Parapuan.co – Selama pandemi, banyak hal yang berubah salah satunya adalah fashion.
Sebelum pandemi, kita terbiasa mengenakan pakaian yang berbeda saat bekerja, bersantai di rumah, atau menghadiri acara-acara tertentu.
Namun saat pandemi dan kebanyakan kita harus bekerja dari rumah (WFH), sehingga pakaian yang kita pakai sering kali sama sepanjang hari.
Baca Juga: Seluruh Hasil Penjualan Koleksi Christian Louboutin dan Idris Elba Akan Disumbangkan Ke Sini!
Kini banyak pula fashion yang menghadirkan pakaian santai yang bisa digunakan di rumah.
Lantas, apa pengaruh mengenakan pakaian yang sama sepanjang hari di rumah?
"Fashion adalah cara kita menunjukkan identitas kita, bagaimana kita menunjukkan diri kita kepada dunia," kata Carolyn Mair PhD, psikolog perilaku dan penulis The Psychology of Fashion seperti dikutip dari laman Refinery29.
Saat kita bisa berpakaian lagi untuk menunjukkan fashion kita selama ini, rasanya seperti lulus sekolah.
Carolyn mengatakan bahwa selama pandemi tren mode dan perilaku konsumen merupakan bukti efek psikologis dari peristiwa sekali seumur hidup.
Awalnya, mereka yang melakukan work from home (WFH) merasa senang saat bisa bekerja menggunakan piyama sepanjang hari.
Baca Juga: Orang Mulai Sadar Pentingnya Body Positivity, Ini Perubahan yang Terjadi di Industri Pakaian Renang
"Tapi sama seperti fashion, itu siklus," ungkap Carolyn.
Setelah beberapa waktu melakukan rutinitas tersebut, orang-orang mulai bosan dengan siklus tanpa riasan dan mengenakan pakaian santai sepanjang hari di rumah.
Orang-orang telah melewatkan perasaan debut penampilan mereka di depan orang lain selama satu tahun waktu menghabiskan masa isolasi.
"Kami menyukai penilaian yang kami dapatkan, kami menyukai perasaan bahwa kami membuat kesan pada orang-orang (melalui pakaian)," tambahnya. Hal ini memiliki kesan terdalam di diri kita.
Fashion balas dendam membentuk kebiasaan baru
Katrina Turchin, seorang warga Alberta, Kanada membeli pakaian untuk merayakan ulang tahunnya yang ke 22 pada Agustus mendatang, dan rela menunggu untuk mendapatkan pakaian yang ia inginkan.
Ia merupakan salah satu orang yang menantikan untuk kembali ke saat-saat ia bisa mengenakan pakaian terbaiknya.
Saat kabar mengenai kebijakan lockdown akibat virus corona akan dicabut di daerah tempat tinggalnya, ia merasa harus membeli pakaian tersebut.
Nah, keinginan untuk menebus waktu yang hilang seperti yang dilakukan Katrina disebut sebagai 'revenge fashion' atau fashion balas dendam oleh para ahli.
Baca Juga: Agar Lemari Tak Penuh, Ini 6 Cara Atasi Kebiasaan Menimbun Pakaian
Revenge fashion yakni semacam pengalaman berbelanja yang terlihat untuk membalas waktu dan pakaian yang hilang selama pandemi.
Berbulan-bulan mengenakan pakaian yang sama di lingkungan lama membuat orang-orang ingin membuat kebiasaan baru.
Maka tidak heran selama pandemi ini kita juga menemukan banyaknya fashion baru dan baju bekas yang dijual secara online maupun offline banyak bermunculan.
Sebelum kebijakan lockdown dilaksanakan pada Maret 2020 lalu, Katrina merupakan sosok yang suka mengenakan pakaian mewah.
Ia sering menggunakan tampilan fashion dengan heels dan skirt saat menghadiri kelas.
Kini, ia malah menyukai sebaliknya yakni mengenakan fashion yang klasik alih-alih mengikuti tren. (*)