Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Itu Interaksi Obat dan Berbahayakah Minum Banyak Obat?

KOMPAS.com - Pasien Covid-19 dengan sakit yang parah, biasanya akan diberikan beberapa jenis obat. Lantas, apakah dengan minum banyak obat, ada interaksi obat yang akan berbahaya bagi pasien?

Menyusul pernyataan dr Lois Owien saat menjadi pembicara di program Hotman Paris Show, dia mengatakan bahwa banyak pasien Covid-19 yang meninggal dunia di rumah sakit diakibatkan oleh interaksi antar obat yang dikonsumsinya.

"Interaksi antar obat. Kalau buka data di rumah sakit, itu pemberian obatnya lebih dari enam macam," kata dr Lois dalam acara tersebut.

Namun, hal ini dibantah oleh Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt, saat dikonfirmasi oleh Kompas.com, Minggu (11/7/2021).

"Tidak semua interaksi obat itu selalu merugikan, tetapi juga bisa menguntungkan," ungkap Prof Zullies.

Apa itu interaksi obat?

Interaksi obat adalah pengaruh suatu obat terhadap efek obat lain, ketika obat-obat ini digunakan bersama-sama pada seorang pasien, kata Prof Zullies. Namun, interaksi yang ditimbulkan dengan minum banyak obat tidak selalu berbahaya.

Perlu dicatat, tidak hanya pasien Covid-19 saja yang minum banyak jenis obat, untuk mengobati berbagai gejala yang dialaminya.

"Sebenarnya interaksi obat ini tidak semuanya berkonotasi berbahaya, karena sifat interaksi itu bisa bersifat sinergis atau antagonis, bisa meningkatkan, atau mengurangi efek obat lain," kata Prof Zullies.

Interaksi obat yang menguntungkan

Dr Lois mengatakan dalam acara yang dipandu pengacara Hotman Paris, bahwa akibat interaksi antar obat yang dikonsumsi, menyebabkan pasien Covid-19 meninggal dunia.

Hal ini mengindikasikan bahwa menurutnya, pasien Covid-19 yang minum banyak obat, menyebabkan adanya interaksi obat berlebih, sehingga berdampak mematikan atau berbahaya bagi tubuhnya.

Prof Zullies menekankan bahwa interaksi obat juga ada yang menguntungkan, namun ada juga yang merugikan. Kendati demikian, setiap interaksi obat yang terjadi tidak bisa digeneralisir, dan harus dikaji secara individual.

"Banyak kondisi penyakit yang membutuhkan lebih dari satu macam obat, apalagi jika penyakitnya lebih dari satu. Bahkan satu penyakit pun bisa membutuhkan lebih dari satu obat," ungkap Prof Zullies.

Ia mencontohkan pada penyakit hipertensi. Pada kondisi hipertensi yang tidak terkontrol dengan obat tunggal, dapat ditambahkan obat antihipertensi yang lain, bahkan bisa kombinasi dua atau tiga obat antihipertensi.

Dalam kasus ini, memang pemilihan obat yang akan dikombinasikan harus tepat, yaitu yang memiliki mekanisme yang berbeda.

"Sehingga ibarat pencuri, dia bisa ditangkap dari berbagai penjuru," kata Prof Zullies.

Dalam hal ini, imbuhnya, obat tersebut tentunya akan berinteraksi, tetapi bisa jadi interaksi obat ini menguntungkan, karena saling sinergi.

"Memang tetap harus diawasi terkait dengan risiko efek samping, karena semakin banyak obat tentu risiko bisa meningkat," jelasnya.

Selain itu, akan dipertimbangkan juga manfaat dan risikonya. Banyak kondisi lain yang memerlukan terapi kombinasi, yang berarti ada interaksi obat.

Pada pasien Covid-19 yang bergejala sedang sampai berat misalnya, kata Prof Zullies, sangat mungkin diperlukan beberapa obat untuk mengatasi berbagai gejala tersebut.

Interaksi obat yang merugikan

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa interaksi obat juga bisa berdampak merugikan. Menurut Prof Zullies, interaksi obat dapat merugikan, jika suatu obat dapat menyebabkan berkurangnya efek obat lain yang digunakan bersama.

Atau bisa juga ada risiko efek samping obat tertentu yang sama dengan obat lain yang digunakan bersamaan, sehingga jika diberikan akan makin meningkatkan risiko total efek sampingnya.

"Jika efek samping obat tersebut membahayakan, tentu hasil akhirnya akan semakin membahayakan," ungkap Prof Zulies.

Hal ini terjadi pada obat azitromisin dan hidroksiklorokuin, efek samping obat-obat ini dapat mengganggu irama (ritme) jantung, maka bisa terjadi efek total yang membahayakan jika digunakan bersama.

Selain itu, peningkatan efek terapi suatu obat akibat adanya obat lain juga dapat berbahaya jika efek tersebut menjadi berlebihan.

"Interaksi obat itu memang sangat mungkin dijumpai. Bahkan, orang dengan satu penyakit saja, rata-rata ada yang membutuhkan lebih dari satu macam obat," kata Prof Zullies.

Menghindari interaksi obat yang merugikan

Namun demikian, bukan berarti interaksi obat yang dapat menyebabkan efek samping obat yang merugikan tidak dapat dihindari.

Prof Zullies menjelaskan bahwa sebetulnya interaksi obat itu tergantung dari mekanisme interaksinya.

Apakah interaksi obat pada aspek farmakokinetik, yakni mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lain, atau farmakodinamik, yakni ikatan dengan reseptor atau target aksinya.

Lebih lanjut dia menjelaskan ada interaksi obat yang bisa dihindari dengan cara mengatur cara pemberiannya, supaya tidak diberikan dalam satu waktu.

Ada pula yang diatur dengan cara menyesuaikan dosis, atau bahkan ada yang dihindari dengan mengganti sama sekali dengan obat lain yang kurang berinteraksi.

"Sekali lagi, hal ini tidak bisa digeneralisir dan harus dilihat kasus demi kasus secara individual. Bahkan kadang tidak semua kejadian interaksi obat itu bermakna klinis, walaupun secara teori ada kemungkinan interaksi," jelas Prof Zullies.

Prof Zullies menegaskan bahwa interaksi obat yang membahayakan seperti yang disampaikan dr Lois, tidak semudah itu membuat pasien meninggal dunia.

"Hal ini menunjukkan bahwa perlunya kerjasama antar tenaga kesehatan dalam memberikan terapi kepada pasien, baik itu dokter, pasien, maupun apoteker, sehingga dapat memantau terapi dengan lebih cermat," imbuhnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/12/183200923/apa-itu-interaksi-obat-dan-berbahayakah-minum-banyak-obat-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke