Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hadapi Corona Riset Lintas Ilmu Perlu Diutamakan, Mengapa?

KOMPAS.com - Di tengah masa pandemi Covid-19 akibat wabah virus corona ini, peran riset-riset ilmu pengetahuan sangatlah penting.

Pemotongan anggaran di Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) yang terlampau tinggi, sempat memicu kekhawatiran.

Terlebih dana itu dipangkas sebesar Rp40 triliun, dari Rp42 triliun menjadi Rp2 triliun saja.

Sekretaris Jenderal Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), Dr Berry Juliandi mengatakan itu bukan pemangkasan, melainkan pemindahan anggaran pendidikan dari Kemenristek ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Jadi dulu saat APBN 2020 disiapkan, Dirjen Dikti yang ada di Kemenristekdikti dikembalikan ke Kemendikbud. Maka semua dana Dirjen Dikti dikembalikan ke Kemendikbud," jelas Berry kepada Kompas.com, Rabu (8/4/2020).

Hal ini, kata dia tidak lantas memengaruhi dana ristek yang dikelola Kemenristek. Sebab, selama ini nilai dana ristek di kementerian tersebut hanya di kisaran Rp1,7 triliun.

"Jadi dana itu masih ada di Kemenristek saat ini," imbuh Berry.

Berry menambahkan jika dana Rp24 triliun yang disebut dana penelitian oleh Presiden Joko Widodo dulu, itu adalah total semua kegiatan litbang di seluruh kementerian.

Terkait masa pandemi virus corona saat ini, peningkatan dana ristek dari Rp1,7 triliun, kata Berry perlu untuk ditingkatkan.

Menurut dosen di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB ini, riset-riset lintas disiplin terkait penanganan Covid-19 sangat perlu dilakukan.

"Jadi kita tidak bisa seperti dulu, kategorikan riset menjadi riset kesehatan, riset sosial, riset humaniora dan lain-lain," jelas Berry.

Di tengah masa pandemi virus corona ini, kata dia, riset yang dapat dilakukan yakni menyangkut topik yang penting dan genting, kemudian dilakukan dengan pendekatan semua disiplin ilmu.

Selain itu, perlu dilakukan riset dasar yang bertujuan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan yang akan menjadi modal kemandirian bangsa dalam hilirisasi hasil penelitian.

"Namun dalam jangka pendek juga perlu dilakukan riset terapan. Tujuannya menghasilkan produk atau teknologi yang dapat dipakai dalam jangka pendek dan menengah," imbuh Berry.

Kendala riset di masa pandemi Covid-19

Berry memaparkan yang menjadi masalah utama yang dihadapi peneliti di Indonesia adalah tata kelola dana penelitian.

Selain itu belum adanya ekosistem riset yang baik dan menunjang bagi para ilmuwan.

"Kendala yang sama terjadi saat (pandemi) Covid-19 ini. Itu sebabnya perlunya penggunaan skema pendanaan dari dana abadi penelitian," ungkap Berry.

Pada UU APBN 2019, alokasi dana abadi penelitian sebesar Rp990 miliar, kemudian ditambah Rp5 triliun pada UU APBN 2020.

"Dana abadi hanya dipakai bunganya, bukan dana abadinya. Namun hingga saat ini belum ada skema penelitian yang didanai dari pos tersebut, karena baru tahun lalu investasinya," jelas Berry.

Lebih lanjut Berry menjelaskan mekanisme penyaluran dana penelitian, kalau di Kemenristek dengan nilai Rp1,7 triliun, dilakukan melalui kompetisi proposal penelitian.

Lalu yang lolos seleksi selanjutnya diumumkan dan risetnya didanai. Dana akan masuk ke institusi dari peneliti bersangkutan.

"Kalau yang diluar Kemenristek, biasanya tanpa kompetisi. Akses tidak rumit, tapi tata kelola dana penelitiannya yang jelek. Terutama karena riset dianggap sebagai item belanja oleh negara," ungkap Berry.

Di masa pandemi virus corona ini, Berry berharap tata kelola dana penelitian dan proses administrasi ini dapat lebih dipermudah.

Jika perlu dipercepat dengan menggunakan peraturan khusus, sehingga skema-skema penelitian terbaik dapat terlaksana.

"Lalu riset lintas ilmu lebih diutamakan dalam hal penanganan Covid-19. Jadi bukan hanya riset kesehatan," imbuh Berry.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/08/180300923/hadapi-corona-riset-lintas-ilmu-perlu-diutamakan-mengapa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke