Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Makanan Khas Jepang, Ini Perubahan Sushi dari Masa ke Masa

Kompas.com - 28/06/2021, 09:30 WIB
Editor Tentry Yudvi Dian Utami

Parapuan.co - Sushi merupakan makanan Jepang yang banyak ditemui di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. 

Akan tetapi, berdasarkan sejarah, makanan yang kita kenal ini memiliki bentuk berbeda dan tidak disebut sushi.

Menurut CNN, sebelum ada sushi, terdapat makanan yang menjadi cikal bakal sushi, yaitu narezushi.

Baca Juga: Si Kecil Punya Bakat Alergi Susu Sapi? Berikut Cara Mencegahnya

Berasal dari abad ke-10 di Jepang, narezushi ini berupa ikan fermentasi yang diawetkan dengan garam dan nasi mentah, akhirnya menghasilkan nigiri (irisan makanan laut di atas nasi) yang nantinya kita kenal dengan nama sushi.

Makanan Penduduk Lokal di Zamannya

Narezushi, acar ikan yang diasinkan dengan nasi ini merupakan makanan yang umum di sebagian besar daerah Asia Tenggara sekitar abad ke-2 Masehi.

Makanan ini diperkirakan dibawa oleh orang dari daerah asal yang bermigrasi ke Jepang sekitar abad ke-9. Akan tetapi, dokumentasi tertulis tentang narezushi baru muncul pada abad ke-10.

"Tidak sepenuhnya jelas kapan tepatnya narezushi dimulai, tetapi banyak orang di sini menganggap ini sebagai ikan gaya keluarga. Kebanyakan keluarga memiliki resep mereka sendiri, diturunkan dari generasi ke generasi," Kazuyuki Ohashi, koki eksekutif di Lake Biwa Marriott Hotel, Moriyama, Prefektur Shiga, Jepang.

Di sekitar Danau Biwa, tepatnya di daerah Kyoto bagian utara, Narezushi merupakan makanan pokok dan juga sumber protein yang sering di konsumsi.

Sebelum adanya lemari es, biasanya keluarga yang ada di sana mengandalkan nasi dan garam untuk melakukan fermentasi.

Mereka juga mengawetkan ikan. Biasanya makanan-makanan tersebut disimpan berlapis-lapis dalam tong agar tahan lama.

Biasanya, narezushi dibuat dengan ikan mackerel, ekor kuning, atau ayu.

Untuk di Prefektur Shiga sendiri, kamu juga masih menjumpai jenis lain dari narezushi, yaitu funazushi.

Funazushi sendiri terbuat dari ikan nigorobuna, atau sejenis ikan mas liar yang ada di habitat Danau Biwa.

Baca Juga: Ini Syarat Naik Pesawat 2021, Berikut Ketentuan yang Harus Dilakukan

Umumnya, sebagian besar keluarga memiliki resep yang berbeda-beda. Akan tetapi semua cara pembuatannya sama.

Untuk membuat funazushi, ikan dibersihkan, dipotong, lalu diawetkan dengan garam selama beberapa bulan.

Kemudian, ikan tersebut dikombinasikan dengan nasi dan dibiarkan berfermentasi.

Pada suhu kamar, ikan disimpan dalam ruang penyimpanan selama beberapa bulan, tahun, bahkan dekade.


Namun sekitar tahun 1500-an, orang mulai mengonsumsi ikan setengah fermentasi dan nasi secara bersamaan.

Cara konsumsi inilah yang akhirnya nanti akan berkembang menjadi sushi modern yang kita kenal saat ini.

Dijual Hingga Sekarang

Hingga kini, narezushi dan funazushi masih bisa nikmati, khususnya di daerah Prefektur Shiga.

Kamu bisa menemukan banyak pedagang tradisional di sepanjang tepi Danau Biwa yang menjual narezushi dan funazushi.

Sekilas, narezushi tidak terlihat seperti sushi modern. Biasanya dijual sebagai satu ikan utuh dan ditutupi saus kental seperti yogurt.

Baca Juga: Niat Hati Sembuhkan Anosmia dengan Minum Air Eucalyptus, Tasya Farasya Justru dapat Teguran dari Dokter dan Perawat: Sangat Beracun dan Mematikan

Untuk menyajikannya, koki akan mengiris ikan menjadi lapisan tipis dan mengaturnya di atas nasi dengan pola yang indah.

Terkadang, mereka menyiapkan narezushi sebagai bubur dengan teh panas (disebut nasi ochazuke ), atau bahkan menggorengnya seperti tempura.

Narezushi ini memiliki aroma dan rasa asam yang sangat kuat.

Akan tetapi, bagi penikmatnya, semakin bau akan semakin baik.

"Orang-orang yang menyukai funazushi, mereka sangat menyukainya. Pertama kali saya mencicipinya, saya sebenarnya masih di sekolah menengah, sekitar 16 atau 17 tahun," kata Ohashi.

Meskipun awalnya dia tidak bisa menahannya, Ohashi mengatakan bahwa rasa itu telah tumbuh dalam dirinya dari waktu ke waktu.

"Sekarang saya menikmatinya. Seiring waktu, asam laktat dan bakteri dalam nasi memecah ikan dan, jika dilakukan dengan benar, bahkan kepalanya dapat dikonsumsi sepenuhnya. Itu tanda funazushi yang baik," kata dia.

"Tekniknya adalah hal yang bisa dibanggakan. Kami bangga membuat sushi ini selama 1.000 tahun. Saat kamu makan funazushi, kamu bisa merasakan sejarahnya," lanjutnya,

Sepengetahuan Ohashi, funazushi tertua telah difermentasi selama satu abad.

"Kalau sudah 100 tahun, masih belum busuk karena fermentasi," kata Ohashi.

Semakin lama di fermentasi akan semakin langka untuk ditemukan.

Dari segi harga, narezushi yang difermentasi bisa berharga ratusan dolar AS meskipun jenis yang paling umum difermentasi selama satu tahun.(*) 

Sumber BBC travel

Terkini Lainnya

Trik Dapat Tiket Pesawat Murah dengan Promo di Traveloka

Trik Dapat Tiket Pesawat Murah dengan Promo di Traveloka

PARAPUAN
Ini Alasan Iron Mascara yang Viral di TIkTok Disukai Banyak Orang

Ini Alasan Iron Mascara yang Viral di TIkTok Disukai Banyak Orang

PARAPUAN
4 Drakor Bertema Keluarga yang Cocok Ditonton, Ada The Good Bad Mother

4 Drakor Bertema Keluarga yang Cocok Ditonton, Ada The Good Bad Mother

PARAPUAN
Intip Keseruan Berwisata di Kapal Pesiar dengan Rute Internasional

Intip Keseruan Berwisata di Kapal Pesiar dengan Rute Internasional

PARAPUAN
6 Manfaat Cuka Apel untuk Kesehatan,  Viral Bantu Turunkan Berat Badan

6 Manfaat Cuka Apel untuk Kesehatan, Viral Bantu Turunkan Berat Badan

PARAPUAN
Tak Cuman Bantu Dokter, Yuk Ketahui Tugas dan Tanggung Jawab Profesi Perawat

Tak Cuman Bantu Dokter, Yuk Ketahui Tugas dan Tanggung Jawab Profesi Perawat

PARAPUAN
Mengenal Istilah Femisida yang Berhubungan Erat dengan Pembunuhan terhadap Perempuan

Mengenal Istilah Femisida yang Berhubungan Erat dengan Pembunuhan terhadap Perempuan

PARAPUAN
Belajar dari Pembunuhan Miss Ecuador, Ini Bahaya Share Lokasi Real Time di Medsos

Belajar dari Pembunuhan Miss Ecuador, Ini Bahaya Share Lokasi Real Time di Medsos

PARAPUAN
Ajari Anak Bisnis Sejak Kecil, Ini 3 Usaha Kecil-kecilan yang Bisa Dicoba

