Jembatan Putus dan Gadis "Lollipop"

Kompas.com - 21/01/2012, 14:55 WIB

Tahun 80-an, 90-an, jarang sekali penyanyi yang benar-benar kesohor di jagad hiburan internasional sudi "mengamen" di Indonesia. Alasan mereka mungkin tak lepas dari anggapan bahwa Indonesia tidak aman, kebanyakan orang di Indonesia miskin, dan banyak lagi faktor lain.

Tapi sekarang sudah beda ceritanya. Artis-artis yang di negerinya sudah tidak laku pun tetap sold out tiket konsernya di Indonesia.

Bahkan artis yang belum benar-benar kesohor juga sukses mendulang banyak uang karena berkonser di Indonesia.

Jadilah Indonesia "mesin uang" buat siapa saja yang membuat konser-konser itu terselenggara. Mulai dari agen si artis, promotor, penjual tiket, penyedia wahana, dan daftarnya terus memanjang.

Patut untuk diakui, kinclongnya pasar hiburan konser di Indonesia terlalu menggoda, sampai-sampai muncul celetukan, "Artis yang di negerinya sudah tidak laku, ngamennya di sini deh! Pasti laku."

Mungkin harus dibuatkan riset tentang kenapa Indonesia jadi lokasi konser demikian banyak artis asing. Apakah karena Indonesia sudah dianggap aman dari aksi teroris, atau karena kelas ekonomi menengah atas sudah berlipat-lipat jumlahnya, atau entah apa?

Benarkah di negeri Paman Sam yang nyaris bangkrut itu para artis sudah kesulitan mendulang rejeki? Atau mungkin memang populasi dan daya beli di Indonesia yang terlalu menggiurkan sehingga para artis pun bergiliran "merengguk" untung dari para fans mereka di sini?

Menerka Sensitifitas

Terlepas dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, tetap perlu kiranya publik untuk melihat kritis dua kejadian ini: 5.000 orang membeli tiket konser mahal dan dua jembatan penghubung desa yang nyaris putus. Jembatan belum diperbaiki karena hambatan dana.

Kabupaten  Lebak dan Garut jaraknya tidak begitu jauh dari Jakarta. Tidak begitu jauh dari Sentul tempat konser yang sempat dipadati oleh fans si gadis "lollipop".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com