Parapuan.co - Kebaya bukanlah hal yang asing bagi musisi dan aktris Titi Radjo Padmaja.
Pasalnya, ia mengaku sudah mengenakan kebaya sejak bangku Sekolah Menengah Akhir (SMA).
"Karena Mama kan suka pake kebaya dulu, aku juga punya beberapa (kebaya) punya Mama di tahun 70-an. Ngeliat mama sering pake, jadi pengen nyobain dan jadinya suka," ujar Titi saat seperti melansir dari PARAPUAN.
Di masa remajanya, banyak orang melihatnya aneh karena senang mengenakan kebaya.
Maklum saja, di era tersebut, kebaya identik dengan pakaiannya orang tua.
"Kalau dulu aku ngerasanya beda aja gitu, karena pada zaman dulu kebanyakan anak-anak itu sudah modernisasi, jadi mereka pake baju-baju luar gayanya gitu yah. Bukannya aku enggak pake baju luar juga, tapi aku juga sesekali pake kebaya dan aku ngerasa cantik," ceritanya.
Diakui Titi bahwa ia punya lebih dari sepuluh kebaya di rumahnya. Ada beberapa di antaranya adalah warisan dari sang ibunda.
"Masih ada kebaya dari Mama, (kebaya) brokat warna biru. Itu bagus banget sih memang, pas dipake kelihatan bagus banget," ujar Titi.
Di sisi lain, ia juga mengaku kerap membeli kebaya dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan desain-desain yang cantik nan modis.
Baca Juga: Bukan Hanya Milik Indonesia, Kebaya Adalah Ikon Mode Asia Tenggara
"Aku suka beli kebaya-kebaya UMKM. Kaya di Ubud, 75 ribu sampai 150 ribu, kebaya aku banyaknya itu. Karena menurutku kebaya murah itu juga bagus, sekaligus support UMKM juga," paparnya lagi.
Ia sendiri sedang menggemari kebaya jadul seperti kebaya Bali dan encim, yang kemudian dipadupadankannya dengan bawahan kain tradisional dari daerah lain.
"Kalau aku tuh pakai kebaya Bali misalnya bawahnya kain sumba, kenapa enggak?," papar Titi.
View this post on Instagram
Awalnya Titi sempat mengaku takut ketika akan mix and match kebaya, karena khawatir apa yang dilakukannya akan menyalahi pakem yang berlaku.
Namun, setelah bertanya kepada sejumlah pihak yang mengerti kebaya, termasuk dengan Chitra Subyakto, pemilik jenama Sejauh Mata Memandang, kekhawatirannya tersebut pun sirna.
"Dia (Chitra Subyakto) bilang, 'Enggak apa-apa. Pakai apa aja bawahnya sesuka kamu. Itu kan semuanya (kain) nusantara, semua Indonesia'," ceritanya lagi.
Bagi Titi, walau kebaya adalah pakaian tradisional Indonesia, namun bukan berarti harus dikenakan dengan gaya yang kuno.
"Kebaya itu enggak harus (dipadupadankan) sama (kain) batik sih. Walau kadang ada pakem yang seperti itu, tapi kalo aku lebih penting gimana anak-anak muda mau pake kebaya tanpa harus banyak aturan atau pakem yang kurang fleksibel," ujarnya.
Baca Juga: Elegan dengan Pakaian Tradisional, Ini Gaya Dian Sastro Pakai Kebaya Warna-Warni
Menurut Titi, jauh lebih penting untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap kebaya yang sesuai dengan gaya masing-masing orang.
"Bisa pakai jeans, pakai apapun yang mereka suka. Yang penting mereka mau dulu. Ketika mereka suka, maka mereka akan mencari tahu (kebaya). Jadi menurut aku fleksibel aja," cerita perempuan kelahiran 10 Februari 1981 itu.
Ditambahkan lagi olehnya bahwa lebih penting untuk fokus mengajak perempuan Indonesia agar lebih berbangga mengenakan kebaya dalam kehidupan sehari-hari.
"Supaya itu (kebaya) melekat banget sama kita dan kita tidak meninggalkan budaya kita," harap Titi.
"Jangan sampai kita sampe lupa punya kebaya. Dengan kita pakai kebaya kita bisa meneruskan ke anak cucu kita, supaya mereka tahu," tambahnya.
(*)