Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gempa Blitar Bukan Susulan, tapi Bisa Jadi Dipicu Gempa Malang

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan, gempa bumi tektonik yang berpusat di Blitar tadi malam, berbeda dengan kejadian gempa Malang beberapa waktu lalu meskipun sama-sama di wilayah selatan Jawa Timur.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Mitigasi BMKG Daryono kepada Kompas.com, Sabtu (22/5/2021).

Beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 10 April 2021, wilayah Jawa Timur dan sekitarnya juga diguncang gempa yang cukup membuat khawatir masyarakat yang merasakannya. Gempa itu berpusat di Malang.

Kendati sama-sama masih di jalur Selatan Jawa Timur, Daryono menegaskan bahwa gempa Blitar tadi malam tidak sama dengan gempa Malang.

"Gempa ini merupakan gempa baru, bukan gempa susulan dari gempa M 6,1 yang terjadi pada 10 April 2021, meskipun kedua gempa tersebut sama jenisnya yaitu gempa intraslab," tegasnya.

Dari segi lokasi episenternya, jarak gempa Blitar terpisah sekitar 27 km dari gempa 6,1 yang terjadi pada 10 April 2021 di Malang, sedangkan kedalaman hiposenternya terpaut 29 km. Mekanisme sumber kedua gempa juga agak berbeda.

Kemudian gari segi magnitudonya, gempa M 5,9 di Blitar ini terlalu besar untuk dikatakan sebagai gempa susulan dari gempa Malang dengan M 6,1 pada 10 April 2021, sehingga berdasarkan data-data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gempa Blitar bukan gempa susulan dari gempa Malang

Meskipun demikian, Daryono juga mengatakan bahwa ada kemungkinan gempa Blitar terjadi akibat dipicu oleh gempa Malang.

Pasalnya, gempa ini merupakan jenis gempa intraslab yang mampu meradiasikan ground motion atau guncangan yang lebih besar dari gempa lain dengan magnitudo sekelasnya.

Sejarah gempa di selatan Malang-Blitar

Berdasarkan catatan BMKG, sejak tahun 1896, Malang dan sekitarnya sudah diguncang gempa destruktif lebih dari 9 kali.

1. Pada 15 Agustus 1896 yang menyebabkan guncangan dengan skala intensitas VII MMI

2. Pada 31 Agustus 1902, guncangan gempa terjadi dengan skala intensitas VII MMI

3. Pada 27 September 1937, guncangan gempa terjadi dengan skala intensitas VIII-IX MMI

4. Pada 20 November 1958, guncangan gempa terjadi dengan skala intensitas VIII MMI

5. Pada 21 Desember 1962, guncangan gempa terjadi dengan skala intensitas VI MMI

6. Pada 27 Juni 1963, guncangan gempa terjadi dengan skala intensitas VI MMI

7. Pada 19 Februari 1967, guncangan gempa terjadi dengan skala intensitas VIII-IX MMI

8. Pada 4 Oktober 1972, guncangan gempa terjadi dengan skala intensitas VI - VII MMI

9. Pada 28 September 1998, guncangan gempa terjadi dengan skala intensitas VI MMI

10. Pada 17 November 2016, guncangan gempa terjadi dengan skala intensitas VI MMI

11. Pada 10 April 2021, guncangan gempa terjadi dengan skala intensitas VI MMI

12. Pada 21 Mei 2021,guncangan gempa terjadi dengan skala intensitas V MMI

Sebagai informasi, skala MMI (Modified Mercali Intensity) adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.

Skala intensitas V MMI.

Pada skala V MMI, getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergiyang dan bandul lonceng dapat berhenti.

Skala intensitas VI MMI.

Skala intensitas VI MMI adalah keadaan kekuatan gempa yang getarannya dapat dirasakan oleh semua penduduk. 

Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, dan adanya kerusakan ringan.

Skala intensitas VII MMI.

Untuk skala VII MMI, maka guncangan dapat membuat tiap-tiap orang keluar rumah. 

Ada kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. 

Sedangkan, pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong asap pecah dan terasa oleh orang yang naik kendaraan.

Skala intensitas VIII MMI.

Pada skala VII MMI, gempa dapat mengakibatkan kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. 

Selain itu, retak-retak pada bangunan dengan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh dan air menjadi keruh.

Skala intensitas IX MMI.

Pada skala IX MMI, maka gempa dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. 

Serta, rumah tampah agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/22/173400423/gempa-blitar-bukan-susulan-tapi-bisa-jadi-dipicu-gempa-malang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke