Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kumbang Berusia 230 Juta Ditemukan di Kotoran Dinosaurus, Seperti Apa Wujudnya?

KOMPAS.com - Ada banyak cara untuk mempelajari kehidupan serangga di masa lalu, salah satunya melalui fosil. Baru-baru ini sebuah studi mengungkap sebuah fosil kumbang yang ditemukan pada kotoran dinosaurus.

Umumnya, fosil serangga dari zaman dinosaurus akan terjebak dalam damar. Namun berbeda dengan fosil kumbang purba satu ini yang di tempat yang tak biasa, yakni kotoran dinosaurus.

Mengutip Science Alert, (2/7/2021) jauh di akhir masa Triassic, di tempat yang sekarang disebut Polandia, dinosaurus bermoncong panjang memakan banyak ganggang hijau dan kemudian buang air besar.

Siapa sangka 230 juta tahun kemudian peneliti menemukan, di dalam kotoran dinosaurus terdapat fosil kumbang yang dapat membantu mengungkapkan kehidupan serangga ini di masa lalu.

Temuan ini pun menjadikannya sebagai fosil pertama yang ditemukan dalam kotoran dinosaurus.

Fosil kumbang pun masih terawetkan dengan baik dalam kotoran dinosauru. Kaki dan antena masih utuh, sehingga peneliti mampu merekonstruksi bentuk tiga dimensi mereka dengan tepat. Spesies serangga tersebut kemudian dinamai dengan Triamyxa coprolithica.

"Saya benar-benar kagum melihat betapa terawetkannya kumbang itu, ketika memodelkannya dan melihat di layar, seakan-akan serangga itu hidup dan menatap saya," kata Martin Qvarnstrom, ahli paleontologi, dari Universitas Uppsala di Swedia.

Periode Trias atau Triassic, dianggap sebagai periode penting untuk evolusi serangga, terutama bagi kumbang, yang merupakan ordo organisme paling beragam di Bumi saat ini.

Lebih lanjut, setelah analisis yang cermat, para peneliti menempatkan spesies kumbang baru dalam familinya sendiri, Triamyxidae.

Mengingat kemiripan tertentu, mereka menduga bahwa kumbang purba yang terawetkan dalam kotoran dinosaurus tersebut adalah cabang yang punah dari sub-ordo kecil kumbang, yang dikenal sebagai Myxophaga, yang memiliki catatan fosil yang jarang.

Saat ini, kumbang myxophagan modern dapat ditemukan berkembang biak dalam jumlah besar di antara alga hijau, biasanya di dekat air.

Penemuan fosil kumbang purba dalam kotoran dinosaurus yang telah dipublikasikan di jurnal Current Biology ini, menunjukkan bahwa kerabat purba mereka mungkin berlimpah di lingkungan perairan yang serupa.

Sementara itu, kotoran fosil dinosaurus yang dikenal sebagai koprolit diperkirakan berasal dari dinosaurus sepanjang dua meter yang bernama Silesaurus opolensis.

Dinosaurus tersebut memakan tumbuhan tetapi tampaknya juga memiliki kegemaran memakan serangga.

Hal tersebut ditunjukkan dari jumlah kumbang yang sangat banyak yang ditemukan dalam kotoran dinosaurus. Peneliti berpikir bahwa mungkin serangga-serangga itu merupakan makanan tambahan.

Mengingat tubuh mereka yang kecil dan kuat, peneliti juga menduga jika kumbang akan memiliki peluang hidup dari pencernaan dinosaurus dibandingkan dengan serangga lain.

"Meskipun Silesaurus tampaknya telah menelan banyak individu T. coprolithica, kumbang itu kemungkinan terlalu kecil untuk menjadi satu-satunya mangsa yang ditargetkan," jelas Qvarnström.

Penemuan ini membuat para ilmuwan berpikir koprolit dapat menjadi jendela yang sangat baik untuk evolusi awal serangga.

Kotoran yang memfosil mungkin lebih sulit dilihat oleh mata manusia, tetapi dengan menggunakan pemindaian CT mikro, para peneliti dapat melihat semua detail kecil pada T. coprolithica.

Itu mengapa ahli entomologi Martin Fikacek dari Universitas Nasional Sun Yat-sen di Taiwan mengungkapkan jika ada baiknya untuk melakukan pemeriksaan kotoran dinosaurus karena kemungkinan hal-hal menarik lain ditemukan di dalamnya.

"Lebih banyak koprolit dianalisis ada kemungkinan akan menemukan serangga yang diawetkan dengan baik yang dapat kita pelajari," katanya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/03/100200323/kumbang-berusia-230-juta-ditemukan-di-kotoran-dinosaurus-seperti-apa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke