Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Seperti Apa Kondisi Pasien Covid-19 yang Butuh Tabung Oksigen?

KOMPAS.com - Imbas dari lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia membuat ketersediaan tempat tidur dan oksigen medis di rumah sakit menipis.

Misalnya di Yogyakarta. Diberitakan Kompas.com sebelumnya, salah satu agen penyedia oksigen medis mengaku mengalami kekosongan stok sejak Sabtu 19 Juni 2021.

Para agen oksigen ini melayani warga yang sedang menjalani rawat jalan di rumah seperti asma, jantung, dan Covid-19.

"Sabtu lalu mulai kosong, para distributor fokus untuk menyuplai rumah sakit. Jadi, tidak bagi eceran," kata salah satu pegawai Jaya Abadi Oksigen, Eko Harsono (72) saat ditemui di tokonya, Rabu (23/6/2021).

Kelangkaan stok ini menunjukkan bahwa kebutuhan oksigen meningkat, terutama setelah terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.

Lantas, kapan sebenarnya pasien membutuhkan bantuan oksigen?

Menjawab pertanyaan ini, Kompas.com menghubungi Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Primaya Hospital Pasar Kemis, Tangerang, dr Natalia Budisantoso, Sp.PD, FINASIM.

Natalia menjelaskan, normalnya tingkat saturasi oksigen atau tingkat oksigen dalam darah berkisar antara 95-100 persen.

Saturasi oksigen dalam darah ini diukur dengan alat bernama pulse oximetry (oximeter nadi).

Oximeter nadi umumnya berukuran kecil dan bisa dibawa ke mana saja. Alat ini dipasang di ujung jari untuk mengukur tingkat saturasi oksigen dalam darah, tanpa meninggalkan rasa sakit.

Dilansir dari Healthline, oximeter dapat mendeteksi perubahan kecil dengan cepat, dalam hal ini, seberapa efisien oksigen dibawa ke ekstremitas terjauh dari jantung termasuk kaki dan lengan.

Oleh karena itu, alat ini sering digunakan juga dalam pengaturan perawatan kritis, seperti ruang gawat darurat atau rumah sakit.

"Bila saturasi (oksigen) di bawah 95 persen, idealnya diberikan oksigenasi," kata Natalia kepada Kompas.com, Rabu (23/6/2021).

Oksigenasi atau terapi oksigen diberikan bagi pasien yang mengalami kesulitan mendapatkan cukup oksigen secara alami.

Natalia menjelaskan, jika saturasi oksigen menurun dan pasien tidak mendapat bantuan oksigen, jelas pasien akan mengalami sesak napas dan lama kelamaan akan mengganggu fungsi-fungsi organ lainnya.

Kondisi kurangnya kadar oksigen dalam darah yang menyebabkan terjadinya gangguan pada organ tubuh lain dalam bahasa medis disebut hypoxemia atau hipoksemia.

Dampak yang paling mengkhawatirkan dari saturasi di bawah normal adalah happy hypoxia yang dapat berujung pada kematian.

Diberitakan Kompas.com edisi 4 September 2020, Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto menjelaskan, happy hypoxia (silent hypoxemia) adalah kurangnya kadar oksigen di dalam jaringan darah, tetapi tanpa ada gejala yang muncul atau keluhan yang dirasakan pasien.

Happy hipoxia yang terjadi secara terus-menerus akan mengakibatkan organ tubuh akan terganggu fungsinya. Terutama organ-ogran penting tubuh, seperti jantung, otak, dan ginjal.

Pasien Covid-19 yang tidak bergejala ataupun hanya memiliki gejala ringan, juga bisa mengalami happy hipoxia karena menurunnya kadar saturasi oksigen yang tak disadari.

Jika tak segera diatasi, akibatnya bisa terjadi kegagalan organ yang tidak diketahui, dan bisa berujung pada kematian.

Bisakah pasien Covid-19 yang isolasi mandiri (isoman) di rumah menggunakan Oxycan?

Mungkin banyak pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah telah menyiapkan oxycan untuk berjaga-jaga.

Dilansir dari SehatQ, Oxycan merupakan oksigen murni yang dapat diberikan pada orang yang mengalami sesak napas, kelelahan, stres berlebihan, atau setelah berolahraga berat.

Kaleng oksigen ini disebut mengandung 95 persen oksigen murni yang dapat mengembalikan kadar normal oksigen di dalam tubuh.

Menurut Natalia, oxycan bisa digunakan oleh pasien Covid-19 isoman.

"Oxycan itu bisa digunakan sesaat. Karena dia (oxycan) bentuknya can, tabung untuk disemprotkan ya. Untuk kondisi emergency masih bisa dipakai," ungkap dia.

Kendati demikian, untuk para pasien Covid-19 yang melakukan isoman, Natalia mengingatkan, ketika kondisi memburuk termasuk merasa lemas dan sesak napas, harus sesegera mungkin ke rumah sakit.

"Sesegera mungkin harus ke IGD (jika merasa lemas dan sesak napas), untuk dievaluasi kondisinya. Jangan sampai tahu-tahu ditemukan meninggal," katanya mengingatkan.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/06/24/090000823/seperti-apa-kondisi-pasien-covid-19-yang-butuh-tabung-oksigen

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke