Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penting untuk Dipahami, Apa Itu Consent atau Persetujuan Seksual?

KOMPAS.com - Psikolog klinis dewasa, Tiara Puspita, M.Psi., Psikolog, menjelaskan bahwa pelecehan seksual adalah seluruh jenis perilaku, ucapan, isyarat atau pendekatan terkait seks yang tidak diinginkan.

Artinya, tanpa adanya consent atau persetujuan seksual dari penerima, suatu tindakan bisa dikategorikan sebagai pelecehan seksual.

Permasalahannya, banyak orang masih belum mengerti apa itu consent atau persetujuan seksual.

Hal inilah yang dijelaskan oleh Tiara dalam webinar Consent & Sexual Abuse yang merupakan bagian dari seri #HarusDibahas oleh Reprodukasi pada Jumat (4/12/2020).

Dia berkata bahwa consent adalah persetujuan afirmatif yang diberikan secara sadar, volunter dan tidak dalam hasutan atau ancaman untuk terlibat dalam berbagai aktivitas seksual atau non-seksual.

Persetujuan ini dapat terlihat dari reaksi, antusiasme atau komunikasi yang dilakukan dengan jelas dan berkelanjutan.

Berikut adalah beberapa poin penting dari consent yang harus dipahami:

1. Consent diberikan secara sukarela tanpa manipulasi, paksaan atau pengaruh substansi

Seperti disebutkan di atas, consent harus diberikan secara sadar, volunter dan tidak dalam hasutan atau ancaman.

"Jadi, kalau saya setuju tapi saya sebetulnya diancam untuk melakukan sesuatu, itu termasuk dalam tidak memberikan consent, (sehingga) tetap termasuk ke dalam pelecehan seksual atau kekerasan seksual," ujar Tiara.

Consent juga tidak bisa diberikan ketika seseorang sedang dalam keadaan tidak optimal untuk membuat keputusan, misalnya ketika sedang tidak sadar, di bawah pengaruh alkohol, sedang tertekan atau saat galau sekali pun.

2. Bisa ditarik kembali dan tidak otomatis berlaku untuk semua bentuk perilaku seksual

Tiara berkata bahwa penting untuk memahami bahwa consent bisa ditarik kembali atau reversible. Selain itu, menyetujui satu perilaku seksual bukan berarti setuju akan semua bentuk perilaku seksual.

Anda bisa memberikan consent pada saat ini dan menariknya di kemudian hari; maupun menyetujui suatu tindakan tetapi menolak tindakan lainnya.

Dia mencontohkan bahwa sering kali, korban hanya memberikan persetujuan hingga tindakan tertentu, misalnya ciuman; tetapi pada saat aktivitas terjadi, korban kemudian dipaksa untuk melakukan hubungan seksual yang tidak disetujui di awal.

"Ini sudah termasuk dalam pelanggaran seksual atau kekerasan seksual, dan berujung pada pemerkosaan," tegasnya

3. Informed

Maksud dan tujuan dari perilaku seksual harus dipahami secara jelas oleh kedua belah pihak.

Artinya, bukan dalam hasutan atau iming-iming memperoleh hadiah, yang kemudian merujuk pada tekanan untuk melakukan aktivitas seksual sebagai imbalan terhadap pelaku.

4. Tidak harus verbal

Orang yang melakukan atau menerima suatu perilaku seksual harus merasa antusias dan tidak karena terpaksa.

Antusias, disebutkan oleh Tiara, misalnya menampilkan ekspresi tanpa adanya penolakan sama sekali, sehingga bisa diartikan sebagai consent walaupun tidak secara verbal.

"Begitu pula sebaliknya, kalau kita sudah menolak atau menepis, itu sudah bentuk dari tidak memberikan consent," ujarnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/11/190700723/penting-untuk-dipahami-apa-itu-consent-atau-persetujuan-seksual-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke