukti luka ini bukti kuat bahwa Neanderthal menangkap dan memotong burung. Chough tak hanya menghasilkan kalori tetapi juga menyediakan nutrisi mikro. Sementara bulu hitam cerah, paruh, dan cakarnya mungkin digunakan untuk dekorasi," papar Dr. Juan J. Negro dari Estación Biológica de Doñana di Sevilla.

Pura-pura jadi Neanderthal

Permainan peran menjadi Neanderthal dimulai dengan melibatkan tim yang terdiri dari dua hingga sepuluh orang. Tim peneliti kemudian bergerak malam hari dengan menggunakan alat seperti yang dipakai Neanderthal.

Tim kemudian mencatat karakteristik sarang, ukuran tim, strategi dan alat yang digunakan, reaksi burung, serta jumlah yang ditangkap.

Dalam 296 percobaan yang dilakukan di 70 tempat, peneliti berhasil menangkap 5525 ekor burung--yang kemudian dilepaskan lagi tanpa cedera.

"Kami menyimpulkan bahwa chough rentan terhadap Neanderthal jika mereka menggunakan cahaya buatan seperti api pada malam hari," jelas Dr. Antonio Sánchez-Marco dari Institut Catal de Paleontologia Miquel Crusafont di Barcelona.

Burung-burung yang mencoba kabur bisa dengan mudah ditangkap dengan tangan. Burung-burung ini menghasilkan energi yang cukup untuk menjadi makanan lengkap bagi Neanderthal dewasa.

Dan manusia purba yang terampil tampaknya dapat dengan mudah menangkap 40 hingga 60 anak burung per malam.

"Kami dapat meronstruksi bahwa Neanderhal kemungkinan memiliki ketrampilan lain yang tak terduga, yakni menjebak burung di sarangnya. Mengingat keragaman perilaku mereka, perlu untuk menjelaskan mengapa Neanderthal bisa punah," pungkas Blanco.

Studi dipublikasikan di Frontiers in Ecology and Evolution.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/09/22/170500423/ilmuwan-pura-pura-jadi-manusia-purba-demi-tahu-cara-berburunya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke