Ruang publik kembali diramaikan dengan persoalan kontaminasi mikroplastik di air minum kemasan.
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan di BPOM, Rita Endah, menegaskan sampai saat ini belum ada risiko kesehatan terkait dengan mikroplastik.
Dalam forum Sosialisasi Keamanan Kemasan Bahan Pangan Berbahan Baku Plastik yang Mengandung Unsur BPA, Rita meminta publik untuk lebih bijak.
Dia menegaskan bahwa sesuai tugasnya, BPOM selalu mengawasi segala hal terkait dengan keamanan dan mutu obat serta makanan, demi kesehatan masyarakat.
Perlu diketahui, mikroplastik merupakan unsur 'serpihan plastik' tak kasat mata, berukuran satu sampai lima mikrometer.
Rita menyebut, mikroplastik ada di semua unsur plastik jika mengalami degradasi baik itu karena suhu, gesekan, dan faktor lain.
"Sampai saat ini belum ada risiko kesehatan terkait mikroplastik," ungkapnya, merujuk dari maklumat WHO tentang pemantauan rutin atas kontaminasi mikroplastik di air kemasan.
Baca Juga: 5 Tanda Kamu Mengalami Dehidrasi, Salah Satunya Bau Mulut
Persoalan kontaminasi mikroplastik di air minum belakangan ini dibahas di beberapa negara, termasuk di Indonesia, selama tiga tahun terakhir.
Hal ini setelah adanya dua laporan hasil riset uji kontaminasi mikroplastik pada air keran (tap water) dan air minum kemasan plastik, pada 2018 lalu.
Menurut WHO, data soal kontaminasi mikroplastik pada air minum wadah botol plastik kebanyakan merujuk pada hasil riset dari Departemen Kimia, State University of New York, Amerika Serikat.
Dari riset itu kemudian muncul berbagai pertanyaan dan kecemasan atas dampak kontaminasi mikroplastik dalam air minum, paa manusia.
Riset dengan judul "Synthetic Polymer Contamination in Bottled Water" ini mencakup uji kontaminasi terhadap 11 merek air minum kemasan botol, salah satunya Aqua dari Indonesia.
Aqua menjadi salah satu objek uji kontaminasi karena mempertimbangkan tiga faktor utama seperti keragaman geografis, pangsa pasar air kemasan, dan tingkat konsumsi per kapita air kemasan.
Riset menggunakan sampel Aqua dari berbagai ukuran yang dibeli di tiga kota yaitu Jakarta, Bali dan Medan.
Dari parameter pangsa pasar air kemasan, Aqua disebut sebagai merek dengan penjualan tertinggi di Indonesia, bahkan yang ketiga di level dunia.
Dari penelitian ini, ditemukan bahwa 93 persen dari 259 botol sampel air minum kemasan yang diuji menunjukkan tanda telah terjadi kontaminasi mikroplastik.
Dengan bantuan program komputer yang dihitung dengan beberapa indikator, didapat ada 10,4 partikel mikroplastik berukuran di atas 10 mikrometer per liter dalam tiap botol sampel.
Baca Juga: Pentingnya Menjaga Kesehatan Tubuh Meski Sudah Divaksin Covid-19 Menurut Dokter
Dalam laporan disebut kontaminasi mikroplastik diduga bersumber dari kemasan plastik atau saat proses pengisian air minum di pabrik pengolahan.
Selain itu, ditemukan juga bahwa kontaminasi air minum kemasan botol plastik lebih tinggi, dibanding kontaminasi mikroplastik pada air keran di berbagai negara.
Untuk itu, riset kemudian merekomendasikan pengurangan produksi dan konsumsi air minum kemasan botol plastik.
Hal ini terutama bagi masyarakat yang masih tinggi di wilayah, di mana air keran besih dan sehat masih tersedia.
(*)