Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bocah Kleptomania Kecanduan Narkoba, Apa Dampaknya pada Otak Anak?

KOMPAS.com- Kenakalan bocah berusia 8 tahun yang diduga mengidap kleptomania di Nunukan, tak hanya telah membuat pihak panti rehabilitasi kewalahan. Sebab, ternyata anak tersebut juga mengalami kecanduan narkoba.

Anak tersebut diketahui telah dicekoki sabu yang dicampur ke dalam susu oleh orangtuanya sejak berusia 2 bulan.

Seperti diberitakan Kompas.com, Senin (23/11/2020), pada akhir Desember 2019, Pemkab Nunukan melalui Dinas Sosial mengirim bocah berinisial B tersebut ke Balai Rehabilitasi Sosial di Bambu Apus Jakarta.

Akan tetapi, baru 6 bulan rehabilitasi berjalan, pihak balai memulangkan anak tersebut karena kenakalannya yang dianggap sudah di luar nalar.

Sekretaris Dinas Sosial Yaksi Belaning Pratiwi mengatakan selama direhabilitasi B memang tidak menunjukkan tanda-tanda membaik.

Padahal, 6 bulan adalah waktu yang mestinya cukup untuk menangani seseorang.

"Di Bambu Apus dia malah mencuri sepeda orang, uang pembinanya dia curi dan dia belikan rokok, lalu dibagi-bagi ke teman-teman di sana dan banyak kenakalan lain. Anak-anak nakal yang tadinya sudah mau sembuh di sana kembali berulah dengan adanya B, itulah kemudian dipulangkan," ujar Yaksi.

Fakta lain yang lebih mengejutkan yang disampaikan Yaksi, yakni berdasarkan data Pekerja Sosial, ternyata ayah B sering mencampurkan narkoba jenis sabu ke dalam susu anaknya itu sejak berusia 2 bulan.

"Alasannya supaya tidak rewel. Itu membuat pola pikir anak terganggu," imbuh Yaksi.

Lantas, bagaimana konsumsi narkoba bisa merusak otak anak?

Menanggapi kasus bocah B yang mengidap kleptomania dan kecanduan narkoba ini, dr Hari Nugroho MSc selaku Peneliti dan Pakar Adiksi dari Mental Health Addiction and Neuroscience Jakarta, menjelaskan konsumsi narkoba pada anak seringkali merupakan imbas dari penggunaan narkoba pada orangtuanya.

Dr Hari mengatakan apabila anak yang terekspose methamphetamine atau narkoba lain yang digunakan sejak dalam kandungan atau di masa parental, yakni masa pembentukan organ, maka akan memengaruhi perkembangan kognitif, motorik maupun bahasa.

"Exposure pada masa prenatal juga mengakibatkan masalah perilaku saat masa balita, khususnya meningkatkan emotional reactivity-nya, problem atensi, dan juga gangguan hiperaktifitas," jelas dr Hari saat dihubungi Kompas.com, Senin (23/11/2020).

Kemungkinan lain, jika eksposure narkoba dimulai pada usia sangat muda, seperti yang disampaikan pihak balai, bahwa ternyata ayah B sering mencampur sabu pada susu anaknya, maka penggunaan narkoba di usia tersebut bisa sangat memengaruhi kondisi otak anak.

Sementara pada usia yang sangat muda tersebut, otak anak masih dalam tahap perkembangan.

Dr Hari mengungkapkan dampak narkoba tersebut akan sangat memengaruhi bagian otak cortex pre frontal.

"Bagian otak ini berfungsi dalam kemampuan berpikir, membuat rencana, problem solving, membuat keputusan, dan kontrol diri atas impulsivitas yang terjadi," papar dr Hari.

Dr Hari menambahkan otak ini juga berperan dalam proses kondisi-kondisi stressful. Selain itu, narkoba juga bisa memengaruhi bagian otak yang disebut basal ganglia yang berperan dalam membentuk motivasi, habit dan rutinitas.

"Dengan exposure sejak dini pada otak dan parenting skill orangtuanya yang bermasalah, maka gangguan perilaku yang bersifat impulsive, compulsive seperti mencuri atau menggunakan narkoba tadi sangat besar terjadi," jelas dr Hari.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/23/190300623/bocah-kleptomania-kecanduan-narkoba-apa-dampaknya-pada-otak-anak-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke