Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

WHO Ingatkan, Mungkin Tak Ada "Peluru Perak" untuk Covid-19

KOMPAS.com - Meski ada kemajuan pembuatan vaksin Covid-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa hingga saat ini tidak ada peluru perak dan mungkin tidak pernah ada.

Peluru perak yang dimaksud WHO adalah solusi besar yang berdampak langsung dan ekstrem untuk menyelesaikan masalah.

Sejak WHO menyatakan Covid-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat dunia enam bulan lalu, penyebaran virus corona SARS-CoV-2 masih terus berlangsung.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mencatat, pada 30 Januari 2020 ada 100 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi. Saat itu tidak ada kematian di luar China.

Tiga bulan kemudian, dunia melaporkan ada 3 juta kasus Covid-19 dan lebih dari 200.000 kematian.

Enam bulan kemudian, angkanya memburuk.

Hingga Selasa (4/8/2020) pagi, total terkonfirmasi 18,4 juta kasus dengan lebih dari 697 ribu orang meninggal karenanya.

Dilansir NPR, Senin (3/8/2020), Tedros mencatat beberapa kandidat vaksin sudah berada di fase tiga uji klini dan memberi harapan untuk kita semua.

Pasalnya, sejauh ini hasil pengujian menunjukkan kandidat vaksin efektif mencegah infeksi yang diakibatkan virus corona SARS-CoV-2.

Namun hingga vaksin dipasarkan, Tedros mengingatkan bahwa dunia bergantung pada pedoman pengendalian penyakit.

Ada beberapa hal yang menjadi catatan WHO dan harus dilakukan semua orang tanpa kecuali.

"Menguji, mengisolasi dan merawat pasien, serta melacak dan mengkarantina kontak mereka. Lakukan semuanya," kata Tedros, Senin (3/8/2020).

"Menginformasikan, memberdayakan, dan mendengarkan komunitas. Lakukan semuanya," imbuhnya.

"Untuk individu, harus menjaga jarak fisik, pakai masker, cuci tangan secara teratur, dan lakukan etika batuk yang aman dari orang lain. Lakukan semuanya," tegasnya.

"Ini pesan untuk semua orang dan pemerintah, Lakukan semuanya!"

Dan ketika penyakit mulai terkendali, Tedros mendesak untuk terus melakukan langkah di atas.

Dalam membuat vaksin, pengujian fase tiga dirancang untuk melihat apakah kandidat vaksin benar-benar mencegah penyakit.

WHO melaporkan, hingga 31 Juli ada enam kandidat vaksin yang berada dalam fase tiga.

Pekan lalu, kandidat vaksin yang dibuat perusahaan biotek AS Moderna dan dikembangkan bekerja sama dengan National Institutes of Health memasuki pengujian fase 3.

"Ada 30.000 sukarelawan yang akan dibagi menjadi dua kelompok," kata Joe Palca dari NPR menjelaskan.

"Kelompok pertama akan menerima dua suntikan mRNA-1273 yang berjarak 28 hari. Kelompok kedua akan menerima suntikan yang hanya mengandung air garam," jelas Joe.

"Baik sukarelawan maupun orang yang memberi suntikan tidak ada yang tahu apa isi di dalam jarum suntik. Ini untuk menghindari bias satu dengan yang lain," imbuhnya.

Para peneliti kemudian akan memantau kedua kelompok untuk melihat efek samping dari suntikan itu.

Sejauh ini, enam kandidat vaksin telah bergabung dengan Operation Warp Speed, dorongan administrasi Trump untuk memasarkan vaksin Covid-19 secara luas pada awal 2021.

Namun, tidak semua kandidat di Operation Warp Speed ada di fase tiga pengujian.

Lebih dari 250.000 orang telah mendaftarkan diri untuk berpartisipasi dalam uji klinis, kata spesialis penyakit menular A.S. minggu lalu.

Anthony Fauci mendesak warga Amerika untuk mendaftar di CoronavirusPreventionNetwork.org agar dapat menjadi bagian dari solusi dari momok mengerikan ini.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/08/04/122100823/who-ingatkan-mungkin-tak-ada-peluru-perak-untuk-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke