Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Efektivitas Vaksin Covid-19 66 Persen, Johnson & Johnson Ajukan Izin Penggunaan Darurat

Hal ini membuka kemungkinan vaksin virus corona ketiga untuk pasar AS, setelah Pfizer-BioNTech dan Moderna.

"Pengajuan hari ini untuk Otorisasi Penggunaan Darurat dari investigasi kami vaksin Covid-19 suntikan tunggal adalah langkah penting untuk mengurangi beban penyakit bagi orang-orang di seluruh dunia dan mengakhiri pandemi," kata Dr Paul Stoffels, Chief Scientific Officer di Johnson & Johnson, dalam sebuah pernyataan.

Melansir CNN, FDA telah menjadwalkan pertemuan publik Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait pada 26 Februari mendatang.

Kelompok ahli independen akan melihat data dan membuat rekomendasi yang dipertimbangkan oleh lembaga tersebut saat membuat keputusan.

Ini berarti EUA tidak akan dikeluarkan sebelum akhir bulan, seandainya FDA memutuskan untuk memberikannya.

Tetapi, menambah daftar vaksin tentu akan menambah pasokan dan fleksibilitas pada upaya AS yang sedang berjuang untuk memvaksinasi penduduknya.

Jika FDA memutuskan untuk mengesahkan vaksin Johnson & Johnson, Komite Penasihat untuk Praktik Imunisasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS akan bertemu untuk membahas apakah vaksin harus diberikan kepada orang Amerika dan jika demikian, siapa yang harus mendapatkannya terlebih dahulu.

Proses pengaturan yang sama untuk Pfizer memakan waktu lebih dari tiga minggu. Sementara pada Moderna lebih dari dua minggu.

Vaksin Johnson & Johnson sedikit berbeda dari dua vaksin Covid-19 yang telah resmi. Vaksin, yang dibuat melalui kolaborasi divisi vaksin Johnson & Johnson, Janssen Pharmaceutical, dan Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston ini hanya membutuhkan satu kali suntikan. Sedangkan Pfizer dan Moderna membutuhkan dua kali suntikan.

Vaksin ini juga dinilai stabil hingga tiga bulan disimpan dalam suhu lemari es biasa dan tidak membutuhkan pembekuan seperti milik Pfizer.

Menurut perusahaan terkait, vaksin Covid-19 Johnson & Johnson ini terbukti 66 persen efektif dalam mencegah penyakit Covid-19 dengan gejala sedang hingga parah dalam uji coba Fase 3 global.

Bahkan, 85 persen efektif secara keseluruhan dalam mencegah rawat inap dan kematian karena Covid-19 di semua wilayah yang diuji.

Johnson & Johnson mengungkap kemanjuran vaksin terhadap penyakit Covid-19 gejala sedang hingga berat di beberapa Negara, yaitu 72 persen di AS, 66 persen di Amerika Latin, dan 57 persen di Afrika Selatan. Ini diukur mulai satu bulan setelah penyuntikan.

Di cabang uji klinis Afrika Selatan, sebagian besar kasus disebabkan oleh varian yang dikenal sebagai B.1.351, yang mana ini lebih mudah menular dan membawa mutasi yang membuatnya kurang rentan terhadap respons imun antibodi - termasuk antibodi yang akan dipicu oleh vaksinasi.

Orang-orang terinfeksi Covid-19 yang sedang dalam uji klinis, cenderung mengembangkan penyakit yang lebih ringan dengan gejala yang lebih sedikit.

Cara kerja vaksin Johnson & Johnson juga berbeda dari vaksin Moderna dan Pfizer. Jika keduanya menggunakan messenger RNA, instruksi genetik yang dikirimkan dalam tetesan lemak yang mendorong tubuh untuk membuat apa yang tampak seperti potongan virus.

Vaksin Johnson & Johnson bekerja dengan materi genetik dikirimkan dalam virus flu biasa yang disebut adenovirus, yang telah dinonaktifkan, sehingga tidak mereplikasi dirinya sendiri atau membuat orang sakit.

Sejauh ini, Pemerintah AS telah memesan 100 juta dosis dan Johnson & Johnson mengatakan dapat memenuhinya pada bulan Juni.

"Setelah investigasi untuk otorisasi penggunaan darurat vaksin Covid-19, kami siap untuk memulai pengiriman," kata Stoffels.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/02/05/120342423/efektivitas-vaksin-covid-19-66-persen-johnson-johnson-ajukan-izin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke