Sebaik-baik Manusia adalah yang Bermanfaat buat Sesama

Kompas.com - 13/09/2011, 05:31 WIB

Saya sendiri dulu juga jarang baca novel. Istri sayalah yang memperkenalkan bahwa membaca novel itu bisa menambah pemahaman, pengetahuan, dan kearifan tentang orang lain dan diri kita. Setelah saya coba baca novel yang bermutu, ternyata memang memperkaya wawasan.

Jadi, kalau ingin lebih memperkaya isi hati dan kepala, membaca novel yang bermanfaat adalah salah satu cara yang baik. Kalau tidak percaya, coba, deh.

Anda berhasil mendapatkan banyak beasiswa. Bagaimana caranya supaya berhasil mendapatkan

beasiswa luar negeri dengan nilai rata-rata yang pas-pasan.

(Sumardjo, Jakarta Barat)

Menurut saya, ada dua kunci utama mendapatkan beasiswa luar negeri. Pertama, beasiswa itu banyak sekali, tapi informasinya tersebar di mana-mana. Tidak ada cara lain selain berusaha habis-habisan mencari informasinya.

Keinginan saja tidak cukup, harus riset berbulan-bulan untuk dapat beasiswa itu, bisa mulai dari Google dan milis, seperti beasiswa@yahoogroups.com. Kedua, beasiswa itu bukan buat orang pintar, tapi buat yang bersungguh-sungguh, yang melebihkan usaha di atas orang lain. Yang man jadda wajada. Silakan baca juga tips beasiswa yang saya tulis di www.negeri5menara.com.

Sebagai (mantan) santri, pelajaran apakah yang diperoleh dari pondok pesantren yang Anda praktikkan dalam dunia kepenulisan? Bagaimana cara mengembalikan pandangan masyarakat terhadap santri—umumnya pesantren—yang dinilai tidak maju, kontra dengan perubahan, serta berbagai pandangan negatif lain?

(Agus Hidayat, Purwakarta)

Pertama, kiai saya di Gontor selalu bilang, pesantren bukan tempat belajar agama karena belajar agama itu bisa di mana saja, bahkan bisa dengan membaca buku. Namun, pesantren adalah tempat belajar kehidupan secara total, membangun karakter, mempraktikkan pembiasaan yang baik selama 24 jam.

Video rekomendasi
Video lainnya

Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com