Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Waspada Kemungkinan Munculnya Varian Baru Corona Asal Indonesia

KOMPAS.com - Pekan ini Indonesia terus mencetak rekor kenaikan jumlah harian kasus Covid-19 yang tercatat 47.899 kasus infeksi baru pada Selasa (13/7/2021).

Berdasarkan data yang disampaikan Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Minggu (18/7/2021) sore, ada penambahan 44.721 kasus baru Covid-19.

Penambahan itu menyebabkan kasus Covid-19 di Tanah Air kini mencapai 2.877.476 orang, terhitung sejak diumumkannya kasus pertama pada 2 Maret 2020.

Dalam 24 jam terakhir, dilaporkan ada penambahan 1.093 kasus kematian, sehingga total pasien Covid-19 meninggal dunia yaitu 73.582 orang.

Sejauh ini, empat varian virus corona dunia yang masuk kategori mengkhawatirkan atau variant of concern telah terdeteksi di Indonesia dan kini varian Delta telah mendominasi kasus positif Covid-19.

Varian Delta pertama terdeteksi dari sampel yang diambil pada Januari lalu di Jakarta dan Palembang. Sifatnya yang mudah menular membuatnya cepat menyebar ke 16 provinsi.

Penyebaran varian Delta ini membuat sistem kesehatan di Indonesia kewalahan. Namun, para pakar mengatakan, masyarakat perlu terus waspada karena varian Delta mungkin dapat terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Pakar penyakit menular atau epidemiolog dan dosen di Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan, virus akan mengalami kecacatan atau mutasi kecil setiap kali dia berpindah inang.

Hasilnya, virus tersebut bisa melemah atau justru menguat. Namun, Dicky mengatakan bahwa peluang virus untuk berubah menjadi ganas akan meningkat jika terus menyebar.

"Ketika penyebaran Covid-19 semakin tidak terkendali maka potensi mutasi akhirnya akan melahirkan varian baru yang merugikan masyarakat. Pada negara-negara yang menghasilkan varian mutasi baru ini, umumnya positivity rate-nya jauh di atas 10 persen. Artinya, sangat tidak terkendali," kata Dicky kepada DW Indonesia.

"Menurut saya, di Indonesia sudah ada varian asli Indonesia yang tidak ditemukan di dunia. Kita perlu surveillance genome (pemantauan genom virus) yang memadai," lanjutnya.

Varian virus corona "Made in Indonesia"?

Empat varian yang masuk kategori paling dikhawatirkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah varian Alpha, Beta, Gamma, dan Delta.

Semua varian ini pertama kali terdeteksi di negara-negara di mana pengendalian penyebaran Covid-19 dianggap lemah, yakni Inggris, Afrika Selatan, Brasil, dan India.

Dicky Budiman menuturkan, ada tiga indikator yang dapat membuat varian baru tersebut masuk menjadi kategori varian yang mengkhawatirkan.

  • Pertama, seberapa cepat dia menular.
  • Kedua, apakah virusnya menyebabkan gejala parah bahkan mengakibatkan kematian.
  • Ketiga, apakah dia menurunkan efikasi antibodi yang tercipta di badan setelah divaksin.

Lebih lanjut, Dicky menjelaskan, jika sebuah varian (virus corona) memengaruhi ketiga indikator tersebut namanya varian Super.

"Varian Delta yang pertama kali dideteksi di India mendekati varian itu (varian Super). Mendekati saja bisa sudah seperti ini (dampaknya terhadap dunia)," ungkap Dicky.

"Varian di Indonesia memang belum masuk kategori varian Super, tetapi itu saja sudah membuktikan (penyebaran) di wilayah kita tidak terkendali. Otomatis bisa tercipta varian baru yang berbahaya dan mendekati super. Ini perkara waktu saja."

Genome sequencing dalam pemetaan varian baru

Genome sequencing merupakan upaya untuk mengetahui penyebaran mutasi virus SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19.

Pengujian genom sangat berperan dalam pemetaan varian baru.

Menurut Pandu Riono, ahli penyakit menular Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia, aturan perihal testing di Indonesia cukup memadai, tetapi implementasinya belum optimal.

"Testing jumlahnya masih terbatas. Tracing masih lemah. Karantina masih lemah. Jadi antara aturan dan implementasi ada gap (celah) selalu," kata Pandu.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui bahwa pada akhir 2020, hanya 30.000-40.000 sampel Covid-19 yang diuji per hari.

Kini, 200.000 sampel diuji per hari dan jumlahnya ini akan dinaikkan menjadi 400.000 sampel per hari. Akhir tahun lalu, hanya 420 sampel melalui genome sequencing setiap hari.

Telah ada 12 laboratorium di bawah naungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Riset dan Teknologi yang melakukan lebih dari 3.000 genome sequencing dalam enam bulan terakhir.

"Kita menyadari bahwa genome sequencing sangat mahal dan sulit untuk dilakukan. Pekan lalu kita berdiskusi dengan pakar penyakit menular Indonesia dan menemukan mekanisme genome sequencing yang memudahkan (peneliti) untuk mengidentifikasi apakah mutasi varian Delta sudah menyebar di suatu wilayah dengan melihat tingkat CT (cycle threshold)," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam siaran live stream pada 9 Juli 2021.

Isolasi dan karantina bisa hambat terciptanya varian baru

Dicky mengungkapkan, virus corona mudah bermutasi, tetapi cara yang terpenting untuk mencegah terciptanya varian baru yang berpotensi lebih ganas adalah menghambat penyebarannya di masyarakat dengan membatasi pergerakan dan memenuhi semua protokol kesehatan.

Selain itu, Dicky Budiman menganjurkan agar isolasi mandiri tidak hanya dilakukan oleh warga yang datang dari luar negeri atau tertular Covid-19.

Masyarakat yang melakukan perjalanan antarkota atau provinsi perlu melakukan isolasi mandiri untuk memastikan bahwa mereka tidak tertular dalam perjalanan atau menjadi OTG (penderita Covid-19 tanpa gejala), sehingga dapat memutus mata rantai penularan.

"Dalam wabah seperti ini, karantina perlu dilakukan oleh orang yang pulang dari Bali ke Jakarta misalnya. Kalau dia belum divaksin, perlu isoman (isolasi mandiri) selama 10-14 hari, sedangkan bagi yang sudah divaksin cukup karantina di rumah selama tujuh hari sebelum masuk kantor lagi. Jangan kurang dari itu," ujarnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/19/080200923/waspada-kemungkinan-munculnya-varian-baru-corona-asal-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke