Kakak tertua saya pernah menjadi anak yang “dipinjam-asuhkan” sebagai pancingan bagi keluarga yang merindukan anak dan belum dikaruniai anak.
Keberatan dan penolakan Ayu untuk punya anak sangat tersampaikan melalui dialog dan ekspresi Adinia Wirasti. Ternyata ada masa lalu yang belum berlalu.
Kejadian yang didengar, ditonton, dialami oleh Ayu kecil masih sangat terekam jelas, disimpan, dan terus dibawa berpuluh-puluh tahun. Pengalaman traumatis yang bahkan dapat dihadirkan Ayu dewasa secara fisik dan psikologis.
Dua Aha momen di atas sangat bisa terjadi pada kita semua. Setiap hari kita bergulat dengan stimulus, lalu ditangkap oleh pikiran dan perasaan, kemudian memicu respons berupa perkataan dan tindakan.
Kejadian demi kejadian menjadi sebuah pemikiran yang jika terus mendapatkan konfirmasi maka terbentuk sebuah keyakinan.
Jadi keyakinan bukan sekadar pemikiran, dia lebih kuat dan bahkan menjadi referensi untuk respons-respons pada kejadian berikutnya. Sedangkan ada keyakinan yang belum tentu baik digunakan.
Dr. Michael Hall dalam bukunya Accessing Personal Genius membahas tentang perlunya menelaah keyakinan kita yang tidak memberdayakan.
Karena keyakinan itu adalah pemikiran yang dikonfirmasi, maka keyakinan yang tidak memberdayakan perlu dilemahkan dengan mendiskonfirmasi.
Manusia diberi kemampuan untuk melakukan refleksi, berkomunikasi secara internal, membuat makna baru, dan memikirkan ekologis tidaknya sebuah keyakinan.
Proses meta-coaching diperlukan untuk melakukan transformasi keyakinan, dari yang tidak berguna menjadi yang berguna.
Pemaparan oleh Dr Michael Hall via daring pada 12 November 2022, yang saya ikuti juga membahas tentang Meta Therapy.
Ada sebuah kejadian di masa lalu yang dianggap melukai perasaan dan bahkan terus dibawa serta dimaknai sebagai penderitaan.
Jenis dan kedalaman luka ini bisa bervariasi. Ada yang dapat terkategori sebagai gangguan saja, neurosis atau bahkan psikosis.
Neurosis ditandai dengan kecemasan atau ketakutan berlebih, jika neurosis sudah semakin parah maka disebut psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi. Intervensi berupa terapi sudah diperlukan untuk jenis neurosis dan psikosis.
Salah satu butir pembelajaran dari Neuro Lingustic Program dan Neuro-Semantics adalah “bedakan apa yang terjadi dengan apa respons kita”.