Jeng Yah yang cita-citanya sebagai perempuan dianggap telah melampaui jamannya itu kemudian bertemu dengan Soeraja (Ario Bayu), seorang pegawai yang diangkat ayahnya untuk bekerja di pabrik kretek miliknya dan diam-diam menyukai Jeng Yah.
Keduanya saling mengagumi dan akhirnya jatuh cinta. Soeraja adalah satu-satunya pria yang mendukung Jeng Yah untuk mengembangkan bakatnya sebagai peracik saus kretek hingga keduanya berhasil mengembangkan usaha kretek Gadis yang menjadi kretek paling laris pada masa itu.
Namun sayangnya, mimpi Jeng Yah harus kandas karena keluarganya difitnah sebagai anggota partai pemberontak oleh Djagad (Verdi Solaiman), yang juga merupakan kompetitor bisnis kretek ayahnya dan memiliki kedekatan dengan militer.
Tidak hanya gagal menikah dengan Soeraja, Jeng Yah dan ayahnya ditangkap oleh militer karena tuduhan sebagai anggota partai pemberontak.
Sang ayah mati terbunuh, sementara Jeng Yah diasingkan hingga akhirnya dibebaskan setelah dua tahun.
Saat kembali pulang ke rumah, Jeng Yah mengetahui bahwa Soeraja menikah dengan Purwanti (Sheila Dara) yang merupakan anak perempuan Djagad.
Tidak hanya itu, resep racikan saus kretek buatan Jeng Yah dicuri oleh Soeraja dan diklaim sebagai resep kretek milik Djagad.
Jeng Yah akhirnya menikah dengan tentara bernama Seno (Ibnu Jamil) yang dulu pernah dijodohkan oleh orangtuanya dan memiliki anak perempuan bernama Arum Cengkeh (Putri Marino). Namun sayangnya Seno Gugur saat bertugas di Irian Jaya.
Seno mendukung bakat Jeng Yah dalam meracik saus kretek. Namun statusnya sebagai tahanan politik membuatnya harus menyembunyikan identitasnya sebagai peracik saus kretek.
Sayangnya mimpinya kembali kandas karena ia meninggal setelah melahirkan.
Melalui sosok Jeng Yah yang memiliki mimpi sebagai peracik saus kretek, kita bisa melihat persoalan seksisme yang dialami perempuan yang memiliki bakat dan ketertarikan dengan dunia kretek.
Dalam laman Britannica, seksisme dimaknai sebagai prasangka atau anggapan bahwa salah satu jenis kelamin lebih superior dibandingkan jenis kelamin lainnya.
Dalam masyarakat patriarkal, laki-laki banyak mendapatkan privilese dan dianggap lebih ‘baik’ dibandingkan perempuan.
Persoalan seksisme dalam film Gadis Kretek jelas terlihat melalui berbagai konflik yang dialami Jeng Yah sepanjang jalan cerita.
Ayahnya sendiri awalnya tidak memberikan kesempatan kepadanya karena masih menganggap bahwa perempuan seharusnya berada di ranah domestik.