Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cek Toko Sebelah 2: Masa Lalu yang Belum Berlalu

Drama keluarga-romansa-komedi bagai gado-gado yang sedap disantap. Semua pas, dua jempol untuk bumbu, bahan, dan peracik tontonan ini.

Film ini mengangkat konflik yang sangat lumrah terjadi dalam kehidupan manusia dan sangat menggelitik saya untuk membuat tulisan ini.

Ada dua aha momen konflik yang saya simpulkan dengan “masa lalu yang belum berlalu.”

Aha momen pertama.

Maya Hasan yang berperan sebagai Agnes, ibu Natalie (kali ini diperankan oleh Laura Basuki bukan lagi oleh Gisella Anastasia) menjadi sosok antagonis yang memantik konflik dalam persiapan pernikahan Erwin (diperankan oleh Ernest Prakasa) dan Natalie.

Agnes adalah orangtua tunggal, bercerai karena suaminya berselingkuh. Sepotong adegan kilas balik menggambarkan Agnes adalah keluarga kaya, tidak demikian dengan suaminya.

Masa lalu Agnes belum berlalu. Kejadian masa lalu itu masih membelenggu Agnes dengan pemikiran, keyakinan, bahkan konsep yang menghasilkan perilaku sangat mengontrol dan protektif terhadap anak perempuan semata wayangnya.

Erwin yang berbeda strata ekonomi dan sosial diyakininya dapat memicu masalahnya berulang pada anaknya. Tawaran pekerjaan di Singapura yang diterima Erwin pun diminta untuk dibatalkan.

Konflik dua keluarga menjelang pernikahan menjadi peringatan bagi keluarga Indonesia pada umumnya.

Ekspresi dari merasa tidak berdaya, lalu mengambil otoritas, hingga muak seorang anak yang dikendalikan oleh orangtuanya dapat ditangkap oleh penonton oleh akting Laura Basuki yang natural apik.

Aha momen ke dua.

Sudah tidak adanya toko kelontong membuat papa dari Erwin dan Yohan (diperankan oleh Dion Wiyoko), yaitu Koh Afuk, diperankan oleh Chew Kin Wah punya banyak waktu senggang.

Sebuah permintaan “ingin momong cucu” diutarakan si papa kepada anak sulungnya—Yohan—dan menantunya—Ayu, diperankan oleh Adinia Wirasti.

Sebuah kearifan lokal juga ditunjukkan melalui adegan “dipinjami bocah” agar menstimuli keluarga yang belum punya anak, segera hadir anak. Hmm, menarik, bukan?

Kakak tertua saya pernah menjadi anak yang “dipinjam-asuhkan” sebagai pancingan bagi keluarga yang merindukan anak dan belum dikaruniai anak.

Keberatan dan penolakan Ayu untuk punya anak sangat tersampaikan melalui dialog dan ekspresi Adinia Wirasti. Ternyata ada masa lalu yang belum berlalu.

Kejadian yang didengar, ditonton, dialami oleh Ayu kecil masih sangat terekam jelas, disimpan, dan terus dibawa berpuluh-puluh tahun. Pengalaman traumatis yang bahkan dapat dihadirkan Ayu dewasa secara fisik dan psikologis.

Dua Aha momen di atas sangat bisa terjadi pada kita semua. Setiap hari kita bergulat dengan stimulus, lalu ditangkap oleh pikiran dan perasaan, kemudian memicu respons berupa perkataan dan tindakan.

Kejadian demi kejadian menjadi sebuah pemikiran yang jika terus mendapatkan konfirmasi maka terbentuk sebuah keyakinan.

Jadi keyakinan bukan sekadar pemikiran, dia lebih kuat dan bahkan menjadi referensi untuk respons-respons pada kejadian berikutnya. Sedangkan ada keyakinan yang belum tentu baik digunakan.

Dr. Michael Hall dalam bukunya Accessing Personal Genius membahas tentang perlunya menelaah keyakinan kita yang tidak memberdayakan.