Ajari Anak Bisnis Sejak Kecil, Ini 3 Usaha Kecil-kecilan yang Bisa Dicoba

PARAPUAN
Kampoeng Djamoe Organik Martha Tilaar Group Terima 11 Spesies Tanaman Langka dari BRIN

Kampoeng Djamoe Organik Martha Tilaar Group Terima 11 Spesies Tanaman Langka dari BRIN

PARAPUAN
4 “Senjata” yang Perlu Dibawa Agar Perjalanan ke Kantor Aman dan Nyaman

4 “Senjata” yang Perlu Dibawa Agar Perjalanan ke Kantor Aman dan Nyaman

PARAPUAN
Nikmati Pemandang Indah, Ini 3 Rekomendasi Wisata Alam di Brasil

Nikmati Pemandang Indah, Ini 3 Rekomendasi Wisata Alam di Brasil

PARAPUAN
Hadapi Polusi dan Radikal Bebas Selama Commuting, Ini Tipsnya

Hadapi Polusi dan Radikal Bebas Selama Commuting, Ini Tipsnya

PARAPUAN
Ini Mimpi Dr. Widiastuti Setyaningsih, Peneliti yang Ungkap Tabir Alam Lewat Teknologi Pangan

Ini Mimpi Dr. Widiastuti Setyaningsih, Peneliti yang Ungkap Tabir Alam Lewat Teknologi Pangan

PARAPUAN
Inarah Syarafina Debut Penyutradaraan Film Panjang Lewat Temurun

Inarah Syarafina Debut Penyutradaraan Film Panjang Lewat Temurun

PARAPUAN
Perdebatan Man VS Bear Viral di TikTok, Ini Alasan Perempuan Lebih Memilih Beruang

Perdebatan Man VS Bear Viral di TikTok, Ini Alasan Perempuan Lebih Memilih Beruang

PARAPUAN
Cocok untuk Perempuan Karier, Ini Rekomendasi Parfum Pilihan PARAPUAN

Cocok untuk Perempuan Karier, Ini Rekomendasi Parfum Pilihan PARAPUAN

PARAPUAN
Bisa Tambah Penghasilan, Ini 3 Ide Bisnis yang Bisa Dicoba Pekerja Perempuan

Bisa Tambah Penghasilan, Ini 3 Ide Bisnis yang Bisa Dicoba Pekerja Perempuan

PARAPUAN
Pengusaha Pemula Wajib Tahu, Ini Sumber Modal Bisnis dan Strategi Dapatkan Pendanaan

Pengusaha Pemula Wajib Tahu, Ini Sumber Modal Bisnis dan Strategi Dapatkan Pendanaan

PARAPUAN
3 Cara Bijak Kumpulkan Dana Pendidikan Anak dan Strategi Melakoninya

3 Cara Bijak Kumpulkan Dana Pendidikan Anak dan Strategi Melakoninya

PARAPUAN
Praktis Dipakai, Ini Rekomendasi Sepatu Nyaman untuk Jalan Kaki

Praktis Dipakai, Ini Rekomendasi Sepatu Nyaman untuk Jalan Kaki

PARAPUAN
Kulit Kepala Berminyak dan Ketombean? Ini Rekomendasi Perawatannya

Kulit Kepala Berminyak dan Ketombean? Ini Rekomendasi Perawatannya

PARAPUAN
 Studi BCG dan Stellar Women: 70 Persen Perempuan Pelaku UMKM Kesulitan Mencari Mentor dalam Berbisnis

Studi BCG dan Stellar Women: 70 Persen Perempuan Pelaku UMKM Kesulitan Mencari Mentor dalam Berbisnis

PARAPUAN
Netflix Rilis Jadwal Tayang dan Trailer Film Monster, Full Tanpa Dialog

Netflix Rilis Jadwal Tayang dan Trailer Film Monster, Full Tanpa Dialog

PARAPUAN
Rekomendasi Hotel Bintang 5 untuk “Me Time” di Jakarta

Rekomendasi Hotel Bintang 5 untuk “Me Time” di Jakarta

PARAPUAN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com