Bahkan secara triwulanan, persentase properti rensidensial yang terjual mengalami kontraksi mencapai minus.
Hal itu tercermin dari Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI) Triwulan IV-2022, yang dilakukan terhadap sampel pengembang proyek perumahan (developer) di 18 kota.
Melambatnya perkembangan penjualan pada triwulan IV-2022 utamanya disebabkan penurunan penjualan tipe rumah menengah yang terkontraksi sebesar -18,88% (yoy).
Lebih lanjut, penjualan rumah kecil tercatat tumbuh melambat sebesar 14,44% (yoy) dan rumah besar 17,28% (yoy).
Persentase itu lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yakni rumah kecil 30,77% (yoy), dan rumah besar 19,73% (yoy).
Responden menyampaikan bahwa sejumlah hambatan dalam penjualan properti residensial primer dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Antara lain Kenaikan harga bahan bangunan 24,63% (dari jawaban responden); Masalah perizinan/birokrasi 14,41%; Suku bunga KPR 15,27%; Proporsi uang muka tinggi dalam pengajuan KPR 12,01%; dan Perpajakan 8,83%.
Bahkan secara triwulanan, penjualan rumah pada triwulan IV-2022 mengalami kontraksi sebesar -7,22% (qtq).
Kondisi ifu disebabkan oleh penurunan penjualan pada seluruh tipe rumah, yaitu tipe kecil -4,55%, (qtq), tipe menengah -19,50% (qtq), dan tipe besar -15,77% (qtq).
https://www.kompas.com/properti/read/2023/02/19/110000621/persentase-rumah-yang-terjual-naik-tipis-ini-sederet-pemicunya