Karena keyakinan itu adalah pemikiran yang dikonfirmasi, maka keyakinan yang tidak memberdayakan perlu dilemahkan dengan mendiskonfirmasi.

Manusia diberi kemampuan untuk melakukan refleksi, berkomunikasi secara internal, membuat makna baru, dan memikirkan ekologis tidaknya sebuah keyakinan.

Proses meta-coaching diperlukan untuk melakukan transformasi keyakinan, dari yang tidak berguna menjadi yang berguna.

Pemaparan oleh Dr Michael Hall via daring pada 12 November 2022, yang saya ikuti juga membahas tentang Meta Therapy.

Ada sebuah kejadian di masa lalu yang dianggap melukai perasaan dan bahkan terus dibawa serta dimaknai sebagai penderitaan.

Jenis dan kedalaman luka ini bisa bervariasi. Ada yang dapat terkategori sebagai gangguan saja, neurosis atau bahkan psikosis.

Neurosis ditandai dengan kecemasan atau ketakutan berlebih, jika neurosis sudah semakin parah maka disebut psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi. Intervensi berupa terapi sudah diperlukan untuk jenis neurosis dan psikosis.

Salah satu butir pembelajaran dari Neuro Lingustic Program dan Neuro-Semantics adalah “bedakan apa yang terjadi dengan apa respons kita”.

“Apa yang terjadi” adalah sebuah peristiwa, terjadinya di luar kendali kita, oleh lingkungan, keadaan, situasi. Sedangkan “apa respons kita” ada dalam kendali diri, berupa kesadaran, pikiran, dan pilihan.

Pastikan kita memiliki kesadaran, mengambil tindakan atas inisiatif dan pilihan yang kita buat. Kesadaran dan pikiran juga dipakai untuk memeriksa apakah sebuah keyakinan yang dipegang, sebuah perkataan, dan perilaku itu baik, baik untuk diriku, untuk orang lain, untuk sebuah hubungan, dan sebagainya.

Tontonan yang kaya adegan mengundang tawa oleh para komika, juga materi komedi cerdas seperti jenis kata oleh trio pemain capsa sungguh sangat menghibur.

Namun juga sebuah pelajaran penting dari sepenggal peristiwa perjalanan bangsa Indonesia. Terangkat di layar dalam sebuah adegan Ko Afuk dan Bu Agnes.

Sebuah selebrasi bagi masa lalu yang sudah berlalu dikisahkan oleh Koh Afuk kepada Bu Agnes.

Kerusuhan tahun 1998 yang dialami Koh Afuk yang dikatakannya dilakukan oleh pribumi sempat membuat Koh Afuk menolak Ayu yang adalah seorang pribumi.

Namun Koh Afuk tersadarkan bahwa bahagia anaknya ada di tangan anaknya, dan Yohan bahagia didampingi oleh pilihannya—Ayu. Adegan kilas balik pernikahan antaretnis yang tak dapat dipungkiri masih menjadi sebuah tantangan.

Inisiatif berbagi pengalaman Ko Yohan kepada Bu Agnes mengantar film ini mencapai akhir yang bahagia.

Saya menonton pada hari pertama tayang, ruang teater sekitar 90 persen terisi. Gelak tawa terdengar di antara penonton, dan saya menebak mereka sedang hanyut haru saat ruangan sepi dari tawa.

Gemuruh tepuk tangan membahana di bioskop kota Sukabumi saat film ini menyudahi adegannya dan berganti dengan kredit nama-nama kontributornya.

Silakan, beli tiketnya, tonton filmnya, nikmati emosinya, petik pelajarannya.

Selamat dan terima kasih untuk Ernest Prakasa dan tim yang telah berkontribusi bagi naik kelasnya industri film Indonesia.

https://www.kompas.com/hype/read/2022/12/27/084018166/cek-toko-sebelah-2-masa-lalu-yang-belum-berlalu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke